Kamis, 31 Januari 2019

MUFID, KALLIGRAFER YANG FOKUS PEMBINAAN KALIGRAFER

Dirikan Sanggar Gratis, Mendidik 13 Lembaga di Jember

Membuat tulisan Arab indah atau biasa yang disebut kaligrafi bukanlah hal yang mudah. Ternyata, di Jember sudah bisa menghasilkan banyak kaligrafer nasional. jalan ini sudah dirintis oleh Mufid sejak tahun 1993 lalu.

RANGGA MAHARDIKA, Jember Kota.

MENJADI kaligrafer sebenarnya bukan  menjadi jalan pilihan bagi Mufid. saat itu dia belajar kaligrafi  dengan tidak sengaja. yakni sekitar tahun 1984 saat dirinya yang menjadi santri angkatan pertama di Pondok Pesantren Nurul Islam, Antirogo Sumbersari Jember.

Mufid 'dipaksa' oleh pengasuh KH. Muhyidin Abdussomad untuk belajar kaligrafi. kemudian dia belajarlah kepada Ustad (alm) Abdullah. "Dulu pertama belajar kaligrafi karena di pondok tidak ada yang bisa menulis bagus," ucapnya mengenang masa kecilnya.

Menurut kelahiran Jember, 15 juni 1967 saat itu dia belajar menulis arab bagus untuk dituangkan dalam kitab yang diajarkan di Ponpes yang diasuh oleh KH. Muhyidin Abdussomad ini. hingga kemudian berkembang menjadi belajar di kanvas dan media lainnya.

"Dulu belajarnya pakai lidi pohon aren dengan tinta cina dan media ares (dalam pohon) pisang," terang putra kedua dari enam bersaudara ini.

Dirinya juga sempat mengikuti berbagai lomba tingkat lokal. tidak puas, pada 1992 suami dari Zamrani ini pun memperdalam ilmu kaligrafi kepada Ustadz Faiz Abdul Rozak di Bangil, Pasuruan yang merupakan kaligrafer tingkat internasional. bahkan, Uztad Faiz ini menjadi pembina dan juri nasional kaligrafi tingkat nasional.

Di Bangil inilah, Mufid bisa belajar berbagai jenis kaligrafi. mulai dari yang kaligrafi murni yang sesuai dengan kaidah pakem kaligrafi hingga ke kontemporer yakni yang kekinian dengan berbagai tambahan yang rumit. hingga dirinya pun kemudian mulai berani mengikuti lomba tingkat propinsi dan nasional. "pertama ikut MTQ (Musabaqah Tilawati Quran) tingkat propinsi tahun 1993 di Banyuwangi," jelasnya.

Di tingkat ini, dirinya belum mendapatkan juara karena masih pertama dan kalah dengan para seniornya. apalagi, dirinya di tiga jenis kategori kaligrafi. dimana untuk setiap jenis lomba dirinya diberikan waktu selama delapan jam dan bertarung di tiga kategori. "Tantangan jika ikut lomba adalah berperang dengan kesabaran," ucapnya. bahkan di angkatannya dari enam orang hanya dirinya yang terus bertahan di kaligrafi.

Baru pada MTQ Propinsi di Jombang tahun 1996 dirinya meraih juara harapan dua untuk jenis kaligrafi Mushaf. "baru mendapatkan juara dua tingkat nasional di MTQ Bali tahun 2000 di jenis kategori yang sama," tutur bapak dari Alifa Mustafidah dan Nanda Farha Mufidah ini. baru tahun 2006 dirinya tidak bisa ikut MTQ karena terkendala umur yakni dengan batasan usia 35 tahun.

Dirinya pun kini terus memperdalam ilmu kaligrafi ini. pasalnya, untuk jenis ini ada kejuaraan hingga ke tingkat internasional. "selain itu, kaligrafi ini sebenarnya yang paling sulit, namun paling mudah dibaca orang," terangnya. hal inilah yang membuatnya juga terus menelurkan hingga ke generasi mudanya.

Tetapi, untuk jenis kaligrafi yang terus dikembangkannya ada cukup banyak. kini dirinya menguasai empat jenis kaligrafi yakni selain hiasan Mushaf ada Naskah, dekorasi dan kontemporer. "ada sekitar delapan jenis tulisan arab yang saya pelajari," terangnya menambahkan.

Usai tidak mengikuti MTQ, dirinya bukan berarti berhenti dari kaligrafi. dirinya masih sering menjadi juri di tingkat propinsi dari nasional. Mufid juga banyak  menyumbangkan karyanya untuk sejumlah masjid di Jember yang digambar manual. seperti di masjid Baitun Nur di Ponpes Nuris Antirogo, RSD dr. Soebandi, Terminal Arjasa, Masjid Rambipuhi dan Masjid Nur Inka Mako Brigif 9 Jember masih banyak masjid lainnya.

Dirinya juga tidak ingin ilmu yang dimilikinya berhenti padanya saja. "pada tahun 2006 juga mendirikan sanggar kaligrafi Darul Qalam di rumah Antirogo," tuturnya. di sanggar ini, dirinya mengabdikan diri untuk mengajari anak-anak di sekitar rumahnya untuk belajar kaligrafi. bahkan kini sudah berkembang mendidik hingga ke seluru Jember, bukan hanya anak-anak tetapi juga orang dewasa.

"Semuanya gratis tidak dipungut biaya," jelasnya. semua kalangan bisa belakar kaligrafi disini. dia juga menjadi pembina di Jember. dirinya bahkan pernah melanglang buana menjadi pembina pada 2008 yakni di Ambon, Maluku. sejak tahun tersebut dirinya sudah banyak  menelurkan juara-juara nasional kaligrafi dari Jember.

Diantaranya ada Reska, Jimli, Alifa Mustafidah, Afif Binuril Aribi, Qoimatul Adila, siti Nur Azizah, dan Miftahul Jannah. saat di Maluku yang juara basional ada Endang dan Ika Raihani. "yang akan berangkat tahun ini di Nasional mewakili Jember ada Viona dari SMPN 3 Jember dengan kaligrafi kontempurer dan M.Nasihin dengan kaligrafi MUshaf," jelasnya.

Bukan hanya di sanggar, ternyata Mufid terus menelurkan anak didik binaannya. karena dirinya kini mendidik hingga ratusan murid. "saya juga mengajar kaligrafi di 13 Lembaga di Jember. ada sekolah negeri, swasta dan pondok pesantren," jelasnya. dengan harapan akan semakin banyak anak jember yang berprestasi melalui kaligrafi di tingkat nasional dan internasional nantinya.

Mufid menuturkan jika kaligrafi masih menjadi harapan untuk masa depan yang cerah. bukan hanya untuk ekonomi kreatif yang karyanya dijual, namun juga bisa menjadi jalan prestasi bagi penggiatnya. "karena sertifikat juara kaligrafi bisa digunakan untu7k melanjutkan ke sekolah favorit. baik jenjang SMP, SMA hingga perguruan tinggi," pungkasnya. (ram/hdi)

SUMBER : JP-RJ 17 JUNI 2018

Rabu, 30 Januari 2019

IMAM SANTOSO, AREK AMBULU YANG AKAN JADI DOKTOR DI DINLANDIA

Dari Keluarga Petani Sederhana, Bertekad Motivasi Anak Desa.

Pendidikan adalah jalan paling ampuh untuk mengubah nasib seorang menjadi lebih baik. keyakinan itulah yang dipegang teguh dan telah dibuktikan Imam Santoso, Kandidat doktor dari salah satu universitas ternama di Finlandia. berbekal keyakinan tersebut, setelah pulang ke tanah air nanti, Imam juga bertekad untuk membantu anak-anak desa di Jember meraih cita-cita terbaiknya.

ADI FAIZIN, Jember Kota

SUDAH empat tahun terakhir, Imam Santoso merasakan tantangan durasi puasa yang jauh lebih lama dibanding dengan puasa di indonesia. sejak awal menginjak kaki di kota Aalto, Finlandia, Imam harus berpuasa selama sekitar 21 jam setiap hari dibulan Ramadhan.

"perlahan nanti waktu puasanya akan mundur lebih pendek ketika musim dingin, puasa bisa hanya 6 jam. tapi itu masih sekitar 4 tahun lagi," tutur Imam sembari memberikan emoticon tersenyum. Jawa Pos Radar Jember berkesempatan mendapatkan cerita menarik dari Imam Santoso melalui surel (email) dan aplikasi pesan singkat di gawai.

Dengan waktu berbuka, sahur, serta salat magrib, isya, dan subuh ynag hanya tiga jam, kaum muslimin di Finlandia menjalankan kelimanya hampir dalam satu waktu. "beruntung udaranya di sini sejuk, jadi tidak terasa," tutur Imam.

Pemuda asal Dusuun Watukebo, Desa Andongsari, Kecamatan Ambulu itu, saat ini menjadi mahasisawa tingkat akhir program Doktoral di Aalto University, salah satu universitas terkemuka yang ada di Finlandia. setelah empat tahun berjuang, Imam kini sedang menantikan proses kelulusan dan bersiap membawa pulang gelar PhD dalam bidang teknik metalurgi ke Indonesia.

"Saat ini, syarat kelulusan hampir semua sudah terpenuhi. sekarang proses menulis disertasi dan juga persiapan public defense pada September 2018 nanti," ujar Imam. selain diharuskan untuk mempresentasikan karya tulisannya di depan publik dan dewan penguji, kampus tempat Imam berkuliah juga mensyaratkan adanya publikasi ilmiah untuk lulus. tidak main-main, selama kuliah, Imam harus menerbitkan 4 publikasi di jurnal internasional. namun, Imam sudah melampaui syarat itu karena sekarang sudah berhasil menerbitkan 6 publikasi internasional.

"Kalau sekarang saya juga masih ada percobaan di laboratorium untuk menambah-nambah jumlah publikasi. mumpung diberikan fasilitas yang lengkap dan canggih di sini. rencananya, saya akan pulang ke tanah air pada bulan November 2018," tutur pria kelahiran Jember, 29 Agustus 1983 ini.

Perjuangan Imam unutuk mencapai posisi akademis saat ini terbilang berliku. terlahir dari keluarga petani sederhana di Desa Andongsari, Ambulu, tak membuat Imam ragu untuk mengejar mimpi setinggi langit. sang Ayah adalah seorang petani sederhana yang tidak memiliki tanah. oleh karena itu, sang ayah harus menyewa tanah agar bisa bertani." makanya bapak saya di desa disebut petani bayam, karena dengan bayam menguliahkan anak-anaknya," tutur putra pasangan Suyanto dan (alm) Siti Rohani ini.

Oleh karena itu, saat lulus dari SMAN Ambulu dan melanjutkan pendidikan di Isntitut Teknologi Bandung (ITB), Imam sempat kesulitan biaya. "waktu itu orang tua sempat utang sana sini untuk uang saku saya. karena beasiswa di sana umumnya adanya setelah semester 2," tutur alumnus SMP Muhammadiyah 9 Watukebo Ambulu ini.

Di ITB Imam mengambil Prodi Teknik Metalurgi yang berkaitan dengan dunia pertambangan.

Tuntunan untuk selalu mendapat beasiswa, justru membuat Imam berhasil menyelesaikan studinya di ITB dengan gelar wisudawan terbaik. momen mengharukan pada tahun 2007 itu membuat ayah dan neneknya terharu saat menyaksikan Imam berdiri di atas mimbar dan memberikan valedictorian speech sebagai  lulusan terbaik ITB. "waktu itu saya menjadi satu-satunya lulusan cum laude yang lulus 7 semester," kenang Imam.

Lulus dengan gelar terbaik dari kampus teknik prestisius, membuat Imam tak kesulitan mencari kerja selepas wisuda. tanpa perlu melamar, berbagai tawaran kerja dari perusahaan terkemuka justru datang menghampiri Imam, namun, Imam memilih jalan ynag berbeda. rutinitas sebagai guru les privat semasa kuliah S1 membuat Imam mengubah cita-citanya, dari bekerja di tambang, menjadi akademisi.

Di sela-sela kesibukan tersebut, Imam juga menyiapkan diri untuk melanjutkan studi S2 dengan mengejar beasiswa.

Upaya itu membuahkan hasil. pada akhir 2008. Imam melanjutkan studi S2 di Australia atas beasiswa dari salah satu perusahaan setempat. namun, cobaan datang. krisis finasial yang melanda dunia pada 2008 membuat perusahaan Australia, bangkrut. akibatnya, beasiswa untuk Imam pun harus terhenti dan Imam harus pulang ke tanah air sebelum studinya rampung.

Namun, Imam tak menyerah, ia terus berupaya meningkatkan kemampuan bahasa inggrisnya dan mencoba beasiswa dari pemerintah Australia.

"Akhirnya, pada tahun 2011, saya kembali melanjutkan  studi di Universitas of Queensland atas beasiswa pemerintah  setempat. saya mengambil bidang Pyrometallury," jelas Imam.

Setelah lulus dari University of Queensland pada tahun 2013, Imam langsung menyiapkan studi lanjut ke jenjang S3. pada tahun 2014, Imam berhasil lolos seleksi beasiswa S3 di LPDP dari Kemenkue.tahun 2014 begitu berkesan, karena pada saat yang hampir bersamaan, imam juga diterima sebagai dosen PNS di almamaternya, Institut Teknologi Bandung (ITB).

Berbekal beasiswa dari ITB, Imam melanjutkan program doktoral ke Aalto University, sebuah kampus terkemuka di Finlandia. tidak hanya pendidikan yang berkualitas, Imam merasakan kenyamanan tersendiri selama menempuh studi di salah satu negara di Skandinavia tersebut.

"Alhamdulillah, kampus dan apartemen saya terletak di pinggir danau. jadi saya bisa menikmati pemandangan yang indah sekali," kata Imam.

Kenyamanan studi di Finlandia tidak membuat Imam lupa akan kampung halamannya. setelah menyelesaikan studi doktoralnya, Imam bertekad pulang ke tanah air untuk mengabdikan ilmunya bagi kemajuan sains di Indonesia. selain itu, masa kecil yang penuh perjuangan membuat Imam bertekad untuk menularkan inspirasinya bagi anak-anak muda di Jember, khususnya. (mgc/hdi)

SUMBER : JP-RJ 14 JUNI 2018

Selasa, 29 Januari 2019

DRUM CUSTOM, FURNITUR UNIK DARI DRUM BEKAS

Kaget Dihubungi Polisi, Ternbyata Mau Pesan Set Furnitur.

Mungkin ini ynag dinamakan Reduce, reuse, recycle. setelah memanfaatkan isinya, drum bekas ini diubah menjadi seperangkat furnitur yang cukup unik. jika awalnya hanya dijadikan hobi, saat ini drum custom bisa dipasarkan dengan nilai mencapai jutaan rupiah. bagaimana cara pembuatannya?

LINTANG ANIS BENA K, Jember Kota

SEPINTAS dilihat, sebuah area di kawasan Pakusari ini hanya tampak seperti tempat tumpukan drum-drum bekas. tak ada yang menarik ari tempat tersebut. orang akan melihatnya sebagai tempat loakan besi-besi bekas.

Namun, sedikit bergeser, terdapat sebuah bengkel yang diisi beberapa personel tengah 'menyulap' drum tersebut. bukan sulap bukan sihir, drum ini berubah bentuk. drum bekas yang awalnya sedikit berkarat, berganti menjadi kursi, meja, dan lemari yang sangat fashionable. dengan warna yang terang dan logo-logo produsen terkenal.

Inilah yang dikerjakan Jatminto Wahyudi, seorang kontraktor yang juga mengembangkan ide kreatifnya di bengkel workshop miliknya.

Pria asal Jogyakarta tersebut memiliki 'kadar seni' yang sedikit berlebih, dan mengubah drum-drum bekas tersebut menjadi furnitur siap pakai. melongok ke display store-nya, bisa dilihat seperangkat meja, kursi, dan lemari sudah tersimpan rapi dengan berbagai desain.

Pria yang akrab disapa Yudi ini memang bukan pertama kali mengubah sesuatu dengan desain yang unik dirinya pernah bergabung dengan salah satu brand kaus terkenal di Jogja yangg identik dengan plesetan logonya. sejak pertengahan tahun lalu, Yudi menjajal kembali kreatifitasnya dalam mengubah drum bekas menjadi seperangkat furnitur.

Drum custom, begitu Yudi menyebut karyanya. custom berarti pihaknya mengikuti permintaan konsumen. desain yang dia buat hampir tidak pernah memiliki pakem tertentu. "custom ini bahasa kita, artinya sebuah bentuk yang bisa keluar dari relnya," tuturnya.

Ide menyulap drum bekas ini muncul dari tumpukan srum yang dia miliki. sebagai seorang kontraktor dengan banyak properti drum truck, tak sedikit limbah drum yang dia hasilkan dari pekerjaan sehari-harinya. karena tidak ingin menumpuk barang bekas, Yudi mencoba memotong drum tersebut ke berbagai bentuk furnitur.

"Karena saya juga hobi trail, saya buat kursi dan meja dengan desain warna dan logo berkonsep trail. ternyata banyak teman-teman komunitas trail yang suka, dan mereka membelinya," ungkap Yudi.

Di workshop miliknya, Yudi sudah mempersiapkan berbagai perlengkapan, termasuk alat potong khusus untuk membentuk drum yang memiliki ketebalan dan bahan dasar kukuh. hampir setiap hari proses produksi dilakukan oleh sekitar tujuh karyawannya. "dalam seminggu kita bisa produksi empat sampai lima set," akunya.

Awalnya, Yudi tak berniat menjual namun ketika banyak jaringan komunitasnya yang tertarik untuk membeli kreasi Yudi, dirinya mulai banting setir menjadikan hobinya sebagai bisnis. "paling murah jual seharga Rp 500 ribu untuk meja, Rp 750 ribu untuk sofa. bahkan ada yang sampai dijual seharga Rp 2,5 juta," tutur pria kelahiran 17 juni 1975 tersebut.

Pemasarannya pun tak main-main. meski bisnis 'anak bawang' ini baru dimulai pada Oktober tahun lalu, pembelinya sudah merambah ke luar pulau. "ini saya baru mengirim ke lampung," imbuhnya.

Penggemarnya pun berasal dari berbagai kalangan. mayoritas mendengar karya Yudi dari komunitas trail yang dia ikuti, kemudian tersebar hingga ke nasional. tak hanya itu, instansi besar pun melirik furnitur custom buatannya. "saya kaget ketika dihubungi Polda Jawa Timur, ternyata mau pesan," ujarnya sembari tertawa.

Tak hanya itu, banyak restoran dan kafe juga memesan furnitur drum custom ini dari tangannya. kekuatan word of mouth menjadi andalan, dan didukung dengan promosi dimedia sosial. "karena yang beli kan belum liat sendiri produk jadinya, hanya lewat foto atau vidio, saya tidak main-main dengan kualitasnya. dengan begitu orang nnati akan puas telah order di saya, dan disebarkan ke teman-temannya," papar Yudi.

Untuk sofanya, Yudi memanfaatkan bahan standar dengan kain oscar sebagai penutupnya. namun, jika pelanggan ingin memodifikasi lain, dia tak keberatan. "kadang ada yang minta dibikinin pakai bahan beledru, nggak mau oscar. ya kita terima," kata dia.

Kualitasnya, kata dia, tidak perlu diragukan lagi. untuk membuktikannya, dia berpesan pada personel yang bertugas di display store untuk tidak menyimpan produk drum custom tersebut jika hujan. "kita nggak takut cuaca, mau kehujanan atau kepanasan ya dibiarin," selorohnya.

Tidak hanya di bengkel workshop dan display store, Yudi juga menjadikan drum custom sebagai furnitur di kafe miliknya. tempat nongkrong di daerah kaliwates ini menjadi media baginya untuk mempersilahkan masyarakat melihat sendiri kreasinya. "Nuansanya pun trail," pungkasnya. (lin/mgc/hdi)

SUMBER : JP-RJ 13 JUNI 2018

Senin, 28 Januari 2019

MENENGOK KIPRAH AHMADIYAH SELAMA RAMADHAN DI JEMBER

Tidak Alami Diskriminasi, Tetap Aktif Donor Mata

Kerap dianggap memiliki keyakinan yang berbeda, Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) ingin membuktikannya dengan tetap menebarkan islam yang ramah. awal puasa ini, salah satu basis Ahmadiyah di Indonesia (di Lombok) di serang kelompok intoleran beruntung, di Jember mereka mengaku tidak pernah mengalami persekusi.

ADI FAIZIN, Jember Kota

PADA 19 Mei 2018 atau hari ketiga bulan Ramadhan tahun ini. kekerasan kembali menimpa warga Ahmadiyah di Indonesia. kali ini, giliran mereka yang berada di Dusun Gerepek, Desa Greneng, Lombok Timur, NTB. sejumlah massa intoleran merusak rumah warga Ahmadiyah di tengah kekhusukan bulan suci Ramadhan.

Aksi persekusi dan diskriminasi bagi pengikut Ahmadiyah memnag bukan hal yang baru sejak reformasi bergulir di Indonesia.

Padahal, keberadaan Ahmadiyah di Indonesia telah ada sejak negeri ini belum merdeka. selama itu pula, mereka bisa hidup rkun dengan sesama beberapa warga Ahmadiyah bahkan sempat berkontribusi bagi kemerdekaan Indonesia. sebut saja seperti WR SUpratman yang merupakan pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya.

"mereka melakukan kekerasan terhadap Ahmadiyah (seperti yang terjadi di NTB, red) karena ketidaktahuan mereka terhadap Ahmadiyah. faktor kecemburuan sosial aja, lantas akidahnya yang dijadikan alasan," tutur Hamid Ahmad, ketua Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) Jember, ketika di temui Jawa Pos Radar Jember di rumahnya, saat berbuka puasa bersama. dalam perbincangan tersebut, Hamid ditemani Wahib Rahman, mubalig Ahmadiyah untuk wilayah Jember dan sekitarnya.

Menurut Hamid, kekerasan dan diskriminasi terhadap warga Ahmadiyah di Indonesia hanya terjadi di daerah tertentu saja, seperti Jawa Barat ataupun NTB. Selain ekonomi, faktornya adalah politis.

"Biasanya kalau mau ada pilkada, untuk merebut simpati masyarakat banyak, kepala daerah bisa membuat larangan beribadah terhadap Ahmadiyah. bisa juga ketika usaha bersama warga Ahmadiyah maju, seperti di NTB kemarin, ada yang cemburu, lantas akidahnya dikait-kaitkan," tutur pria yang baru saja pensiun dari dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Unej ini.

Meski demikian, selama ini Hamid mengaku Ahmadiyah di Jember tidak pernah mengalami diskriminasi. "kalau di Jatim dan Jateng tidak akan berani, karena di sini toleran. saya di kampus semua sudah tahu sejak lama kalau saya Ahmadi (sebutan untuk pengikut Ahmadiyah, red)," tutur bapak tiga anak ini. begitu pula dengan istrinya, Titien Suhermiatien yang tidak pernah dianggap berbeda selama menjalankan profesi sebagai dosen di Polije.

Hamid mengenang, saat awal reformasi bergulir dan kelompok intoleran di Indonesia mulai menguat, dirinya langsung mendapat pembelaan dari warga NU, Khususnya GP Anshor. "saya kadang diajak salat jemaah dan dijaadikan imam. mereka bilang lha wong salatnya sama, apanya yang sesat," kenang Hamid.

Selama ini, Hamid kerap berdiskusi dengan beberapa tokoh NU dan Muhammadiyah di Jember, untuk menjelaskan bahwa kayakinan Ahmadiyah tidak berbeda dengan umat iislam kebanyakan. "ada beberapa yang memang sedikit berbeda, seperti masalah tahlil, kan tidak bisa satu pendapat," tutur Hamid.

Di Jember, warga Ahmadiyah memang hanya sedikit. "hanya sekitar 10 kepala keluarga," terang Hamid. karena masih sedikit, mereka belum membangun masjid sendiri. untuk aktivitas bersama,mereka biasanya berkumpul di rumah Hamid di kelurahan Tegalgede, Sumbersari.

Meski berjumlah sedikit, tidak menghalangi Ahmadiyah di Jember untuk beraktivitas sosial. di Idonesia, salah satu kegiatan sosial yang menjadi program Ahmadiyah adlaah donor darah dan donor mata. "karena donor mata ini kan masih jarang dan harus segera dilakukan beberapa jam setelah meninggal. karena itu, anggota sudah tanda tangan surat donor mata ketika masih sehat," tutur Hamid.

Meski kerap mengalami berbagai kekrasan dan diskriminasi, Hamid menjamin Ahmadiyah tidak akan pernah melawan dengan kekerasan. sebab, dalam organisasi Ahmadiyah, ditekankan untuk menyampaikan islam secara damai. "di beberapa daerah yang kami mayoritaskan di desa tersebut. tetapi kami tidak pernah membalas," tutur alumnus Fakultas Pertanian Unej ini.

Jangankan membalas, berdemonstrrasi pun, warga Ahmadiyah juga dilarang. "karena kami ditekanakan untuk setia pada negara," sambung Hamid.

Karena ajarannya yang menekankan islam damai itulah, Ahmadiyah sangat menentang terorisme, apalagi yang berkedok agama. sebab itu pula, ahmadiyah, menurut Hamid, berkembang cupuk pesat di Eropa. "beberapa masjid terbesar di beberapa kota besar di Jerman dan negara Eropa lain, itu dibangun dari Ahmadiyah. kita juga berperan menepis Islamophhhhhobia di Barat," ujar Hamid.

"Bukan karena kami ingin membanggakan. tetapi yang kami tekankan, jika kita sampaikan islam ynag damai, cinta pada negara dan rasional, itu bisa menekan Islamoophobia sambung Hamid. (ad/mgc/hdi)

SUMBER : JP-RJ 12 JUNI 2018

Minggu, 27 Januari 2019

MENENGOK KEHIDUPAN PEMAIN PERSID : RUMAH KONTRAKAN JADI MES

Tak lagi Nyusu APBD, Istri Manager jadi Juru Masak

Tak selamanya membangun tim sepak bola harus mengandalkan subsidi duit negara. terlebih, bermimpi menjadikan Persid sebagai tim profesional. meski harus nombok, persid harus tetap berprestasi.

BULLY EFENDY, Jember Kota

TAK ada yang istimewa. rumah yang ada di Blok E 3 Perum Griya Mangli, nyaris sama dengan kontrakan yang diisi puluhan pemuda. namun, para pemuda di sana bukan sembarangan. mereka anak muda pilihan, pesebak bola terbaik di Jember.

Ya, rumah itu adalah mes Persid Jember. sebuah tempat hunian sementara para pemain skuad Persid Jember 2018. memang, sejak tim kebanggaan warga Jember itu dimanajeri Mirza Rahmulyono, mes Persid tak lagi ada di kawasan Kreongan Jember.

Mirza tentu punya alasan memindah mes Persid lebih dekat denagn rumahnya. salah satunya, supaya dia cepat tahu segala kebutuhan para pemain. banyak hal. termasuk persoalan makanan. "kalau dekat begini, saya lebih sering main-main," ujar personel Band Tape Ketan itu.

Memang, memilih rumah kontrakan membuat dia  kembali harus merogoh kocek. namun, ternyata ada hitung-hitungan yang lebih ekonomis. kenapa/ rupanya, pindahnya mes Persid dari Kreongan ke Griya Mangli bisa mengirit biaya makan pemain.

Sepintas, sempat membuat bingung. namun, setelah dijelaskan manajer yang masih berusia 33 tahun itu, ternyata biaya konsumsi bisa efisien. sebab dia tak harus menyewa jasa boga. "kalau dekat rumah kan bisa istri yang masak," tuturnya.

Sang istri-Vita Widya Pratiwi rela menjadi relawan penyedia makanan para pemain. dia tahu betul, sejak suaminya menjadi manajer Persid, keuangan klub tak lagi tajir. maklum, mirza mencoba mandiri tanpa duit (alias tak lagi nyusu) APBD Pemkab Jember. karena sang musisi ingin membuat persid modern dan profesional.

Konsekuensinya, mirza dan istri harus rela nombok. tak jarang duit pribadi harus dia keluarkan untuk kepentingan persid. bahkan, sejak Vita menjadi juru masak persid, tak pernah sekali pun menerima honor dari persid. dia harus pandai-pandai menyisihkan duit belanja dari suaminya.

Selama bulan puasa, jatah makanan hanya dua kali. saat berbuka dan sahur. namun, sebelumnya ada tiga jadwal makan. pagi, siang, dan malam. semua dimasak dari dapur rumah keluarga Mirza dan Vita.

Menu makanan keseharian pemain sama dengan yang di makan Mirza dan istri. sebab, mereka tak ingin ada pembeda. Vita sudah menganggap pemain binaan suaminya seperti adik dalam keluarganya sendiri.
Maklum saja, perempuan yang sedang hamil 6 bulan itu ternyata mantan atlet voli yang pernah juga membawa nama harum Jember. "saya tahu perjuangan atlet. oleh karena itu, saya ikut terpanggil. tentu karena suami," tuturnya.

Kedekatan keluarga Mirza tak hanya dengan pemain. pelatih asisten pelatih, hingga kru yang lain, sudah saling kenal baik, bahkan tak jarang mereka kumpul bersama di mes. biasanya yang paling sering usai menggelar latihan. "karena kekeluargaan, kami betah ada di mes," kata asisten pelatih yang juga mantan kapten persid, Jaya Hartono.

Mereka kompak menyampaikan ikrarnya, dari kesederhanaan rumah kontrakan yang disulap jadi mes, persid akan menunjukan taringnya menjadi tim yang disegani di liga 3 musim ini. sekali pun tak ada yang harus dikelola persid jember dari APBD Pemkab Jember. sebab, persid punya mimpi besar jadi tim profesional. (mgc/ras)

SUMBER : JP-RJ 11 JUNI 2018

Kamis, 24 Januari 2019

MONUMEN MASTRIP DAN KENANGAN PERJUANGAN YANG TERLUPAKAN

Susahnya Mengajak Masyarakat untuk Kembali Mengingat TRIP

Banyak yang mengira Mastrip adalah nama seseorang. padahal itu adalah sebutan untuk sekelompok anak-anak muda yang bergabung sebagai tentara pelajar. mereka tersebar di berbagai daerah, salah satunya dikaresidenan Besuki. Jember menjadi lokasi di mana pasukan TRIP berhasil menghadang konvoi Belanda.

LINTANG ANIS BENA K, Jelbuk

PADA Juli 1947 di tempat ini telah terjadi peristiwa perjuangan berupa penghadangan oleh Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) Batalyon 4000 dikenal dengan pasukan kukuk beluk terhadap konvoi tentara penjajah saat Agresi Militer I.

Tulisan tersebut dipadati pada monumen yang berada di tepi jalan Jember-Bondowoso. tak jauh dari Kantor Kecamatan jelbuk. tepatnya di daerah Panduman. masih baru, karena belum lama ini mengalami proses rehabilitas yang dilakukan oleh paguyuban Mas Trip Jember.

Dengan helm sebagai latar, dan senjata laras panjang yang diletakkan menyilang dengan pena bulu ayam. lambang dari Monumen mastrip tersebut adalah lambang dari baju kehormatan TRIP yang dikenkan saat bergerilya.

Paguyuban ini berisi mantan anggota TRIP, serta keturunannya yang terdiri dari beberapa generasi. Budi Sumarsono, ketua Paguyuban Mas Trip menuturkan, tak banyak yang tahu, asal muasal munculnya istilah Mastrip yang kini menjadi nama jalan daerah Sumbersari. Mastrip muncul dari sebutan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP). satuan tentara yang terdiri dari kelompok pelajar berusia remaja.

Kala aksi militer Belanda, anak-anak muda dan pelajar memang diimbau untuk berjuang mengangkat senjata. karena mayoritas anggota TRIP adalah pria, maka penduduk banyak memanggil mereka dengan sebutan Mas, untuk menghargai  keberanian para pemuda tersebut. "Penduduk banyak ynag manggil, Mas Trip. ini ada makanan, ini ada minuman, begitu ceritanya," ujar pria asal Bondowoso tersebut.

Konon, panduman merupakan tempat dimana tentara indonesia menghadang iring-iringan tentara Belanda yang hendak menyerang Besuki dari dua arah, yaitu di peisisir Banyuwangi dan Panarukan. serangan Belanda dimulai pada 21 juli 1947, saat Belanda mendaratkan pasukannya di pesisir Banyuwangi dan di Pantai Pasir Putih Panarukan.

Momen Agresi Militer Belanda I terjadi ketika hari libur sekolah. selama masa liburan tersebut anggota TRIP khususnya di Jawa Timur mengisinya dengan latihan kemiliteran dan people defense dalam bentuk samaran. kesatuan TRIP Jawa Timur ynag terlibat dalam kegiatan tersebut adalah dari Batalyon 4000 karesidenan Besuki, ynag memiliki dua kompi yaitu 4100 (Bondowoso dan Situbondo) dan 4200 (Jember).

Pasukan TRIP sempat terpecah akibat serangan tersebut, namun masih bertahan dengan membentuk komando gerilya dengan nama sandi kukuk Beluk Hitam. Panduman menjadi salah satu lokasi perang gerilya yang berlangsung selama kurang lebih setengah jam.

Setelah agresi militer Belanda dan perjuangannya selesai, banyak anggota TRIP yang dikaryakan sebagai apresiasi atas jasa mereka. ada yang dikaryakan di bidang pemerintahan, menjadi tentara, dan lain-lain. namun yang paling banyak berada di sektor perkebunan. "bapak saya si perkebunan, saya juga di perkebunan," kenangnya.

Nmaun tak sedikit pula yang memilih berkarya di kota besar. banyak yang jadi pejabat tinggi dan pindah, salah satunya Jakarta. "kalau di Jakarta, TRIP sekarang itu besar karena dulu banyak ynag berangkat ke sana," ujarnya.

Di Jelbuk, kata Budi, ada beberapa tempat yang berkaitan dengan Trip. salah satunya adalah sumber air yang dijadikan tempat beristirahat ketika gerilya. "ketika penyerbuan Belanda ke daerah Besuki, sumber air itu menjadi tempat mandi Trip," lanjutnya.

Paguyuban Mas Trip Jember kini beranggotakan 55 orang dari tiga generasi. generasi satu adalah para pelaku TRIP, sedang kan generasi dua dan tiga adalah keturunan dari pelaku sejarah ini. bersama dengan aparat setempat, paguyuban tersebut terus berupaya melestarikan monumen tersebut. "kita bersama koramil dan aparat desa setempat yang memellihara monumen," kata Budi.

Hanya saja pihaknya masih belum bisa memberikan inisiasi untuk mengajak anak-anak muda sekarang dalam mengingat perjuangan pasukan TRIP. sebab menurut Budi, tak banyak anak-anak muda yang mash menghargai jasa para pejuang.

"Dulu, anak-anak muda di imbau untuk berperang saja bersedia, bahkan berjuang sampai mati-matian. sekarang orang mau perang hitung-hitungan dulu. katanya, cari makan aja susah. makanya dengan monumen mau mengingat perjuangan mengusir tentara Belanda," pungkasnya. (lin/cl/hdi)

SUMBER : JP-RJ 10 JUNI 2018

Rabu, 23 Januari 2019

KREASI PELAJAR TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN (TKJ) SMK NURIS

Setahun Sudah Bisa Merakit Komputer dan Laptop

Jangan heran bila pelajar kelas X program Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) SMK Nuris mampu merakit laptop dan komputer. sebab, sekolah itu dipercaya oleh perusahaan internasional Axioo untuk mencetak generasi ahli merakit laptop, melalui kelas Axioo.

BAGUS SIPRIADI, Sumbersari.

MESKIPUN masih kelas X, pelajar SMK Nuris sudah mampu merakit laptop dengan baik. dalam setahun, mereka bisa menguasai ilmu merakit komputer. sebab, diberi wadah khusus untuk belajar menekuninya yakni kelaas Axioo.

SMK yang berada di bawah yayasan Nurul Islam itu dipercaya oleh perusahaan laptop Axioo. yakni memberikan sparepart kepada siswa untuk dirakit sendiri.

Mereka merakitnya mulai dari awal sampai selesai. "mereka belajar merakit secara berulang sampai mahir," kata ketua program keahlian teknik komputer dan jaringan (TKJ) SMK Nuris, Riant Perdana. setelah mampu merakit laptop, laptop itu menjadi milik pribadi setiap siswa. tak heran, para pelajar itu begitu semangat belajar merakit laptop karena akan menjadi miliknya. "ada standart kurikulum industri yang harus diterapkan, kemudian dikolaborasikan dengan kurikulum 2013," tambah Riant.

Standar industri Axioo, kata dia, harus mengikuti Axioo Class program (ACP) 0 dan ACP 1. seperti pengenalan sparepart dan fungsinya. sedangkan ACP dua lebih pada perakitan. "kelas X wajib mempelajari ACP," jelasnya.

Ada tempat khusus belajar merakit laptop, yakni di kelas Axioo, ruangannya menggunakan Ac, suasananya nyaman, tenang dan sejuk, eduboard. kelas ini memenag dibuat khusus agar siswa bisa belajar dengan tenang dan nyaman.

Suasananya itu membuat para siswa semakin bersemangat belajar. para pelajar yang sekolah di SMK Nuris cukup beruntung. sebab, selain menempati kelas yang nyaman, juga memiliki bisa langsung memiliki laptop Axioo.

Seluruh kelengkapan fasilitas belajar di kelas itu disediakan oleh Axioo, mereka harus memakai baju khusus berwarna putih, sarung tangan karet dan lainnya. Hal itu sesuai dengan standart yang diberikan oleh Axioo.

Para siswa SMK Nuris belajar di ruangan itu selama delapan jam. suasana yang nyaman membuat mereka betah belajar merakit komputer dan laptop. "satu kelas diisi oleh 36 siswa, mereka diseleksi dulu seperti proses melamar kerja," ucapnya. misal, tes tentang psikologi, dan lainnya.

Kelebihan belajar di kelas Axioo, para siswa SMK Nuris memiliki kompetensi sesuai standart industri. kemudian, memiliki sertifikasi internasional dan sertifikasi dari industri. "selain itu, bisa menyerap materi KBM lebih cepat," ujarnya.

Ketika sudah lulus dari kelas Axioo, mereka bisa langsung masuk kerja karena sudah mengantongi sembilan sertifikat yang bbisa digunakan untuk bekerja. misal sertifikat microtik, sertifikat acoding, sertifikat fiber optic dan lainnya.

Selain mudah mencari karier, mereka juga memiliki kemampuan kewirausahaan. bila tak ingin menjadi karyawan, bisa mandiri denagn menjadi entrepreneur. "mereka diajari merakit laptop sampai bisa," tuturnya.

Kemudian itu tak hanya diasakan oleh para siswa, tetapi juga para guru di SMK Nuris. mereka bisa meningkatkan kompetensinya, menjadi perwakilan Axioo sebagai assessor dalam uji kompetensi serta meningkatkan poin akreditasi guru.

Guru juga lebih mudah menerangkan karena siswa sudah siap dengan materi yang ada di dalam laptop. dalam pembelajaran dikelas ini, siswa diminta untuk lebih aktif. "baru kalau tidak bisa memecahkan masalah, ditanyakan pada guru," jelasnya.

Selain itu, guru hanya menyampaikan materi seperlunya pada slide yang sudah disediakan. para siswa mengembangkannya dengan berbagai metode, seperti diskusi. "per semester dipantau oleh Axioo, jika berkembang, peralatan akan terus ditambah, perkembangan teknologi Axioo juga sampaikan," paparnya.

SMK Nuris menggandeng Axioo untuk menciptakan siswa yang memiliki keahlian profesional. kerja sama itu berdasarkan  kebutuhan zaman agar lulusannya bisa bersaing  ketika sudah terjun ke lapangan kerja. "kami tak ingin lulusan kami bekerja di jabatan biasa, tetapi menempati posisi strategis," tambah Drs Haryono, kepala SMK Nuris.

Para lulusan SMK Nuris juga sudah mampu mewarnai dunia kerja. selain ini juga diterima di berbagai perguruan tinggi ternama, seperti Universitas Jember, Uguna Darma Jakarta, Teknik Mesin Universitas Malang dan lainnya. Pengasuh Ponpes Nuris Gus Robith Qosidi menambahkan pesantren tidak ingin ketinggalan dalam bidang teknologi. sehingga menggandeng Axioo untuk menciptakan smart class agar para siswanya lebih berkompeten. (kl/gus/cl/hdi)

SUMBER : JP-RJ 9 JUNI 2018

Senin, 21 Januari 2019

BERBELANJA BERSAMA YATIM PIATU ALA GREBEG SEDEKAH

Ada Anak yang Menangis Karena Terharu

Bersedekah atau melakukan buka bersama kepada anak yatim piatu sudah sering dilakukan oleh kelompok sosial lainnya. namun, komunitas sosial Grebeg sedekah ini memiliki cara tersendiri untuk berbagi bersama anak yatim piatu. caranya, mengajak mereka berbelanja langsung baju lebaran di pusat perbelanjaan di Jember.

RANGGA MAHARDIKA, Jember Kota

ANTUSIASME anak-anak dengan berbagai usia, yang rata-rata masih duduk di bangku sekolah dasar ini tampak riuh mendatangi pusat perbelanjaan roxi mall di kawasan Mangli, kaliwates, Jember. bahkan, kekaguman mereka sudah mulai terlihat saat turun dari mobil yang mengantar mereka ke pusat perbelanjaan ini.

Begitu heboh, senang, dan langsung mengekspresikan kebahagiaan mereka karena mengaggap sedang berekreasi.

Anak-anak kecil yang sebagian besar mengenakan baju busana muslim yang lusuh ini kemudian memasuki area toko baju.

Mereka terlihat sibuk memilih berbagai macam model baju muslim. maklum, mereka berbelanja untuk kebutuhan lebaran. mereka pun bebas memilih baju, celana, dan sepatu sandal sesuka hati.

Menariknya, satu anak yang berbelanja ini didampingi oleh satu relawan dari komunitas Grebek Sedekah Jember. tentu saja, di benak mereka sangat senang karena akan berlebaran dengan baju baru sesuai dengan pilihan mereka. hal ini sangat langka bisa dirasakan oleh mereka yang banyak menghabiskan waktu untuk bertahan hidup atau di panti asuhan.

Maklum saja, mereka ini adalah anak yatim piatu yang berasal dari berbagai daerah pinggiran di Jember. anak-anak ini jarang mendapatkan kesempatan untuk datang ke pusat perbelanjaan di kota. maka dari itu, mereka sangat senang saat diajak untuk berbelanja . "total ada 74 anak yatim iatu yang kami ajak berbelanja," jelas Mevi Widiati, salah satu inisiator Grebeg Sedekah.

Anak yatim piatu yang diajak berbelanja ini memang bukan dari wilayah kota. ada yang dari yayasan Al mubarok, Desa Bagon, Kecamatan Puger, juga dari Dusun Tenap, Desa Sucopangepok, Kecamatan Jelbuk. selain itu. ada dari Bede'en Dusun Sumber Petung, Desa Jambe Arum, Sumber Jambe.

"Mereka datangnya kami jemput dan pulangnya juga diantar ke rumahnya masing-masing," jelas Agung Ganong, relawan Grebeg Sedekah lainnya.

Bahkan, saat mengantarkan ini juga harus dengan perjuangan tinggi, karena memang ada daerah tersebut yang tidak bisa dijangkau oleh kendaraan. Beruntung, dalam mengantar jemput anak yatim ini, mereka dibantu oleh komunitas Trooper Nusantara Indonesia yang memang sudah biasa menembus medan berat.

Di acara itu, setiap anak yang berbelanja memang di dampingi satu pendamping. relawan pendamping ini, selain dari komunitas juga da bantuan dari generasi baru indonesia (GenBI) dan UKM Kerohanian Islam Studi Islam Berbala FH Unej.

"Pendamping ini agar belanja anak-anak tidak melegihi yang ditetapkan, yakni Rp 250 ribu setiap anak," terang Nurul Hidayah alias Cak Oyong, koordinator lapangan kegiatan kemarin.

Mereka pun diajak berbelanja semua pakaian lengkap mulai dari atas hingga bawah untuk persiapan hari raya. apalagi, pihaknya juga menetapkan kepada relawan pendamping untuk bisa mengajari anak-anak ini memanajemen uang yang dimiliki dan untuk membeli barang prioritas. relawan boleh menambah donasi kepada anak yang didampingi, tetapi dibatasi hanya Rp 25 ribu. "jika ada kelebihan, baru bisa untuk membeli barang lainnya," jelasnya.

Ternyata, meskipun hanya berbagi demikian, hal ini sangat berdampak luas biasa kepada anak yatim piatu pingiran yang memang tidak pernah berbelanja sebebas itu.

"Bahkan, yang dari sumber jambe itu ada beberapa anak yang sampai menangis terharu karena sebelumnya tidak pernah ke Jember dan berbelanja di pusat perbelanjaan seperti ini," ucapnya.

Ke depan, pihaknya berharap bisa terus melakukan program berbelanja sesama dengan yatim yang sudah dilakukan sejak tahun lalu tersebut. serta, diharapkan jumlahnya bisa terus bertambah lagi di tahun depan. pihaknya pun berharap bukan hanya Grebeg Sedekah saja, tetapi pihak lain juga bisa mengikuti kegiatan tersebut.

Kegiatan ini dirasa akan lebih bermakna kepada anak yatim piatu dibandingkan memberikan santunan seperti biasanya. "karena bukan hanya memberikan bantuan, tetapi juga benar-benar memberikan kebahagiaan kepada anak-anak," ucapnya. dalam kegiatan kemarin, usai berbelanja, anak-anak ini diajak untuk berbuka bersama di lantai dua pusat perbelanjaan tersebut. (ram/mgc/hdi)

SUMBER : JP-RJ 8 JUNI 2018

LEWAT STAND UP COMEDY, MUH RIZKI ZULKARNAIN JADI DUTA PANCASILA MILENIAL

Saya ingin Tanamkan Cinta Indonesia Lewat Komedi

Namanya Rizki Zulkarnain, tapi biasa di panggil Rizki Bibir. dia Pernah membawa nama Jember di Stand Up Comedy Akademi Indonesia hingga masuk belasan besar. leawat guyonan cerdasnya, dia jadi duta pancasila milenial dari Bupati Jember dr Faida.

WAWAN DWI SISWANTO, Jember Kota

DI SALAH satu toko di jalan A.Yani, pada malam 1 jinu lali mendadak ramai. mobil berjajar mamadati parkiran, petugas satpol PP dan Dishub pun tampak sibuk mengatur lalu lintas serta menata parkiran. ya malam itu adalah penuh arti sebagai peringatan Hari Lahir Pancasila.

Baik muda dan orang tua tampak hadir, mereka begitu mendengar diskusi dari berbagai tokoh. seperti Bupati Jember dr Faida, hakim di Mahkamah Konstitusi (MK), Dirjen PP Kemenkumham, dan turut hadir pembawa berita dari CNN.

Seriusnya acara diskusi tersebut, tiba-tiba suasana gayeng banyak tertawa dan banyak bertepuk tangan. saat itu, ada hiburan stand up comedy yang dibawakan Rizki. pria yang mengenakan kemeja tersebut sempat menyindir dirinya sendiri karena tidak terkenal. padahal pernah masuk belasan besar stand up comedy akademi Indonesia di indosiar.

Dia mengatakan, Jember ini budayanya Pandhalungan, madura campur jawa. dan sebagai orang Jember seharusnya bangga denagn daerahnya sendiri. "coba banyangin orang Jember pakai bahasa Jakartaan," katanya.

Bercanda yang dibawakan Rizki Bibir membuat Bupati Faida terpingkal-pingkal. Ya, Rizki dijadikan duta pancasila milenial. Rizki mengaku, dalam stand up comedy yang disampaikan tersebut ada maksudnya. yakni bangga jadi orang Jember, bangga jadi orang Indonesia.

Baginya, stand up comedy tidak sekadar berdiri sendirian dan melawak. tapi ada tanggung jawab yang diucapkan tersebut. lawak ynag dibawakan itu pendapat apa yang terjadi. sehingga, ada pesan dan kritikan yang dimaksud.

Dilihat dari sejarahnya stand up comedy ini berasal dari orang kulit hitam. mereka membuat wadah ungkapan keresahan selama ini yang pada waktu itu karena rasis. sehingga, dengan cara komedi adalah cara terbaik untuk mengemukakan kritikan, pendapat, dan membuat orang sadar. sehingga, kata pria asal Patrang ini, stand up comedy ini lawakan cerdas. karena, bisa menyamakan referensi pelawak dengan penonton.
"Ada teorinya, sampai akarnya. ada rumusnya, ada penekanan kata-katanya," tambahnya.

Seni stand up comedy juga bermanfaat sebagai public speaking, penulisan, memahami penggung dan penonton.selain itu juga kan semakin menambah wawasan. ya ynag dialami selama ini, tambah Rizki, setelah bergelut di dunia stand up comedy, akan berusaha menambah wawasan untuk menambah referensi saat di atas panggung stand up.

"saya ini orangnya ini tidak suka membaca buku, tapi karena stand up comedy semangat membaca buku berbagai keilmuan," imbuhnya.

Mampu melawak di stand up comedy, tidak ditempuh dengan gampang. "sejak saya terjun di stand up comedy, bisa melucu itu satu setengah tahun," katanya. dia mengaku cita-citanya masa kecil memang unik. jika teman lainnya, bercita-cita ingin jadi dokter sampai polisi. dia ingin melawak.

Saat ingin jadi pelawak di stand up comedy tahun 2012, nyatanya tidak gampang juga tidak asal banyol. menjadi orang pertama yang membangun komunitas stand up comedy di Jember, dia pernah malu. "waktu itu sebagai stand up comedy pembuka dan saat itu bintang tamunya kemal. dari 350 penonton, saat saya stand up comedy, semua tidak tertawa," katanya.

Bahkan, Rizki sempat merana saat ada orang tak mau nonton stand up comedy karena ynag mengisi adalah dirinya. "Pernah ada orang mau nonton nggak jadi, karena tahu ada saya yang mengisi," imbuhnya.

Dia tetap bangkit dan tak mau menyerah begitu saja, karena ketawa adalah candu. nyatanya, kini namanya makin lama makin dikenal. (hdi)

SUMBER JP-RJ 7 JUNI 2018

Minggu, 20 Januari 2019

DRADJAD PREMADI, PENEMU POLAMATIKA ASAL JEMBER

Belajar Matematika Jadi Mudah dan Menyenangkan

Sampai sekarang pelajaran matematika masih menjadi momok sebagian pelajar. Jangankan mengerjakan soalnya. mendengar namanya saja tak sedikit siswa yang langsung "alergi". merasa prihatin, Drajad mencari pola baru dalam belajar matematika.

BAGUS SUPRIADI, Ambulu

DRAJAD Premadi kini banyak diminta untuk menjadi pemateri pelatihan Polamatika. bahkan, dia kerap ke luar pulau, seperti Kalimantan, Aceh, hingga Papua. dia diminta melatih para guru dan siswa untuk belajar matematika.

"Ini ada undangan untuk mengisi di Maumere," katanya. pria yang akrab disapa Dradjad itu memang ahli di bidang matematika. dia menemukan solusi yang mudah dan menyenangkan dalam belajar matematika. memang, sejauh ini banyak pelajar yang tak menyukai matematika, bahkan masih seperti momok yang menakutkan. tak heran, sering kali nilai ujian matematika jeblok.

Salah satu penyebabnya karena pembelajaran matematika masih belum menyenangkan. saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. suasana kelas seperti tegang dan kurang menyenangkan. para pelajar pun merasa jenuh dan bosan. materi pelajaran sulit ditangkap.

Dradjad merasa prihatin dengan kondisi tersebut. pada 2007 silam, dia mencoba mencari jalan keluar. mencorat-coret kertas dengan angka-angka perkalian. hasilnya, dia menemukan pola baru dalam belajar menghitung, yakni polamatika.

"Pembelajaran menghitung di SD terlalu lama dipahami," ucap alumni SMAN 1 Jember tersebut. Polamatika yang ditemukannya ternyata sangat mudah dan menyenangkan. akhirnya, polamatika itu diajarkan hanya untuk kursus privat siswa SD.

Selanjutnya, polamatika terus berkembang dan diterapkan di tempat kursus di Bogor dan Jakarta. lalu, workshop dan penataran hingga ke berbagai daerah se-Indonesia. "saya tinggal di Bogor untuk menguji penemuan ini, diajarkan di dana selama 2007 hingga 2008," akunya.

Kemudian, polamatika terus mengalami perubahan dan penyempurnaan penyampaian materi pada siswa. awalnya, polamatika mengenalkan metode kolom yang mengubah cara hitung susun. "kemudian di ubah lagi denagn metode L," ujarnya.

Sekarang, metode yang digunakan dengan 3D, yakni dikte, denagn kertas, diulang. selain itu, polamatika juga menggunakan metode belajar sinergi otak kiri dan kanan. metod eini ditemukan oleh Dradjad setelah belajar langsung pada sahabatnya, dari penulis buku psikologi, parenting, dan sistem otak unggul. "metode inilah yang membedakan polamatika dengan metode cepat lainnya," terang lulusan Universitas Brawijaya ini.

Dia menegaskan, metode yang diciptakannya, mampu menghilangkan ketakutan siswa dalam belajarr matematika. bahkan, mereka akan suka dengan matematika selmanaya. hal itu sudah dibuktikan kepada beberapa pelajar. hasilnya, mereka menjadi suka dengan matematika.

Dradjad menjelaskan, belajar matematika memaksimalkan potensi otak manusia memiliki otak yang luas biasa. menurut dia, otak manusia terdiri dari dua bagian. yakni pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. "pikiran bawah sadar memiliki potensi lebih besar dibanding pikiran sadar," ucapnya.

Hanya saja, banyak orang yang masih belum memanfaatkan potensi pikiran bawah sadar ini. pikiran bawah sadar bekerja setiap saat, merekam dan mengingat semua hal yang dilakukan. metode ini memaksimalkan potensi tersebut dalam pembelajaran matematika.

Polamatika, lanjut dia, adalah cara berhitung cepat dan mudah menggunakan pola bilangan. pola ynag digunakan pada pembelajaran awal adalah kolom polamatika. "dengan polamatika, siswa cukkup mengenal satu pola untuk mengerjakan perkalian acak berapa pun," terangnya.

Bahkan, penggunaan pola bilangan itu juga berlaku pada perhitungan pangkat dan akar. penggunaan polamatika sudah tidak lagi menggunakan cara simpan, seperti yang selama ini digunakan pada perkalian cara bersusun. penggunaan cara bersusun sering kali menjadikan siswa keliru dalam menempatkan nilai angka ratusan, puluhan dan satuan.

Perbedaan utama polamatika dengan teknik hitung cepat lainnya adalah jika metode lain menggunakan alat peraga, polamatika tidak mengunakannya hanya menyederhanakan teknik berhitung saja. "Dengan penyederhanaan ini, siswa menjadi mudah menggunakannya pada operasi hitung," paparnya.

Dradjad mengaku, matematika menjadi pelajaran yang paling disukainya ketika masih di bangku sekolah dasar. ditanya tentang pelajaran yang lain, dia merasa tidak tahu, apalagi bahasa inggris. "bisanya cuma matematika," ujarnya lalu tertawa.

Tak heran, bila dia menemukan pola baru dibidang mata pelajaran ini. saat ini, dia sudah menulis 17 buku tentang matematika. dia amat produktif menulis buku matematika karena menyukainya. "sayangnya, saya lebih banyak mengisi pelatihan di luar kota," ujarnya.

Jember, lanjut dia, belum banyak ynag mengetahui tentang penemuan ini. namun, dirinya tetap berupaya mengajar polamatika pada guru dan siswa di Jember. (mgc/ras)

SUMBER : JP-RJ 6 JUNI 2018

Kamis, 17 Januari 2019

WAHYU ELMA NAFAN, INISIATOR MUKENA BERSIH JEMBER

Keliling Cuci Mukena meski Sering Ditolak Masjid

Mukena yang disediakan masjid kadang sudah tidak layak pakai atau kotor. inilah yang menggerakkan Wahyu Elma Nafan untuk membuat gerakan Mukena Bersih Jember. agar mukena di masjid bisa tetap terjaga kebersihan dan kenyamanan.

RANGGA MAHARDIKA, Jember

WAHYU Elma Nafan, 30, ibu muda yang juga seorang notaris ini tidak menyangka jika kegiatan ynag dilakukannya selama setahun terakhir diapresiasi banyak orang. sebab, sebenarnya yang dilakukannya hanyalah hal sepele yang bisa dia lakukan, dan berharap bisa memberikan manfaat untuk orang lain. hanya itu.

Termyata, meskipun dianggap sepele, namun yang dilakukannya membuat banyak pihak terenyuh. ibu dari Sultan dan Aisyah ini mendirikan Gerakan Mukena Bersih Jember. yakni gerakan sekelompok orang yang peduli unutuk mencuci dan membersihkan mukena yang ada di masjid-masjid danmusala di Jember.

Elma, panggilan akrabnya mengatakan, sebenarnya tidak ada niat untuk melakukan gerakan ini. "Semua awalnya karena kerjaan saya kan notaris.

Jadi banyak mobile," jelasnya. sehingga,dia pun harus banyak melakukan iabadah salat luar rumah, yakni di mana pun lokasi yang ada masjid dan musala.

Saat salat inilah, dirinya yang tidak selalu membawa mukena kadang dibuat kaget dengan keadaan mukena di masjid yang didatanginya. "bahkan, pernah mampir ke masjid pinggir jalan raya di Jember. malah tidak ada mukena sama sekali," ucapnya.

Padahal, di masjid itu ada anak-anak sedang TPA (Tempat pendidikan Alquran), tetapi tidak ada mukena. akhirnya, sejak pengalaman setahun lalu itu, dia pun sadar dan ingin membuat gerakan membersihkan mukena.

Selain membersihkan mukena, dirinya juga berharap berbagai kebahagiaan. denagn mukena bersih, maka masyarakat yang menggunakan akan senang. "masak mengkritisi tapi tidak melakukan apa-apa. anggap sebagai tabungan akhirat," jelasnya.

Namun, niat baik tidak selamanya diartikan baik oleh pihak lain. dirinya mengaku, untuk mengawali gerakan ini bukan hal yang mudah. "awalnya ada masjid yang menolak, namun setelah dijelaskan dengan baik akhirnya M. Nafan dan Rini Endah Patmarsih ini. Atau, ada alasan ahwa di masjid sudah ada manajemen kebersihan sendiri.

Oleh karena itu, dalam melakukan gerakan ini dia membagi menjadi dua program. "ada dua macam, yakni mukena bersih amanah dan mukena bersih hibah," tutur Elma, kemarin.

Mukena bersih amanah adalah kegiatan secara aktif mendatangi setiap masjid yang tidak memiliki manajemen atau jasa untuk kebersihan mukena. oleh karena itu, Elma secara sukarela memberikan layanan mencuci mukena di masjid tersebut.

"Kalau yang aktif ini, kami ambil dan cuci setiap tiga hari atau seminggu sekali," tutur perempuan kelahiran Jember, 27 Juni 1987 silam ini.

Perempuan lulusan S2 Kenotarian Universitas Airlangga dan S1 Fakultas Hukum Universitas Jember ini, sengaja mendatangi satu persatu masjid, dan mengambil mukena yang kotor dari masjid tersebut. "Ya kemudian dicuci. dan ketika kering dikembaliakn lagi ke masjid," ucap istri Bagus Darmawan ini.

Sementara yang pasif atau mukena bersih hibah, biasanya sudah ada pihak manajemen masjid yang mengelola kebersihan di sana, termasuk dalam kebersihan mukena. sehingga, ELma hanya memberikan mukena kepada masjid tersebut dan yang mecuci langsung dari pihak masjid. untuk hal ini, dia menyisihkan sedikit dari pendapatannya untuk memebeli mukena. "setiap masjid 2-4 mukena," jelasnya.

Sejauh ini, semua dilakukannya sendiri dalam merawat cukup banyak mukena masjid di Jember. jika kemudian ada orang lain yang rela untuk ikut mencuci, maka amanah itu diserahkan kepada orang tersebut. asalkan mukena bisa tetap bersih.

Menariknya, dirinya memiliki ciri khusus mukena yang dihibahkan. "gerakan dan bantuan lain yang sama mungkin banyak, tapi mukena bersih Jember memiliki ciri khas," tuturnya.

Dengan memberdayakan penjahit setempat, dirinya memberi motif Suwar Suwir pada setiap mukena yang akan dihibahkan. (mgc/hdi)

SUMBER : JP-RJ 3 JUNI 2018

Rabu, 16 Januari 2019

PERIAS BRIDAL JEMBER TERIMA PENGHARGAAN WALIKOTA SURABAYA

Mulai Kembangkan Teknik Airbrush

Perempuan tak selamanya jadi orang nomor dua. salah satu yang perlu dilakukan, perempuan harus mandiri dengan keahliannya masing-masing. pengusaha yang juga konsen di tata rias, menawarkan diri untuk melatihnya.

RULLY EFENDI, Jember Kota.

TAMPAK paling sibuk diantara yang lain. Mondar-mandir, sembari mengamati para perempuan muda. yang sedang merias wajah tamu di Sie-sie Salon Patrang. sesekali, perempuan yang diketahui bernama Siti Aminah Zakaria, turun langsung memperbaiki riasan mereka.

Tak banyak teori. melatih, langsung dengan ilmu terapan. perempuan yang sedang menempuh pendidikan S3 ilmu manajemen, berperan sebagai guru rias.

Tak sembarangan, karena baru-baru ini, dia berhasil meraih runner up Piala Ris Model Fashion Show Walikota Surabaya.

Mimin-sapaan Siti Aminah, juga peraih gelar siswa terbaik Sekolah Make Up Profesional Hollywood, pimpinan Vina Wijayanti. Bridal, menjadi spesifikasi keahliannya. namun ke depan, dia bakal mengemmbangkan rias dengan teknik airbrush. "saya sebut Jember potensial," katanya.

Seperti beberapa pengalaman berkarya d beberapa kota besar. diakui Mimin, ada daja talenta yang ikut bertanding ternyata masih berdarah Jember. namun, mmereka lebih memilih keluar Jember, karena menilai daerah lain lebih subur. "Kecenderungannya memilih tinggal di kota besar," tuturnya.

Berbeda dengannya. belajar dari orang luar daerah, setelah menguasai ilmu dan tekniknya, dia pun memilih kembali pulang ke Jember. tak sekadar mengembangkan kemampuan pribadinya. karena dia, ingin menularkan ilmunya ke banyak orang di Jember.

Tentu, teknik airbrush dan teknik rias yang masih tergolong langka di Jember. namun apa pun harus dia lakukan, sebab dia menginginkan perias potensial bertumbuhan di Bumi Pandhalungan Jember.

Mempraktikkan teknik airbrush memang tak mudah, menyemburkan tinta kosmetik lewat pena airbrush yan didorong udara melalui kompresor, sehingga menimbulkan "kabut" tipis pada bagian wajah yang diinginkan. teknik yang sama digunakan juga dalam teknik duco untuk mencat mobil, maupun dalam dunia lukis dan grafis.

Tetapi soal hasil teknik ini memiliki keunggulan jauh lebih higenis. karena tangan dan alat kosmetik tidak menyentuh kulit wajah, dan pengerjaannya lebih cepat. hasilnya pun lebih merata, lebih licin, lebih halus, terutama dalam membuat gradasi warna.

Bersama guru sekaligus sahabatnya - Ce Jeny, Mimin akan menjadikan Jember semakin salah satu kiblat make up nasional. tentu, bukan sekadar mengairahkan pendidikan informal tentang make up, karena yang paling tepat dan efektif, perlu ada event make up berstandart nasional yang digelar kontinu.

Dia mencontohkan di beberapa kota besar. beberapa event pemerintahan, disinergikan dengan pelaku make up. seperti waktu itu, Dinsos Pemkot Surabaya yang menggelar nikah masal, periasnya melibatkan perias sekitar untuk mengasah kemampuannya. "saya yakini Jember bisa," pungkasnya. (rul/cl/hdi)

SUMBER : JP-RJ 2 JUNI 2018

Selasa, 15 Januari 2019

ARUS BALIK, ALUMNI PESANTREN SALAFIYAH DUKUNG GUS IPUL

Tak Usah Ragu, Sampaikan Keluarga untuk milih Nomor Dua.

Calon Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mendapat dukungan dari Ikatan Santri & Alumni Salafiyah Syafiiyah (IKSASS) kawasan Banyuwangi dan sekitarnya. Dukungan disampaikan dalam pertemuan yang digelar di Banyuwangi, Rabu malam (30/5).

"KITA semua sudah sepakat mendukung Gus Ipul ini amanah para kiai, para ulama," ujar Ibu Nyai Djuwariyah, malam itu.

Ungkapan itu disampaikan istri almarhum KHR Fawaid As'ad itu, dalam pertemuan ynag juga dihadiri Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Saat itu, ratusan santri senior dan alumnus pesantren salafiyah syafiiyah, Sukorejo-Situbondo memang membacakan ikrar untuk bekerja tulus dan sepenuh hati memenangkan Gus Ipul.

Tampak hadir juga di antaranya santri senior Mudzakkir Abdul Fattah, Muhammad Toha, dan Mustain.
"Jumlah alumnus Pesantren Salafiyah Syafiiyah di Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso ini ratusan ribu, belum termasuk keluarga dan simpatisan pondok. sesuai amanat dan ikrar tersebut, kami semua siap memenangkan Gus Ipul," ujar pengurus pondok, Masykuri.

Dia menyebar ini sebagai "arus balik" karena sebelumnya tokoh-tokoh pesantren tersebut selalu mendukung Khofifah dalam dua kali pemilihan gubernur sebelumnya, yaitu pada 2008 dan 2013.

Dalam bahasa Madura, Bupati Anas menambahkan, pencalonan Gus Ipul adalah amanat KHR Fawaid Asad, sebagaimana sering disampaikan Ibu Nyai Makkiyah As'ad Syamsul Arifin.

"Nyai Makkiyah juga selalu mengatakan, keputusan mendukung Gus Ipul adalah arahan kiai Fawaid sebelum kiai meninggal," ujar Anas yang cuti untuk berkampanye.

Nyai Makkiyah adalah pengasuh pesantren salafiyah syafiiyah sekaligus putri almarhumah KHR As'ad Syamsul Arifin, ulama berpengaruh NU yang jugaa pahlawan nasional. ia adalah penyampai pesan (isyarah) berupa tongkat dari Syaichona Kholil Bangkalan untuk KHR Hasyim Asy'ari yang merupakan cikal bakal berdirinya NU.

"Daddi ampon tak osa ragu, atorragi dek sedajana kaluarga ben tan-teretan sedhejeh ka angguy mele Gus Ipul alampa agi dhabuna para kyai (jadi tidak usah ragu lagi, sampaikan ke keluarga dan semuanya untuk memilih Gus Ipul sesuai amanat para ulama)," kata Anas dalam bahasa madura.

Pesantren Salafiyah Syafiiyah adalah salah satu pesantren besar dan berpengaruh di Jatim.
Dalam kesempatan itu, Gus Ipul berterima kasih atas mengalirnya dukungan dari santri, alumnus, dan simpatisan pesantren salafiyah syafiiyah.

Dia bercerita, selama sepuluh tahun terakhir menjadi wakil gubernur Jatim telah mendorong penguatan madrasah diniah (madin). Jatim adalah satu-satunya provinsi di Indonesia yang mengalokasikan program dan dana khusus untuk madin.

"Keberadaan madrasah diniah harus kita pertahankan sampai kapan pun, untuk ikut menanamkan sikap keagamaan yang baik pada generasi bangsa," ungkapnya.

Sebanyak 10.000 guru madin juga telah mendapatkan beasiswa kuliah. "dan ini kita terus perluas ke depan dengan menambah insentif untuk ustaz/ustazah, para guru, dan hafiz/hafizah," kata Gus Ipul. (mgc/hdi)

SUMBER : JP-RJ-1 JUNI 2018

Minggu, 13 Januari 2019

PERJALANAN BERLIKU DARI JURNALIS HINGGA RAIH GELAR DOKTOR

Bela Wajah Pesantren, Teliti Isu Terorisme di Media Siber.

Berkat penelitiannya tentang isu Terorisme dan Radikalisme Terhadap Pondok Pesantren, Kun Wazis, Dosen Fakultas Dakwah IAIN Jember meraih gelar doktor Ilmu Komunikasi dari fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. Alumni wartawan Jawa Pos Radar Jember 1999-2009 ini memiliki kisah menarik dari perjalannya sebagai jurnalis hingga menempuh gelar tertinggi akademik di perguruan tinggi ini. seperti apa?

KUN WAZIS, Bandung

"SAYA setujui kalau doktor yang ditempuh sesuai dengan kebutuhan kampus. Mumpung , ada program 5000 Doktor Kementrian Agama RI, itu bisa dicoba, bisa berkompetisi dulu." itulah kenangan saya berdiskusi dengan Rektor IAIN Jember Prof. Dr H. Babun Suharto, S.E., M.M., pada awal Januari 2015 silam. berbekal rekomendasi Rektor yang pernah menjadi ketua PC GP Ansor Jember ini, saya mengisi pendaftaran online program Mora2015 Dirjen Pendis Kemenag dengan meng-klik pilihan program S3 Ilmu Komunikasi Unpad. Waktu itu, tercatat di web scholarship. kemenag. co.id tertanggal 09-04-2015.
alhamdulillah, hasil tes yang diselenggarakan tim Pascasarjana Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad, saya dinyatakan lulus.

Melalui beasiswa yang berlaku 6 semester ini, sejak awal kuliah saya bertekad untuk selesai tepat waktu, jangan sampai motor. saya belajar banyak dari pada doktor di IAIN Jember yang memiliki beragam pengalaman menyelesaikan studi. agar memudahkan target, bersama teman-teman satu angkatan mengontrak rumah di kawasan Caringin Regency Jatinangor yang dijadikan sebagai tempat diskusi. diskusi itu memudahkan para mahasiswa S3 menajamkan isu yang akan dipilih jadi riset disertasi, biar tidak gampang mandeg nalar kritisnya.

Selain membangun dialektika dengan komunitas seangkatan, komunikasi dengan dosen pengajar dijaga dengan baik dengan cukup kental di Unpad. Kegiatan seminar nasional maupun internasional diikuti untuk menambah wawasan keilmuan dan relasi. proses akademik, mulai dari perkuliahan, ujina prakualifikasi, seminar usulan penelitian, Ujian Naskah Disertai, hingga Ujian Disertai saya jalani dengan enjoy. memahami perbedaan budaya menjadi sangat penting agar kita tidak salah dalam berkomunikasi, agar kita tidak salah dalam berkomunikasi, agar tidak terjadi noise (gangguan,red) yang berdampak pada ketegangan antar kita dengan orang lain.

Setelah menjalani proses akademik yang berliku, saya berhasil mempertahankan disetasi berjudul "Relasi Media Massa dalam Konstruksi Realitas Pondok Pesantren di Indonesia (Analisis Wacana Kritis tentang Isu Terorisme dan Radikalisme terhadap Pondok Pesantren pada Media Siber Jawa Pos.Com, Kompas.cpm, dan Republika.co.id)" pada sidang promosi doktor, Kamis 24 Mei 2018 lalu. "Ya, semunya dijalani, dinikmati, nanti juga selesai." begitu pesan Prof. Babun kepada saya.

Semangat berusaha keras menyelesaikan studi S3 ini tidak lepas dari pembentukan karakter pada diri saya sejak lama. Terutama didikan kedua orang tua saya, H Roqib (alm) dan Hj Siti Marchamah. Ayah saya adalah santri Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur yang menghabiskan hidupnya di Pondok sepuh itu sebagai guru fikih. dalam berbagai pengajian dna kegaitan pondok, saya dikenalkan semangat keikhlasan, keistiqamahan, dan kemandirian sebagai karakter santri. untuk itu, meski mata kuliah yang saya ajarkan komunikasi massa, tetap saja saya melihat bagaimana wajah pondok pesantren di konstruksikan oleh media. saya tergelitik kritis, karena tesis saya sejak awal mengatakan tidak mungkin pesantren sebagai lembaga pendidikan ajaran islam yang rahmatan lil alamin, kok mengusung ajaran terorisme dan radikalisme.

Soal tekad, kehidupan jurnalis yang pernah saya jalani ikut mewarnai sikap saya. sebab, pilihan berkarir sebagai jurnalis di Jawa Pos Radar Jember sejak 1999 silam, terinspirasi oleh kehebatan jurnalis dalam mengungkap realitas yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain. berkat berita yang kritis, suatu kejahatan bisa dibongkar dan masyarakat bisa menjadi lebih waspada. hikmahnya, tulisan atau berita bisa mendatangkan manfaat yang besar bagi banyak orang yang membacanya.

Hanya saja, menulis bukan pekerjaan gampang. sebagai jurnalis selalu dituntut berfikir keras mencari isu yang menarik, terjun ke lapangan menggali sumber berita yang berimbang, wawancara dengan informan secara mendalam , dan menarasikan peristiwa secara lugas. kesabaran, keteladanan, kecepatan, dan kedisiplinan terlatih selama menjadi jurnalis. dengan rutinitas seperti itu, dibutuhkan fisik yang memadai dan strategi komunikasi yang baik dengan siapapun.

Hikmah lain ynag dipetik adalah jaringan komunikasi yang luas. selama saya menjadi jurnalis, karakter sumber berita sangat beragam sehingga harus bisa dipahami sekaligus pelajaran yang menarik. ternyata, setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda di dalam memandang sebuah realitas. peristiwa politik, misalnya bisa dilihat dari beragam sudut sesuai dengan subyektifitas seseorang. untuk itu, seorang jurnalis harus dapat memperlakukan sumber berita dengan proporsional agar faktanya berimbang, tidak njomplang. saya sendiri belajar berbuat adil dari cara menampilkan nara sumber di koran.

Relasi yang terjalin dengan baik dengan berbagai kalangan mengantarkan saya menjadi pengajar diSTAIN Jember sebagai dosen luar biasa sejak 2004. saat itu, tawaran dari kampus Mangli ini tak bisa saya tolak. kebetulan mata kuliah yang ditawarkan adalah "Teknik Wawancara dan Menulis Berita" sehingga masih nyambung atau sesuai denagn kemampuan sebagai jurnalis. karena bersifat praktik, ilmu kewartawanan yang saya dapatkan dari pelatihan di Jawa Pos dan pengalaman jurnalistik di lapangan saya sampaikan di kampus.

Pengalaman sebagai jurnalis dan dosen luar biasa ini memberikan hikmah tersendiri bagi saya. sebagai dosen, saya dituntut memahami lebih mendalam ilmu komunikasi, terutama komunikasi massa. selama bertahun-tahun, "dua profesi" itu saya lakoni sesuai dengan kemampuan. setidaknya memahami teori-teori komunikasi massa. ya, belajarnya harus sedikit ekstra.

Pernah suatu ketika saya menghadapi pilihan sulit antara bertahan sebagai jurnalis atau menerima dosen sebagai profesi yang baru. bagi saya, waktu 10 tahun sudah cukup untuk menimba pengalaman lapangan jurnalistik. dan, selama mengajar, komunikasi dengan institusi media massa tidak terputus. setidaknya, hubungan itu terus terjalin karena berbagai kegiatan kampus, misalnya PPL juga ditempatkan di perusahaan media, baik media cetak, media elektronik, maupun media online. hubungan media massa dengan  kampus, menurut saya, tidak boleh putus. bisa saling besinergi, bisa saling mengontrol, bisa saling menyampaikan pesan kebaikan dengan caranya masing-masing.

Konsekuensi menjadi yang memadai sebagaimana diamanatkan dalam UU Guru dan Dosen bahwa dosen wajib berkependidikan minimal S2. Berbekal tekad pula, S2 Ilmu Komunikasi di Universitas Dr Soetomo Surabaya dapat saya selesaikan meski harus menguras energi, pikiran, dan waktu. saya selalu diingatkan oleh abah ketika beliau masih hidup agar mencari ilmu itu diniati ibadah biar nggak sia-sia ya, kalau mau jadi dosen, ya bismillah. berusaha yang keras dan berdo'a yang kuat, itu kata kuncinya. (ras)

SUMBER : JP-RJ- 30 MEI 2018

Kamis, 10 Januari 2019

NUNCHAKU, SENI OLAHRAGA BELA DIRI YANG MULAI BERGELIAT DI JEMBER

Penggeraknya Bersal dari Atlet Berbagai Aliran Bela Diri

Kian banyak seni olahraga bela diri yang berkembang di Jember. salah satunya Nunchaku, seni bela diri yang lahir di Tiongkok dan lantas berkembang di Jepang pada abad ke II sebelum Masehi. geliat Nunchaku di Jember kian semarak sejak berdirinya komunitas tersebut pada akhir 2017 lalu. mereka biasa berlatih di lapangan terbuka seperti di Alun-alun Jember.

ADI FAIZIN, Jember Kota

ISTILAH Nunchaku atau ruyung mungkin kurang familier di telinga sebagian besar masyarakat. namun, berbeda jika yang disebut adalah Bruce Lee. aktor bela diri Hong Kong era klasik tersebut, selain memainkan beberapa jenis bela diri seperti Wing Chun, juga kerap menggunakan ruyung sebagai senjata dalam beberapa aksi laganya.

"Ruyung atau chaku itu adalah senjata yang identik dengan Nunchaku.
Kadang ada yang berbentuk triple stick, tapi yang lazim dipakai adalah yang double stick, karena lebih mudah di bawa dan digunakan," tutur Misbahul Hasan, salah satu pendiri, guru, juga ketua Jember Nunchaku Club (JNC), komunitas Nunchaku di Jember.

Sebagai sebuah aliran olahraga seni bela diri, Nunchaku memiliki akar sejarah yang cukup panjang dan keunikan tersebdiri. dari berbagai literatur sejarah disebutkan, Nunchaku mulai diadopsi oleh masyarakat Ryukyu di Okinawa Jepang sejak sekitar tahun 400-200SM. mereka merupakan imigran yang berasal dari Tiongkok dengan kultur dan mata pencarian di bidang agraris.

Nunchaku merupakan alat pertanian yang dipergunakan untuk merontokkan biji-bijian pada padi maupun kacang-kacangan seperti kedelai dan sejenisnya. "tetapi karena ada kebijakan larangan membawa senjata tajam pada masa itu, maka alat ruyung atau chaku ini kemudian dimodifikasi menjadi senjata untuk bela diri," terang Misbahul.

Di Indonesia, lanjut Misbahul Nunchaku mulai masuk sejak masa penjajahan Jepang. "Dulu memang sempat ada Nunchaku yang murni untuk bela diri. tetapi sekarang, lebih pada free style. dan gerakan NUnchaku bisa diadopsi oleh berbagai aliran atau perguruan bela diri mana pun," tutur pria asal Sempursari, Kaliwates ini.

Sebelum aktif di Nunchaku, Misbahul mula-mula menekuni pencak silat dengan bergabung ke perguruan Al-Musyir pada usia 15 tahun. selang beberapa tahun kemudian, Misbahul lantas pindah ke perguruan Asadur Rijal. aliran Macan Putih. "dulu saya sempat membuka cabang perguruan Asadur Rijal di Timor Leste selama empat tahun, sejak tahun 2010. cuma, karena alasan pekerjaan, saya kembali ke Jember," cerita Misbahul.

Hal senada juga disampaikan Abdul Ghofur, rekan Misbahul yang juga Wakil Ketua JNC. sebelum aktif menggerakkan Nunchaku di Jember, Ghofur lebih dulu menekuni Wushu Sanda dan Kung Fu perguruan Wono Roseto. selain Nunchaku, Ghofur dan Misbahul saat ini juga sedang mempelajari bela diri Alkido.

Kedua orang tersebut kemudian bertemu dengan De John Yassin yang lebih dulu jago menguasai Nunchaku. ketiganya lantas sepakat untuk mendirikan komunitas Nunchaku di Jember dengan nama Jember Nunchaku Club pada November 2017 lalu.

namu, Yassin yang juga atlrt pencak silat Asadur Rijal, saat ini tinggal dan bekerja di Bali sembari mengajar bela diri.
"Sebenarnya JNC ini cabang dari Indonesia Nunchaku, regional Jember. cuma, agar mudah dikenal, kita pakai nama Jember Nunchaku Club saja," terang Abdul Ghofur, wakil ketua JNC. di tingkat nasional, JNC mulai berdiri pada tahun 2008 yang diinisiasi oleh Deddy Irmawan, salah satu penggiat beberapa macam bela diri di Indonesia.

Dari semula 3 orang, jumlah anggota JNC kian bertambah. hingga kini, di usia yang baru 8 bulan, jumlah anggota JNC mencapai 25 orang. selain hadir di media sosial, kian populernya Nunchaku di Jember juga ditompang oleh latihan yang mereka lakukan di ruang terbuka. setiap hari minggu pagi, para anggota JNC rutin berkumpul dan berlatih di Alun-alun Jember. sesekali, mereka juga berlatih di tempat lain seperti di lapangan Unej.

"Kita berlatih di ruang terbuka. selain untuk menarik minat masyarakat, juga alasan keamanan. kita biasanya memilih hari Minggu karena libur. jadi sekalian bisa ajak anak," sambung Abdul Ghofur. salah satu variasi ari gerakan Nunchaku adalah penggunaan api pada dua ujung double sticknya. atraksi ini selain menghibur, juga harus dilakukan oleh mereka yang sudah berpengalaman.

Di Jember, gerakan Nunchaku memang lebih banyak menonjol sebagai atraksi free style ketimbang bela diri. sebagai atraksi free style, Nunchaku memiliki empat teknik dasar, yakni Huricane, Helicopter, Tornado, dan Fingering. "untuk bela dirinya bisa dikombinasikan dengan aliran beladiri lain," lanjut alumnus Fakultas Hukum UIJ ini.

Chaku atau ruyung sebagai alat utama dalam Nunchaku bisa didapatkan dengan mudah. masyarakat bisa mendapatkannya mulai dari harga Rp 65 ribu hingga yang paling mahal mencapai Rp 500 ribu. "kalau yang bagus itu lebih ringan enak didenagr. biasanya impor, harganya mulai Rp 200 ribu sudah dapat," tutur pria yang bekerja di salah satu perusahaan rokok di Jember ini.

Jika ingin lebih hemat, masyarakat bisa membuat sendiri alat Chaku dari bahan pipa paralon atau gabus. adapun besi tidak dianjurkan untuk menjadi bahan ruyung karena alasan keamanan. "kalau masih belajar, bisa memakai paralon atau gabus, karena lebih aman. resikonya kan bisa terkena tubuh kalau masih proses belajar," ujar Ghofur.

Sebagai olahraga olah tubuh dengan senjata tumpul, risiko sedera karena ruyung mengenai anggota tubuh, sudah akrab bagi mereka yang baru memulai belajar Nunchaku. "saya awal-awal belajar, sering juga cedera. kunci untuk menguasai adalah keberanian dan ketekunan untuk belajar," tutur pria yang juga juri wushu sanda tingkat jawa timur ini.

Selama beberapa bulan, peminat Nunchaku di Jember datang dari berbagai kalangan. salah satunya adalah Pratu Wahyudin, anggota Brigif Raider 9/2 Kostrad. "awalnya, saya melihat adik liting (tingkat, red) saya memainkan Nunchaku, saya langsung tertarik karena gerakannya cukup indah," tutur Wahyudin yang ditemui jawa pos Radar Jember saat tengah berlatih bersama, di alun-alun Jember.

Sejak itu, hampir setiap hari wahyudin berlatih Nunchaku di asramanya. dalam tradisi meliter, gerakan Nunchaku juga banyak dikembangkan. pada beberapa atraksi militer saat acara resmi, sering kali prajurit mempertunjukkan gerakan Nunchaku yang identik dengan kelincahan tangan. "beberapa gerakan yang sudah saya kuasai anatara lain lemparan belakang, memuatar jari, memutar leher, memutar balik badan, serta api," jelas Wahyudin.

Tak hanya orang dewasa. Nunchaku di Jember juga dinikmati oleh anak-anak. seperti Rio, salah satu anggota JNC yang masih duudk di bangku sekolah dasar. "Rio ini baru beberapa minggu intesif berlatih bersama JNC di alun-alun. tapi gerakannya sudah jauh di atas saya, karena dia cukup rajin. setiap hari berlatih," jelas Abdul Ghofur.

Ke depan, JNC merencanakan pembuatan kartu anggota, sesuai wacana yang berkembang di tingkat nasional. "karena chaku ini kan bisa jadi senjata, sehingga ketika anggota pergi, bisa ada kemungkinan terkena razia dari polisi," tutur Ghofur. (mgc/ras)

SUMBER : JP-RJ 29 MEI 2018

Rabu, 09 Januari 2019

MELIHAT CARA CYBER PATROL POLRES JEMBER AWASI HOAX

Ajak netizen dan Pegiat Media Sosial Ikut Laporkan Hoax

Biasanya, patroli yang dilakukan oleh polisi dengan membawa mobil keliling ke berbagai tempat. namun itu terjadi di dunia nyata. berbeda dengan patroli memantau kejahatan di dunia maya.

BAGUS SUPRIADI, Jember Kota

DI RUANG Media Command Center Polres Jember, ada empat panel digital denagn ukuran besar. masing-masing layar itu berisi tentang media sosial, mulai dari facebook, instagram, teitter, dan website Polres Jember sendiri. di sebelahnya, terdapat layar berisi vidio lalu lintas Jember.

Ruangan itu tak hanya digunakan untuk perkembangan media sosial. tetapi juga untuk memantau lalu lintas di Jember. di sana, ada tim cyber patrol yang mengawasi semua hal di media sosial. mulai dari status, berita, memantau grup dan lainnya.

Ada dua komputer khusus yang disiapkan untuk petugas tim cyber patrol.
Namun, ada pula anggota tim yang memantau perkembangan media sosial melalui gawai. kapolres jember AKBP Kusworo Wibowo sedanmg berada di dalam ruangan itu.

"Ini ruangan untuk memantau media sosial cyber patrol ini dibuat 2017 lalu," katanya pembentukan itu secara serentak dilakukan diseluruh kepolisian di jawa timur. tujuannya untuk mengantisipasi kejahatan dunia maya, seperti hoax dan kampanye hitam.

Jember, kata dia, berpotensi untuk meneruskan penyebaran berita hoax atau kampanye hitam. namun, belum ada kelompok yang membuat berita hoax. namun warga hanya membagikan tanpa melihat kebenarannya. "memang ada kelompok yang dibayar menyebarkan berita hoax, namun di Jember masih belum ada," tegasnya.

Selama 2018, ada 8 ujaran kebencian yang diterima oleh polres jember. salah satu contohnya, polres jember langsung melacak pelaku kejahatan di dunia maya. yakni salah seorang warga yang mengunggah gambar karikatur mengencingi bendera merah putih. netizen sendiri sudah geram dengan tindakan tersebut dan terjadi peran komentar yang panas.

Mendapati pesan negatif yang bertebaran di media sosial facebook dan whatsapp, polres langsung melacak. tim digerakan agar pembuat konten itu segera ditemukan. hasilnya, pelaku bisa segera diamankan.

Pelaku dari penyebaran berita palsu atau ujaran kebencian itu rata-rata asih dibawah umur. mereka merupakan generasi milenial yang erat dengan gawai, namun tidak tahu caranya dan belum paham bahwa ada konsekwensi hukum. "motifnya karena iseng emosi pribadi," ujarnya.

Patroli di dunia maya memang tidak semudah yang dibayangkan. sebab, harus melihat media sosial dengan jeli. namun, ada beberapa cara yang cukup mudah. seperti melihat hastag yang sedang berkembang.

Dalam melakukan patroli, polres Jember mengajak netizen untuk ikut aktif. seperti relawan TIK, Info Warga Jember dan Mimin Pantau. mereka ikut menjadi tim cyber patrol polres jember. "selain patroli, kami juga memberdayakan warga unutuk patroli," ucap kusworo. kejahatan duniamaya, kata dia, bisa dilaporkan melalui website polres jember.

Seandainya ada gangguan keamanan. baik di dunia maya atau nyata. perlu dilaporkan untuk ditindaklanjuti. "kalau beneran kami datang ke TKP, misal kecelakaan, unit lantas segera berangkat untuk cek lokasi," tambah kusworo.

Kalaupun informasi itu hoax, maka polres jember akan sampaikan bahwa berita itu hoax dan diberi stempel hoax. "ujaran kebencian itu delik pidana aduan, kalu tidak ada pidana yang diadukan, tidak bisa ditindak, kecuali pihak yang dicemarkan nama baiknya melaporkan." paparnya. saat itulah, polres jember bisa melkaukan tindakan sesuai dengan UUITE NO 19 tahun 2016 atas perubahan No 11 Tahun 2008.

Dia menambahkan, polres Jember sedang mengantisipasi kejahatan di dunia maya menjelang pilgub. selain menggandeng netizen dan pegiat medsos, juga melakukan koordinasi dengan Panwaskab Jember. "kalau ada tindak pidana pemilu di medsos, kami komunikasi dulu dengan Panwaskab Jember," tambahnya.

Langkah lain yang dilakukan adalah dengan menggelar deklarasi antihoax. hasilnya mampu menekan warga untuk menyebarkan berita hoax. kedua, kata dia, menggelar seiminar untuk mengedukasi masyarakat dalam memanfaatkan media sosial.

Ketiga, lanjut dia, mengundang media masa setiap diketahui oleh warga. sehingga mereka bisa sadar bila menyebarkan berita palsu ada konsekuensi hukum. "akhirnya warga yangmau coba-coba ga jadi," tuturnya.
Sementara itu, Zainul Hasan, anggota RTIK Jember yang juga salah satu tim cyber patrol menambahkan setiap media sosial diawasi oleh satu orang dalam tim tersebut. dirinya bertugas mengawasi instagram. "yang banyak terjadi menjelekkan pasangan cagub melalui gambar," tuturnya.

Menjelekkan lawan politik dalam pilgub jatim dengan tuduhan yang tidak jelas. hal itu banyak ditemui di instagram. ada waktu rawan penyebaran kampanye hitam, seperti usah pelaksanaan debat kandidat. "ketika kami menemukan, langsung dilaporkan pada grup cyber," imbuhnya.

Diakuinya, patrol hoax dan kampanye hitam tidak bisa ditentukan. sebab, banyak akun fake yang bertugas menyebarkan. "yang kami monitoring akun tertentu yang menjadi perhatian khusus," pungkasnya. (cl/wah)

SUMBER : JP-RJ 28 MEI 2018

Selasa, 08 Januari 2019

TOMISA; PENJAHIT KAMPUNG YANG KARYANYA DIMINATI HINGGA TURKI

Beri Kursus Gratis untuk Warga Miskin dan Anak Yatim

Meski rumahan, karya busana Tomisa ternyata punya daya tarik tersendiri. bahkan, diminati hingga Turki. banyak cerita di balik perjungan panjangnya itu. Tempaan balasan tahun dengan berbagai pengalaman pahit pernah diterima. mulai dari ongkos jahitan tak dibayar sampai ditipu dengan iming-iming bantuan.

WAWAN DWI SISWANTO

RUMAH Tomisa boleh dibilang masih di kawasan kampus. bagi kebanyakan orang, tinggal di daerah kampus cukup menyenangkan. banyak fasilitas. apa-apa mudah. untuk bisnis pun oke.

Rumah Tomisa yang akrab di panggil Bu Titin ada di JL Tidar. dekat dengan Secaba. jalan menuju rumah Bu Titin agak berbeda dengan gang-gang pada umumnya di kawasan kampus. masih jalan makadam. tak ada aspal, tak berpaving.

Di gang itulah Tomisa setiap hari berkarya. selain itu, di kampungnya dia juga dikenal sebagai orang yang memberi kursus menjahit.

Rumah Bu Titin ini sangat sederhana. tapi rumah itu tak pernah sepi. ada saja ibu-ibu yang beraktivitas di sana. orang-orang di rumah Bu Titin tidak selalu menjahit baju, tapi mereka banyak yang belajar. "Ini saja ada empat yang kursus," ujarnya.

Perempuan dua anak ini mengaku sama dengan ibu rumah tangga lainnya yang awalnya tak punya keahlian menjahit. dia mendapatkan ilmu menjahit itu saat bekerja di permak jeans. mulai memahami menjahit, Bu Titin mulai tertarik untuk mendalaminya dan memilih kursus menjahit. "Buka usaha jahit ini sudah jalan 10 tahun, yang kursus sudah 7 tahun," ujarnya.

Tiga tahun pertama menjalankan usaha jasa menjahit, dia prihatin dengan keadaan sosial masyarakat sekitar. bukan faktor ekonomi saja yang menjadi perhatiannya, tapi mulai banyaknya pergaulan bebas,. "Dulu itu banyak anak-anak sini kepancing ke hal-hal kenakalan remaja, apalagi untuk perempuannya," katanya.

Sehingga, Titin, mulai ada ide bagaimana perempuan sekitar rumahnya ini diberikan ilmu menjahit. merangkul perempuan yang menganggur termasuk ibu rumah tangga, lambat laun pergaulan bebas mulai bisa terhindar. "Pertama membuka kursus ke tetangga yang gratis," imbuhnya.

Hingga saat ini setidaknya ada 25 penjahit batu yang dilahirkan Titin lewat kursusnya tersebut. perempuan yang juga pernah mengajar menjahit di lembaga pemberdayaan perempuan keluarga berencana (LKKB) ini sebenarnya tak menarik ongkos. sebab, ongkos kursus itu sebetulnya kembali ke peserta. "Setiap hari mengeluarkan bahan kain dan tiap hari juga harus membuat baju. untuk makan juga makan di rumah," tambahnya.

Namanya kini telah menjadi rujukan belajar menjahit. namun, Bu Titin tetap tak lupa berbagi. dia memberikan kursus menjahit gratis kepada anak yatim dan orang yang tak mampu. "Hitung-hitunh amal, syukur-syukur bisa buka jahitan sendiri," ucapnya.

Semakin banyak yang kursus di tempatnya, juga makin banyak usaha jasa menjahit. justru membuatnya kebanjiran order. salah satunya adalah pesanan dari Turki yang setiap minggu minta 100 baju. "kalau dikerjakan sendiri nggak bisa. jadi ada anak-anak yang buka jahitan, bisa membantu," jelasnya.

Certa meraih pesanan hingga ke negara Eropa tersebut tak ada dalam rencananya. saat pernah bekerja untuk pembuatan kebaya, ada orang yang tertarik dan memesan. ternyata pesanan itu dikirim ke Turki.

Bu Titin telah berkontribusi terhadap perempuan di Jember lewat transfer ilmu menjahit juga pernah mengalami pil pahit. tertipu itulah yang sering terjadi. tertipu karena baju sudah dijahit tapi sama pemiliknya tak kunjung diberi upah, sudah biasa terjadi. tapi dia beranggapan rezeki itu akan datang lagi dan sering kali terjadi setelah ada saja orderan baru datang.

Tertipu paling menyesakkan hatinya adalah diberi harapan palsu akan diberi bantuan mesin jahit. ya perempuan 37 tahun ini pernah dijanjikan mendapatkan bantuan mesin jahit, tapi harus mengurus akta pendirian perusahaan hingga ke notaris dan pengadilan. "katanya harus ada akta dari kemenkuham dan sudah membayar Rp 2juta. serta selesai urus di notaris, pengadilan, dan NPWP," imbuhnya.

Nyatanya janji hanya sekadar janji. jutaan rupiah, tenaga, dan waktu dikeluarkannya tetap saja janji itu cuma PHP. Hingga saat ini dia tetap punya tiga mesin jahit jadul yang beli bekas dan kemudian diperbaiki.

Nama Titin sebagai rujukan kursus menjahit juga didengar sampai tanggul. seperti Lis Prihatiningsih warga Tanggul yang ingin belajar menjahit. "sudah jarang sekarang yang buka kursus menjahit. menjahit juga peluang usaha di Tanggul, karena sedikit di sana," katanya. (cl/ras)

SUMBER : JP-RJ 27 MEI 2018

Senin, 07 Januari 2019

RONI SUSANTO, KREATOR TAS MAJA PANDHALUNGAN YANG MENDUNIA

Terinspirasi Suku Badui Meski Proses Pembuatan Lama


Tas yang terbuat dari buah maja ini berawal dari keisengan Rony Susanto. Bahkan, sang pembuat sempat minder dan dicibir. Namun, kini eksistensinya menembus pasar mancanegara. hal ini karena sentuhan seni bernilai tinggi hasil sentuhan tangan dingin pria asal Desa Balung Tutul, Kecamatan Balung ini.

RANGGA MAHARDIKA, Jember.

SEKILAS, memang gaya pria dengan menggunakan tas berbentuk unik ini terlihat berbeda. bukan hanya tasnya yang berbentuk bulat, tetapi juga dengan berbagai aksesoris yang memperlihatkan dirinya seseorang seniman sejati. namun, gaya bahasa Jawa Khas kuulonan langsung kental menunjukan keakraban.

Dialah sosok Rony Susanto, pria kelahiran Jember, 12 Maret 1980 ini tampil di publik. dirinya memang kini cukup aktif dalam sejumlah kegiatan seni di Jember, terutama yang digelar bersama Rumah Budaya Pandhalungan. Tak lupa, Rony juga sembari menjalankan tas unik yang merupakan buah karya tangannya, tas maja pandhalungan.

Dari namanya saja, orang akan tahu jika ini adalah tas yang terbuat dari buah maja. padahal, selama ini buah maja, yakni buah hijau besar ukuran kepala orang dewasa dengan permukaan mulus namun keras, paling langsung dibuang begitu saja oleh masyarakat. buah maja merupakan buah yang juga cikal bakal nama kerajaan nasional Majapahit.

Tetapi di tangan Rony Susanto, perajin aasal Desa Balung Tutul, Balung, dengan sentuhan kreativitas buah ini diubah menjadi sebuah karya seni bernilai tinggi. "Sejak awal, saya melihat buah ini cantik," ucap suami dari Ika Lutfa ini. Awalnya juga hanya coba-coba saja, dengan melakukan pengamatan dan evaluasi terhadap buah maja ini.

Dirinya pun kemudian mencoba untuk melakukan sejumlah kreasi dari buah tersebut. sempat kebingungan, namun karena tekstur yang keras serta ada ruang di bagian tengahnya, kemudian muncul ide di benak-benaknya. "akhirnya saya coba buat sedemkikian rupa menjadi tas ini," ucapnya mengenang yanbg dilakukannya 2015 lalu.

Kebetulan, Rony muda memang telah melanglang buana ke sejumlah tempat di indonesia. dirinya sudah berjalan kaki   mengelilingi pulau jawa pada 2004-2005 selama 7 bulan lamanya. dengan demikian, banyak referensi dan ide yang ingin dituangkannya ke dalam sebuah karya. apalagi, diaa bersama keluarganya tinggal di Tutul Balung ynag merupakan pusat kerajinan manik-manik di Jember.

Tetapi untuk mewujudkannya menjadi sebuah tas bukanlah hal yang mudah. "Karena saat itu tidak punya alat," jelas bapak dari Fatimah Umi Zahra dan Aquila Najwa ini. hanya bermodal pisau, dia mencoba berkrasi. buah maja ini dibersihkan dan dikeringkan hingga buahnya mengeras. ini membutuhkan waktu sekitar 10-15 hari. buah ynag mengras terlebih dahulu diluruskan permukaannya, karena banyak seratnya.

"Untuk pembersihan, saya lakukan sendiri, ada tekniknya agar buah tidak bau," tutrnya. buah maja kering diberi tali dan ditambah ukiran dan lukisan khas Jawa, sehingga kesan etnik pun semakin keluar. untuk tali, Rony menggunakan bahan yang terbuah dari kulit pohon waru. ide ini didapatnya dari suku Badui di Jawa Barat yang juga pernah disinggahinya. prosesnya juga butuh sekitar 7-10 hari.

Dengan anyamannya yang rumit, membuat buah ynag awalnya menariik. untuk menambah estetika, ditambahkan hiasan dengan ditempelkan manik-manik tulang kering dan kayu cendana agar semakin unik serta memiliki aroma alami. karena keunikannya, tas berbahan buah maja yang diberi nama tas maja pandhalungan ini berhasil menembus pasar internasional.

"Tapi awalnya minder. apa ya tas ini ada yang mau," ucapnya. namun, semuanya berawal saat dia pergi ke Bali menggunakan tas itu. sempat merasa diikuti, ternyata orang yang mengikuti hanya bertanya di mana membeli tas tersebut. tas ini pun semakin banyak diminati. akhirnya, tas tersebut sudah dipasarkan hingga berbagai daerah bahkan internasional.

sejauh ini, tas maja pandhalungan ini sudah dipasarkan ke berbagai kota-kota besar seperti Jogjakarta, Surabaya, Malang, Denpasar, dan Jakarta. juga sudah banyak ynag dikirim ke luar negeri. Australia, Suriname, Brunei, dan sebagainya. dirinya mengaku, pemasaran tas karyanya tersebut ada yang lewat sejumlah seniman di Bali dan juga Jogjakarta.

"Sementara dipasarkan secara online dulu. sekali kirim bisa sampai puluhan buah," jelasnya. keunikan dari tas buah maja ini semakin banyak disukai masyarakat karena tidak hanya cocok untuk digunakan dalam berbagai kegiatan, namun juga bisa dijadikan hiasan.

Dari buah maja ynag semula tidak bernilai dan hanya dibuang oleh masyarakat, kini harga jual Tas Maja Pandhalungan ini memiliki nilai yang sangat tinggi. pasalnya, satu tas maja pandhalungan berkisar senilai Rp 200-300 ribu per buah. selain itu, tas ini juga sudah ikut memeriahkan sejumlah gelaran budaya di Jember. (ram/mgc/hdi)

SUMBER : JP-RJ 25 MEI 2018

KREATIFITAS WARGA DESA SIDOMEKAR UBAH PASAR KUMUH JADI MURAL

Ini Strategi Untuk Memikat Pembeli Datang ke Sini Awalnya, hanya sebuah pasar Krempyeng yang kumuh di dalam gang. namun, sejak April pem...