Penggeraknya Bersal dari Atlet Berbagai Aliran Bela Diri
Kian banyak seni olahraga bela diri yang berkembang di Jember. salah satunya Nunchaku, seni bela diri yang lahir di Tiongkok dan lantas berkembang di Jepang pada abad ke II sebelum Masehi. geliat Nunchaku di Jember kian semarak sejak berdirinya komunitas tersebut pada akhir 2017 lalu. mereka biasa berlatih di lapangan terbuka seperti di Alun-alun Jember.
ADI FAIZIN, Jember Kota
ISTILAH Nunchaku atau ruyung mungkin kurang familier di telinga sebagian besar masyarakat. namun, berbeda jika yang disebut adalah Bruce Lee. aktor bela diri Hong Kong era klasik tersebut, selain memainkan beberapa jenis bela diri seperti Wing Chun, juga kerap menggunakan ruyung sebagai senjata dalam beberapa aksi laganya.
"Ruyung atau chaku itu adalah senjata yang identik dengan Nunchaku.
Kadang ada yang berbentuk triple stick, tapi yang lazim dipakai adalah yang double stick, karena lebih mudah di bawa dan digunakan," tutur Misbahul Hasan, salah satu pendiri, guru, juga ketua Jember Nunchaku Club (JNC), komunitas Nunchaku di Jember.
Sebagai sebuah aliran olahraga seni bela diri, Nunchaku memiliki akar sejarah yang cukup panjang dan keunikan tersebdiri. dari berbagai literatur sejarah disebutkan, Nunchaku mulai diadopsi oleh masyarakat Ryukyu di Okinawa Jepang sejak sekitar tahun 400-200SM. mereka merupakan imigran yang berasal dari Tiongkok dengan kultur dan mata pencarian di bidang agraris.
Nunchaku merupakan alat pertanian yang dipergunakan untuk merontokkan biji-bijian pada padi maupun kacang-kacangan seperti kedelai dan sejenisnya. "tetapi karena ada kebijakan larangan membawa senjata tajam pada masa itu, maka alat ruyung atau chaku ini kemudian dimodifikasi menjadi senjata untuk bela diri," terang Misbahul.
Di Indonesia, lanjut Misbahul Nunchaku mulai masuk sejak masa penjajahan Jepang. "Dulu memang sempat ada Nunchaku yang murni untuk bela diri. tetapi sekarang, lebih pada free style. dan gerakan NUnchaku bisa diadopsi oleh berbagai aliran atau perguruan bela diri mana pun," tutur pria asal Sempursari, Kaliwates ini.
Sebelum aktif di Nunchaku, Misbahul mula-mula menekuni pencak silat dengan bergabung ke perguruan Al-Musyir pada usia 15 tahun. selang beberapa tahun kemudian, Misbahul lantas pindah ke perguruan Asadur Rijal. aliran Macan Putih. "dulu saya sempat membuka cabang perguruan Asadur Rijal di Timor Leste selama empat tahun, sejak tahun 2010. cuma, karena alasan pekerjaan, saya kembali ke Jember," cerita Misbahul.
Hal senada juga disampaikan Abdul Ghofur, rekan Misbahul yang juga Wakil Ketua JNC. sebelum aktif menggerakkan Nunchaku di Jember, Ghofur lebih dulu menekuni Wushu Sanda dan Kung Fu perguruan Wono Roseto. selain Nunchaku, Ghofur dan Misbahul saat ini juga sedang mempelajari bela diri Alkido.
Kedua orang tersebut kemudian bertemu dengan De John Yassin yang lebih dulu jago menguasai Nunchaku. ketiganya lantas sepakat untuk mendirikan komunitas Nunchaku di Jember dengan nama Jember Nunchaku Club pada November 2017 lalu.
namu, Yassin yang juga atlrt pencak silat Asadur Rijal, saat ini tinggal dan bekerja di Bali sembari mengajar bela diri.
"Sebenarnya JNC ini cabang dari Indonesia Nunchaku, regional Jember. cuma, agar mudah dikenal, kita pakai nama Jember Nunchaku Club saja," terang Abdul Ghofur, wakil ketua JNC. di tingkat nasional, JNC mulai berdiri pada tahun 2008 yang diinisiasi oleh Deddy Irmawan, salah satu penggiat beberapa macam bela diri di Indonesia.
Dari semula 3 orang, jumlah anggota JNC kian bertambah. hingga kini, di usia yang baru 8 bulan, jumlah anggota JNC mencapai 25 orang. selain hadir di media sosial, kian populernya Nunchaku di Jember juga ditompang oleh latihan yang mereka lakukan di ruang terbuka. setiap hari minggu pagi, para anggota JNC rutin berkumpul dan berlatih di Alun-alun Jember. sesekali, mereka juga berlatih di tempat lain seperti di lapangan Unej.
"Kita berlatih di ruang terbuka. selain untuk menarik minat masyarakat, juga alasan keamanan. kita biasanya memilih hari Minggu karena libur. jadi sekalian bisa ajak anak," sambung Abdul Ghofur. salah satu variasi ari gerakan Nunchaku adalah penggunaan api pada dua ujung double sticknya. atraksi ini selain menghibur, juga harus dilakukan oleh mereka yang sudah berpengalaman.
Di Jember, gerakan Nunchaku memang lebih banyak menonjol sebagai atraksi free style ketimbang bela diri. sebagai atraksi free style, Nunchaku memiliki empat teknik dasar, yakni Huricane, Helicopter, Tornado, dan Fingering. "untuk bela dirinya bisa dikombinasikan dengan aliran beladiri lain," lanjut alumnus Fakultas Hukum UIJ ini.
Chaku atau ruyung sebagai alat utama dalam Nunchaku bisa didapatkan dengan mudah. masyarakat bisa mendapatkannya mulai dari harga Rp 65 ribu hingga yang paling mahal mencapai Rp 500 ribu. "kalau yang bagus itu lebih ringan enak didenagr. biasanya impor, harganya mulai Rp 200 ribu sudah dapat," tutur pria yang bekerja di salah satu perusahaan rokok di Jember ini.
Jika ingin lebih hemat, masyarakat bisa membuat sendiri alat Chaku dari bahan pipa paralon atau gabus. adapun besi tidak dianjurkan untuk menjadi bahan ruyung karena alasan keamanan. "kalau masih belajar, bisa memakai paralon atau gabus, karena lebih aman. resikonya kan bisa terkena tubuh kalau masih proses belajar," ujar Ghofur.
Sebagai olahraga olah tubuh dengan senjata tumpul, risiko sedera karena ruyung mengenai anggota tubuh, sudah akrab bagi mereka yang baru memulai belajar Nunchaku. "saya awal-awal belajar, sering juga cedera. kunci untuk menguasai adalah keberanian dan ketekunan untuk belajar," tutur pria yang juga juri wushu sanda tingkat jawa timur ini.
Selama beberapa bulan, peminat Nunchaku di Jember datang dari berbagai kalangan. salah satunya adalah Pratu Wahyudin, anggota Brigif Raider 9/2 Kostrad. "awalnya, saya melihat adik liting (tingkat, red) saya memainkan Nunchaku, saya langsung tertarik karena gerakannya cukup indah," tutur Wahyudin yang ditemui jawa pos Radar Jember saat tengah berlatih bersama, di alun-alun Jember.
Sejak itu, hampir setiap hari wahyudin berlatih Nunchaku di asramanya. dalam tradisi meliter, gerakan Nunchaku juga banyak dikembangkan. pada beberapa atraksi militer saat acara resmi, sering kali prajurit mempertunjukkan gerakan Nunchaku yang identik dengan kelincahan tangan. "beberapa gerakan yang sudah saya kuasai anatara lain lemparan belakang, memuatar jari, memutar leher, memutar balik badan, serta api," jelas Wahyudin.
Tak hanya orang dewasa. Nunchaku di Jember juga dinikmati oleh anak-anak. seperti Rio, salah satu anggota JNC yang masih duudk di bangku sekolah dasar. "Rio ini baru beberapa minggu intesif berlatih bersama JNC di alun-alun. tapi gerakannya sudah jauh di atas saya, karena dia cukup rajin. setiap hari berlatih," jelas Abdul Ghofur.
Ke depan, JNC merencanakan pembuatan kartu anggota, sesuai wacana yang berkembang di tingkat nasional. "karena chaku ini kan bisa jadi senjata, sehingga ketika anggota pergi, bisa ada kemungkinan terkena razia dari polisi," tutur Ghofur. (mgc/ras)
SUMBER : JP-RJ 29 MEI 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar