Dari Keluarga Petani Sederhana, Bertekad Motivasi Anak Desa.
Pendidikan adalah jalan paling ampuh untuk mengubah nasib seorang menjadi lebih baik. keyakinan itulah yang dipegang teguh dan telah dibuktikan Imam Santoso, Kandidat doktor dari salah satu universitas ternama di Finlandia. berbekal keyakinan tersebut, setelah pulang ke tanah air nanti, Imam juga bertekad untuk membantu anak-anak desa di Jember meraih cita-cita terbaiknya.
ADI FAIZIN, Jember Kota
"perlahan nanti waktu puasanya akan mundur lebih pendek ketika musim dingin, puasa bisa hanya 6 jam. tapi itu masih sekitar 4 tahun lagi," tutur Imam sembari memberikan emoticon tersenyum. Jawa Pos Radar Jember berkesempatan mendapatkan cerita menarik dari Imam Santoso melalui surel (email) dan aplikasi pesan singkat di gawai.
Dengan waktu berbuka, sahur, serta salat magrib, isya, dan subuh ynag hanya tiga jam, kaum muslimin di Finlandia menjalankan kelimanya hampir dalam satu waktu. "beruntung udaranya di sini sejuk, jadi tidak terasa," tutur Imam.
Pemuda asal Dusuun Watukebo, Desa Andongsari, Kecamatan Ambulu itu, saat ini menjadi mahasisawa tingkat akhir program Doktoral di Aalto University, salah satu universitas terkemuka yang ada di Finlandia. setelah empat tahun berjuang, Imam kini sedang menantikan proses kelulusan dan bersiap membawa pulang gelar PhD dalam bidang teknik metalurgi ke Indonesia.
"Saat ini, syarat kelulusan hampir semua sudah terpenuhi. sekarang proses menulis disertasi dan juga persiapan public defense pada September 2018 nanti," ujar Imam. selain diharuskan untuk mempresentasikan karya tulisannya di depan publik dan dewan penguji, kampus tempat Imam berkuliah juga mensyaratkan adanya publikasi ilmiah untuk lulus. tidak main-main, selama kuliah, Imam harus menerbitkan 4 publikasi di jurnal internasional. namun, Imam sudah melampaui syarat itu karena sekarang sudah berhasil menerbitkan 6 publikasi internasional.
"Kalau sekarang saya juga masih ada percobaan di laboratorium untuk menambah-nambah jumlah publikasi. mumpung diberikan fasilitas yang lengkap dan canggih di sini. rencananya, saya akan pulang ke tanah air pada bulan November 2018," tutur pria kelahiran Jember, 29 Agustus 1983 ini.
Perjuangan Imam unutuk mencapai posisi akademis saat ini terbilang berliku. terlahir dari keluarga petani sederhana di Desa Andongsari, Ambulu, tak membuat Imam ragu untuk mengejar mimpi setinggi langit. sang Ayah adalah seorang petani sederhana yang tidak memiliki tanah. oleh karena itu, sang ayah harus menyewa tanah agar bisa bertani." makanya bapak saya di desa disebut petani bayam, karena dengan bayam menguliahkan anak-anaknya," tutur putra pasangan Suyanto dan (alm) Siti Rohani ini.
Oleh karena itu, saat lulus dari SMAN Ambulu dan melanjutkan pendidikan di Isntitut Teknologi Bandung (ITB), Imam sempat kesulitan biaya. "waktu itu orang tua sempat utang sana sini untuk uang saku saya. karena beasiswa di sana umumnya adanya setelah semester 2," tutur alumnus SMP Muhammadiyah 9 Watukebo Ambulu ini.
Di ITB Imam mengambil Prodi Teknik Metalurgi yang berkaitan dengan dunia pertambangan.
Tuntunan untuk selalu mendapat beasiswa, justru membuat Imam berhasil menyelesaikan studinya di ITB dengan gelar wisudawan terbaik. momen mengharukan pada tahun 2007 itu membuat ayah dan neneknya terharu saat menyaksikan Imam berdiri di atas mimbar dan memberikan valedictorian speech sebagai lulusan terbaik ITB. "waktu itu saya menjadi satu-satunya lulusan cum laude yang lulus 7 semester," kenang Imam.
Lulus dengan gelar terbaik dari kampus teknik prestisius, membuat Imam tak kesulitan mencari kerja selepas wisuda. tanpa perlu melamar, berbagai tawaran kerja dari perusahaan terkemuka justru datang menghampiri Imam, namun, Imam memilih jalan ynag berbeda. rutinitas sebagai guru les privat semasa kuliah S1 membuat Imam mengubah cita-citanya, dari bekerja di tambang, menjadi akademisi.
Di sela-sela kesibukan tersebut, Imam juga menyiapkan diri untuk melanjutkan studi S2 dengan mengejar beasiswa.
Upaya itu membuahkan hasil. pada akhir 2008. Imam melanjutkan studi S2 di Australia atas beasiswa dari salah satu perusahaan setempat. namun, cobaan datang. krisis finasial yang melanda dunia pada 2008 membuat perusahaan Australia, bangkrut. akibatnya, beasiswa untuk Imam pun harus terhenti dan Imam harus pulang ke tanah air sebelum studinya rampung.
Namun, Imam tak menyerah, ia terus berupaya meningkatkan kemampuan bahasa inggrisnya dan mencoba beasiswa dari pemerintah Australia.
"Akhirnya, pada tahun 2011, saya kembali melanjutkan studi di Universitas of Queensland atas beasiswa pemerintah setempat. saya mengambil bidang Pyrometallury," jelas Imam.
Setelah lulus dari University of Queensland pada tahun 2013, Imam langsung menyiapkan studi lanjut ke jenjang S3. pada tahun 2014, Imam berhasil lolos seleksi beasiswa S3 di LPDP dari Kemenkue.tahun 2014 begitu berkesan, karena pada saat yang hampir bersamaan, imam juga diterima sebagai dosen PNS di almamaternya, Institut Teknologi Bandung (ITB).
Berbekal beasiswa dari ITB, Imam melanjutkan program doktoral ke Aalto University, sebuah kampus terkemuka di Finlandia. tidak hanya pendidikan yang berkualitas, Imam merasakan kenyamanan tersendiri selama menempuh studi di salah satu negara di Skandinavia tersebut.
"Alhamdulillah, kampus dan apartemen saya terletak di pinggir danau. jadi saya bisa menikmati pemandangan yang indah sekali," kata Imam.
Kenyamanan studi di Finlandia tidak membuat Imam lupa akan kampung halamannya. setelah menyelesaikan studi doktoralnya, Imam bertekad pulang ke tanah air untuk mengabdikan ilmunya bagi kemajuan sains di Indonesia. selain itu, masa kecil yang penuh perjuangan membuat Imam bertekad untuk menularkan inspirasinya bagi anak-anak muda di Jember, khususnya. (mgc/hdi)
SUMBER : JP-RJ 14 JUNI 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar