Kamis, 31 Januari 2019

MUFID, KALLIGRAFER YANG FOKUS PEMBINAAN KALIGRAFER

Dirikan Sanggar Gratis, Mendidik 13 Lembaga di Jember

Membuat tulisan Arab indah atau biasa yang disebut kaligrafi bukanlah hal yang mudah. Ternyata, di Jember sudah bisa menghasilkan banyak kaligrafer nasional. jalan ini sudah dirintis oleh Mufid sejak tahun 1993 lalu.

RANGGA MAHARDIKA, Jember Kota.

MENJADI kaligrafer sebenarnya bukan  menjadi jalan pilihan bagi Mufid. saat itu dia belajar kaligrafi  dengan tidak sengaja. yakni sekitar tahun 1984 saat dirinya yang menjadi santri angkatan pertama di Pondok Pesantren Nurul Islam, Antirogo Sumbersari Jember.

Mufid 'dipaksa' oleh pengasuh KH. Muhyidin Abdussomad untuk belajar kaligrafi. kemudian dia belajarlah kepada Ustad (alm) Abdullah. "Dulu pertama belajar kaligrafi karena di pondok tidak ada yang bisa menulis bagus," ucapnya mengenang masa kecilnya.

Menurut kelahiran Jember, 15 juni 1967 saat itu dia belajar menulis arab bagus untuk dituangkan dalam kitab yang diajarkan di Ponpes yang diasuh oleh KH. Muhyidin Abdussomad ini. hingga kemudian berkembang menjadi belajar di kanvas dan media lainnya.

"Dulu belajarnya pakai lidi pohon aren dengan tinta cina dan media ares (dalam pohon) pisang," terang putra kedua dari enam bersaudara ini.

Dirinya juga sempat mengikuti berbagai lomba tingkat lokal. tidak puas, pada 1992 suami dari Zamrani ini pun memperdalam ilmu kaligrafi kepada Ustadz Faiz Abdul Rozak di Bangil, Pasuruan yang merupakan kaligrafer tingkat internasional. bahkan, Uztad Faiz ini menjadi pembina dan juri nasional kaligrafi tingkat nasional.

Di Bangil inilah, Mufid bisa belajar berbagai jenis kaligrafi. mulai dari yang kaligrafi murni yang sesuai dengan kaidah pakem kaligrafi hingga ke kontemporer yakni yang kekinian dengan berbagai tambahan yang rumit. hingga dirinya pun kemudian mulai berani mengikuti lomba tingkat propinsi dan nasional. "pertama ikut MTQ (Musabaqah Tilawati Quran) tingkat propinsi tahun 1993 di Banyuwangi," jelasnya.

Di tingkat ini, dirinya belum mendapatkan juara karena masih pertama dan kalah dengan para seniornya. apalagi, dirinya di tiga jenis kategori kaligrafi. dimana untuk setiap jenis lomba dirinya diberikan waktu selama delapan jam dan bertarung di tiga kategori. "Tantangan jika ikut lomba adalah berperang dengan kesabaran," ucapnya. bahkan di angkatannya dari enam orang hanya dirinya yang terus bertahan di kaligrafi.

Baru pada MTQ Propinsi di Jombang tahun 1996 dirinya meraih juara harapan dua untuk jenis kaligrafi Mushaf. "baru mendapatkan juara dua tingkat nasional di MTQ Bali tahun 2000 di jenis kategori yang sama," tutur bapak dari Alifa Mustafidah dan Nanda Farha Mufidah ini. baru tahun 2006 dirinya tidak bisa ikut MTQ karena terkendala umur yakni dengan batasan usia 35 tahun.

Dirinya pun kini terus memperdalam ilmu kaligrafi ini. pasalnya, untuk jenis ini ada kejuaraan hingga ke tingkat internasional. "selain itu, kaligrafi ini sebenarnya yang paling sulit, namun paling mudah dibaca orang," terangnya. hal inilah yang membuatnya juga terus menelurkan hingga ke generasi mudanya.

Tetapi, untuk jenis kaligrafi yang terus dikembangkannya ada cukup banyak. kini dirinya menguasai empat jenis kaligrafi yakni selain hiasan Mushaf ada Naskah, dekorasi dan kontemporer. "ada sekitar delapan jenis tulisan arab yang saya pelajari," terangnya menambahkan.

Usai tidak mengikuti MTQ, dirinya bukan berarti berhenti dari kaligrafi. dirinya masih sering menjadi juri di tingkat propinsi dari nasional. Mufid juga banyak  menyumbangkan karyanya untuk sejumlah masjid di Jember yang digambar manual. seperti di masjid Baitun Nur di Ponpes Nuris Antirogo, RSD dr. Soebandi, Terminal Arjasa, Masjid Rambipuhi dan Masjid Nur Inka Mako Brigif 9 Jember masih banyak masjid lainnya.

Dirinya juga tidak ingin ilmu yang dimilikinya berhenti padanya saja. "pada tahun 2006 juga mendirikan sanggar kaligrafi Darul Qalam di rumah Antirogo," tuturnya. di sanggar ini, dirinya mengabdikan diri untuk mengajari anak-anak di sekitar rumahnya untuk belajar kaligrafi. bahkan kini sudah berkembang mendidik hingga ke seluru Jember, bukan hanya anak-anak tetapi juga orang dewasa.

"Semuanya gratis tidak dipungut biaya," jelasnya. semua kalangan bisa belakar kaligrafi disini. dia juga menjadi pembina di Jember. dirinya bahkan pernah melanglang buana menjadi pembina pada 2008 yakni di Ambon, Maluku. sejak tahun tersebut dirinya sudah banyak  menelurkan juara-juara nasional kaligrafi dari Jember.

Diantaranya ada Reska, Jimli, Alifa Mustafidah, Afif Binuril Aribi, Qoimatul Adila, siti Nur Azizah, dan Miftahul Jannah. saat di Maluku yang juara basional ada Endang dan Ika Raihani. "yang akan berangkat tahun ini di Nasional mewakili Jember ada Viona dari SMPN 3 Jember dengan kaligrafi kontempurer dan M.Nasihin dengan kaligrafi MUshaf," jelasnya.

Bukan hanya di sanggar, ternyata Mufid terus menelurkan anak didik binaannya. karena dirinya kini mendidik hingga ratusan murid. "saya juga mengajar kaligrafi di 13 Lembaga di Jember. ada sekolah negeri, swasta dan pondok pesantren," jelasnya. dengan harapan akan semakin banyak anak jember yang berprestasi melalui kaligrafi di tingkat nasional dan internasional nantinya.

Mufid menuturkan jika kaligrafi masih menjadi harapan untuk masa depan yang cerah. bukan hanya untuk ekonomi kreatif yang karyanya dijual, namun juga bisa menjadi jalan prestasi bagi penggiatnya. "karena sertifikat juara kaligrafi bisa digunakan untu7k melanjutkan ke sekolah favorit. baik jenjang SMP, SMA hingga perguruan tinggi," pungkasnya. (ram/hdi)

SUMBER : JP-RJ 17 JUNI 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KREATIFITAS WARGA DESA SIDOMEKAR UBAH PASAR KUMUH JADI MURAL

Ini Strategi Untuk Memikat Pembeli Datang ke Sini Awalnya, hanya sebuah pasar Krempyeng yang kumuh di dalam gang. namun, sejak April pem...