Kamis, 24 Januari 2019

MONUMEN MASTRIP DAN KENANGAN PERJUANGAN YANG TERLUPAKAN

Susahnya Mengajak Masyarakat untuk Kembali Mengingat TRIP

Banyak yang mengira Mastrip adalah nama seseorang. padahal itu adalah sebutan untuk sekelompok anak-anak muda yang bergabung sebagai tentara pelajar. mereka tersebar di berbagai daerah, salah satunya dikaresidenan Besuki. Jember menjadi lokasi di mana pasukan TRIP berhasil menghadang konvoi Belanda.

LINTANG ANIS BENA K, Jelbuk

PADA Juli 1947 di tempat ini telah terjadi peristiwa perjuangan berupa penghadangan oleh Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) Batalyon 4000 dikenal dengan pasukan kukuk beluk terhadap konvoi tentara penjajah saat Agresi Militer I.

Tulisan tersebut dipadati pada monumen yang berada di tepi jalan Jember-Bondowoso. tak jauh dari Kantor Kecamatan jelbuk. tepatnya di daerah Panduman. masih baru, karena belum lama ini mengalami proses rehabilitas yang dilakukan oleh paguyuban Mas Trip Jember.

Dengan helm sebagai latar, dan senjata laras panjang yang diletakkan menyilang dengan pena bulu ayam. lambang dari Monumen mastrip tersebut adalah lambang dari baju kehormatan TRIP yang dikenkan saat bergerilya.

Paguyuban ini berisi mantan anggota TRIP, serta keturunannya yang terdiri dari beberapa generasi. Budi Sumarsono, ketua Paguyuban Mas Trip menuturkan, tak banyak yang tahu, asal muasal munculnya istilah Mastrip yang kini menjadi nama jalan daerah Sumbersari. Mastrip muncul dari sebutan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP). satuan tentara yang terdiri dari kelompok pelajar berusia remaja.

Kala aksi militer Belanda, anak-anak muda dan pelajar memang diimbau untuk berjuang mengangkat senjata. karena mayoritas anggota TRIP adalah pria, maka penduduk banyak memanggil mereka dengan sebutan Mas, untuk menghargai  keberanian para pemuda tersebut. "Penduduk banyak ynag manggil, Mas Trip. ini ada makanan, ini ada minuman, begitu ceritanya," ujar pria asal Bondowoso tersebut.

Konon, panduman merupakan tempat dimana tentara indonesia menghadang iring-iringan tentara Belanda yang hendak menyerang Besuki dari dua arah, yaitu di peisisir Banyuwangi dan Panarukan. serangan Belanda dimulai pada 21 juli 1947, saat Belanda mendaratkan pasukannya di pesisir Banyuwangi dan di Pantai Pasir Putih Panarukan.

Momen Agresi Militer Belanda I terjadi ketika hari libur sekolah. selama masa liburan tersebut anggota TRIP khususnya di Jawa Timur mengisinya dengan latihan kemiliteran dan people defense dalam bentuk samaran. kesatuan TRIP Jawa Timur ynag terlibat dalam kegiatan tersebut adalah dari Batalyon 4000 karesidenan Besuki, ynag memiliki dua kompi yaitu 4100 (Bondowoso dan Situbondo) dan 4200 (Jember).

Pasukan TRIP sempat terpecah akibat serangan tersebut, namun masih bertahan dengan membentuk komando gerilya dengan nama sandi kukuk Beluk Hitam. Panduman menjadi salah satu lokasi perang gerilya yang berlangsung selama kurang lebih setengah jam.

Setelah agresi militer Belanda dan perjuangannya selesai, banyak anggota TRIP yang dikaryakan sebagai apresiasi atas jasa mereka. ada yang dikaryakan di bidang pemerintahan, menjadi tentara, dan lain-lain. namun yang paling banyak berada di sektor perkebunan. "bapak saya si perkebunan, saya juga di perkebunan," kenangnya.

Nmaun tak sedikit pula yang memilih berkarya di kota besar. banyak yang jadi pejabat tinggi dan pindah, salah satunya Jakarta. "kalau di Jakarta, TRIP sekarang itu besar karena dulu banyak ynag berangkat ke sana," ujarnya.

Di Jelbuk, kata Budi, ada beberapa tempat yang berkaitan dengan Trip. salah satunya adalah sumber air yang dijadikan tempat beristirahat ketika gerilya. "ketika penyerbuan Belanda ke daerah Besuki, sumber air itu menjadi tempat mandi Trip," lanjutnya.

Paguyuban Mas Trip Jember kini beranggotakan 55 orang dari tiga generasi. generasi satu adalah para pelaku TRIP, sedang kan generasi dua dan tiga adalah keturunan dari pelaku sejarah ini. bersama dengan aparat setempat, paguyuban tersebut terus berupaya melestarikan monumen tersebut. "kita bersama koramil dan aparat desa setempat yang memellihara monumen," kata Budi.

Hanya saja pihaknya masih belum bisa memberikan inisiasi untuk mengajak anak-anak muda sekarang dalam mengingat perjuangan pasukan TRIP. sebab menurut Budi, tak banyak anak-anak muda yang mash menghargai jasa para pejuang.

"Dulu, anak-anak muda di imbau untuk berperang saja bersedia, bahkan berjuang sampai mati-matian. sekarang orang mau perang hitung-hitungan dulu. katanya, cari makan aja susah. makanya dengan monumen mau mengingat perjuangan mengusir tentara Belanda," pungkasnya. (lin/cl/hdi)

SUMBER : JP-RJ 10 JUNI 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KREATIFITAS WARGA DESA SIDOMEKAR UBAH PASAR KUMUH JADI MURAL

Ini Strategi Untuk Memikat Pembeli Datang ke Sini Awalnya, hanya sebuah pasar Krempyeng yang kumuh di dalam gang. namun, sejak April pem...