Beri Kursus Gratis untuk Warga Miskin dan Anak Yatim
Meski rumahan, karya busana Tomisa ternyata punya daya tarik tersendiri. bahkan, diminati hingga Turki. banyak cerita di balik perjungan panjangnya itu. Tempaan balasan tahun dengan berbagai pengalaman pahit pernah diterima. mulai dari ongkos jahitan tak dibayar sampai ditipu dengan iming-iming bantuan.
WAWAN DWI SISWANTO
RUMAH Tomisa boleh dibilang masih di kawasan kampus. bagi kebanyakan orang, tinggal di daerah kampus cukup menyenangkan. banyak fasilitas. apa-apa mudah. untuk bisnis pun oke.
Rumah Tomisa yang akrab di panggil Bu Titin ada di JL Tidar. dekat dengan Secaba. jalan menuju rumah Bu Titin agak berbeda dengan gang-gang pada umumnya di kawasan kampus. masih jalan makadam. tak ada aspal, tak berpaving.
Di gang itulah Tomisa setiap hari berkarya. selain itu, di kampungnya dia juga dikenal sebagai orang yang memberi kursus menjahit.
Rumah Bu Titin ini sangat sederhana. tapi rumah itu tak pernah sepi. ada saja ibu-ibu yang beraktivitas di sana. orang-orang di rumah Bu Titin tidak selalu menjahit baju, tapi mereka banyak yang belajar. "Ini saja ada empat yang kursus," ujarnya.
Perempuan dua anak ini mengaku sama dengan ibu rumah tangga lainnya yang awalnya tak punya keahlian menjahit. dia mendapatkan ilmu menjahit itu saat bekerja di permak jeans. mulai memahami menjahit, Bu Titin mulai tertarik untuk mendalaminya dan memilih kursus menjahit. "Buka usaha jahit ini sudah jalan 10 tahun, yang kursus sudah 7 tahun," ujarnya.
Tiga tahun pertama menjalankan usaha jasa menjahit, dia prihatin dengan keadaan sosial masyarakat sekitar. bukan faktor ekonomi saja yang menjadi perhatiannya, tapi mulai banyaknya pergaulan bebas,. "Dulu itu banyak anak-anak sini kepancing ke hal-hal kenakalan remaja, apalagi untuk perempuannya," katanya.
Sehingga, Titin, mulai ada ide bagaimana perempuan sekitar rumahnya ini diberikan ilmu menjahit. merangkul perempuan yang menganggur termasuk ibu rumah tangga, lambat laun pergaulan bebas mulai bisa terhindar. "Pertama membuka kursus ke tetangga yang gratis," imbuhnya.
Hingga saat ini setidaknya ada 25 penjahit batu yang dilahirkan Titin lewat kursusnya tersebut. perempuan yang juga pernah mengajar menjahit di lembaga pemberdayaan perempuan keluarga berencana (LKKB) ini sebenarnya tak menarik ongkos. sebab, ongkos kursus itu sebetulnya kembali ke peserta. "Setiap hari mengeluarkan bahan kain dan tiap hari juga harus membuat baju. untuk makan juga makan di rumah," tambahnya.
Namanya kini telah menjadi rujukan belajar menjahit. namun, Bu Titin tetap tak lupa berbagi. dia memberikan kursus menjahit gratis kepada anak yatim dan orang yang tak mampu. "Hitung-hitunh amal, syukur-syukur bisa buka jahitan sendiri," ucapnya.
Semakin banyak yang kursus di tempatnya, juga makin banyak usaha jasa menjahit. justru membuatnya kebanjiran order. salah satunya adalah pesanan dari Turki yang setiap minggu minta 100 baju. "kalau dikerjakan sendiri nggak bisa. jadi ada anak-anak yang buka jahitan, bisa membantu," jelasnya.
Certa meraih pesanan hingga ke negara Eropa tersebut tak ada dalam rencananya. saat pernah bekerja untuk pembuatan kebaya, ada orang yang tertarik dan memesan. ternyata pesanan itu dikirim ke Turki.
Bu Titin telah berkontribusi terhadap perempuan di Jember lewat transfer ilmu menjahit juga pernah mengalami pil pahit. tertipu itulah yang sering terjadi. tertipu karena baju sudah dijahit tapi sama pemiliknya tak kunjung diberi upah, sudah biasa terjadi. tapi dia beranggapan rezeki itu akan datang lagi dan sering kali terjadi setelah ada saja orderan baru datang.
Tertipu paling menyesakkan hatinya adalah diberi harapan palsu akan diberi bantuan mesin jahit. ya perempuan 37 tahun ini pernah dijanjikan mendapatkan bantuan mesin jahit, tapi harus mengurus akta pendirian perusahaan hingga ke notaris dan pengadilan. "katanya harus ada akta dari kemenkuham dan sudah membayar Rp 2juta. serta selesai urus di notaris, pengadilan, dan NPWP," imbuhnya.
Nyatanya janji hanya sekadar janji. jutaan rupiah, tenaga, dan waktu dikeluarkannya tetap saja janji itu cuma PHP. Hingga saat ini dia tetap punya tiga mesin jahit jadul yang beli bekas dan kemudian diperbaiki.
Nama Titin sebagai rujukan kursus menjahit juga didengar sampai tanggul. seperti Lis Prihatiningsih warga Tanggul yang ingin belajar menjahit. "sudah jarang sekarang yang buka kursus menjahit. menjahit juga peluang usaha di Tanggul, karena sedikit di sana," katanya. (cl/ras)
SUMBER : JP-RJ 27 MEI 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar