Rabu, 27 Februari 2019

KIPRAH HENDRY PUJI, PELATIH SINDO DHARAKA JEMBER

Setia meski Kondisi Kembang Kempis di Putaran Kedua

Di liga 3 musim ini, pecinta sepak bola Jember dikejutkan oleh kehadiran Sindo Dharaka FC. Baru terbentuk beberapa minggu sebelum kompetisi, tim debutan ini mampu menduduki peringkat pertama di klasemen putaran pertama. Hendry Puji, pelatih asal Tanggul menjadi sosok baliknya.

ADI FAIZIN, Patrang.

BARU terebntuk, langsung menghentak. gambaran itu barangkali tepat untuk disandingkan bagi Sindo Dharaka FC, klub yang bermain di Liga 3 Zona Jawa Timur. secara kebetulan, Sindo Dharaka berada di Grup G, bersama tim sekolahnya, Persid Jember.

Meski baru seumur jagung, prestasi Sindo Dharaka FC sepanjang babak penyisihan grup putaran pertama kemarin, mengundang decak kagum publik Jember.

Dan salah satu sosok di balik gebrakan tersebut tak lain adalah Hendry Puji.

"Sebagai putra asli Jember saya terpanggil untuk mewadahi bibit-bibit pemain potensial yang belum tertampung di Persid Jember," tutur pelatih asal Tanggul tersebut. Hendry memang tidak sekadar menjadi pelatih kepala. dia juga turut terlibat dalam pembentukan klub.

Yang juga tidak kalah menarik, Sindo Dharaka baru terbentuk beberapa minggu menjelang dimulainya kompetisi liga 3. "kira-kira kurang satu bulan sebelum batas akhir pendaftaran dan dimulainya kompetisi," ungkap pria yang juga pernah memperkuat persebaya ini.

Sepak bola memang sudah mendarah daging dalam jiwa Hendry Puji. maklum saja, dia dibesarkan dalam keluarga pesepak bola. sang ayah, (alm) Tumiran dikenal publik Jember sebagai pendiri dan pemilik klub sepak bola Indonesia Muda (IM) Tanggul. sebagai salah satu klub  internal, IM Tanggul selama bertahun-tahun menjadi salah satu "pemasok" utama pemain andalan untuk Persid Jember.

"istilahnya saya ini belajar sepak bola dari bayi," ujar pria kelahiran 3 September 1978 ini. belajar dasar-dasar bermain sepak bola di IM Tanggul sejak kecil, Hendry lantas bergabung ke Persid Junior saat  berusia 16 tahun. "saat itu, selama dua musim, saya dilatih oleh (alm) Pak Masrukkin dan Pak Santoso Pribadi," tutur alumnus SMAN 2 Tanggul ini.

Hendry lantas melanjutkan karier pesepak bolanya dengan singgah diPersid senior selama satu musim dan tim sepak bola Unmuh Jember. perjalanannya kemudian berlanjut ke Suryanaga Surabaya selama 4 tahun. dari sinilah, karier Hendry kian bersinar.

Tidak hanya dipercaya sebagai kapten, Hendry juga sempat merasakan manisnya juara internal persebaya bersama Suryanaga. dari situ, Hendry kemudian dipercaya untuk memperkuat persebaya selama satu musim, hingga kemudian pindah ke Petrokimia Putra Gresik dan Deltras Sidoarjo.

"ini masa yang cukup berkesan, karena di persebaya saya bertemu pemain top seperti Bejo Sugiantoro dan Mursyid Efendi. selain itu, di Petrokimia saya juga bersama dengan Widodo C. Putro. di Deltras juga dilatih oleh Rudy Keltjes," kenang Hendry.

Rudy Keltjes saat ini menjadi Direktur Teknik Persid jember, mendampingi putranya yang menjadi pelatih kepala. adapun Widodo Cahyono Putro sempat dipercaya mendampingi Alfred Riedl melatih timnas.
Karier pesepak bola Hendry lalu berlanjut ke beberapa tim divisi 1 dan 2 pada masa itu. seperti persebo bojonegoro, Gresik United hingga akhirnya terhenti di Persid Solo. Usai mengantar persis Solo promosi ke Divisi Utama, Hendry mengalami cedera parah pada tahun 2008 yang membuatnya gantung sepatu sebagai pemain.

Dari tahun 2008 pula, Hendry kembali ke Suryanaga untuk belajar ilmu kepelatihan. Suryanaga, bagi Hendry memiliki arti penting dalam kariernya, baik sebagai pesepak bola maupun pelatih. "salah satunya adalah filosofi permainan yang menekankan jarak. saya ambil filosofi itu dari ajarannya pak Michael Sanjaya (owner Suryanaga,Red)." beber Hendry.

Strategi itu, menurut Hendry banyak efektif diterapkan oleh sepak bola spanyol. yakni memperpendek jarak dan mengandalkan sentuhan. dan saat diterapkan ke Sindo Dharaka, terbukti strategi itu cukup ampuh.

Di Suryanaga, Hendry mula-mula dipercaya menjadi asisten pelatih bagi Gomes Oliviera. dia bertandem dengan Fabio Oliviera yang menjadi asisten pelatih bidang analis pertandingan. "mereka berdua di musim lalu dipercaya melatih Madura United. terakhir, habisj lebaran saya kontak Fabio, dia dipercaya melatih tim di Korea Selatan. masih sering kontak saya," tutur Hendry.

Malang melintang di berbagai kota, tak membuat hendry lupa akan kampung halamannya. awal tahun ini, dia pulang ke Jember setelah mendapat lisensi kepelatihan C-AFC. Bisa dibilang, hendry menjadi orang jember lisensi level tersebut. "saya kebetulan dibantu rekomendasi dari pak Suhaimi, pegiat sepak bola dari kalisat," ungkap Hendry.

Dengan mengantongi lisensi pelatih C-AFC, Hendry memenuhi syarat menjadi pelatih untuk tim yang bermain di liga 3, sesuai regulasi yang ditetapkan oleh PSSI. karena itu, Hendry lantas diajak kawannya untuk membentuk tim baru.

"Kebetulan ada klub Samudera Indonesia (Sindo) yang selama dua musim terakhir ini vakum tidak ikut kompetisi. lalu juga ada tawaran dari Brigif9 Kostrad Jember yang mau memfasilitasi. jadi ya sudah kita merger saja tim ini," tutur Hendry.

Dengan persiapan yang serba minim, terbentuklah Sindo Dharaka FC Jember yang terdaftar di Liga 3 PSSI Zona Jawa Timur. dukungan dari pihak militer antara lain peminjaman lapangan dan personel. dari total 27 pemain Sindo Dharaka, 8 diantaranya merupakan prajurit aktif anggota Brigif 9.

"beberapa prajurit yang punya potensi bermain sepak bola, namun tidak tertampung di PSAD (klub sepak bola TNI AD), kita tampung di sini," lanjut Hendry.

Selain itu, Hendry juga menampung beberapa pemain Jember yang tidak lolos seleksi masuk Persid. bahkan Dwika Bhaskara, pemain yang dicoret dari Persid usai putaran pertama, kini juga bergabung ke Sindo Dharaka. "saya memang tergerak sebagai orang jember, untuk mewadahi pemain-pemain yang terbuang," ungkap Hendry.

Menggunakan pemain-pemain "buangan", Hendry memang harus memeras otak secara ektra,, untuk meracik strategi yang jitu. apalagi, Sindo Dharaka terbilang yang "miskin" pendanaan karena nyaris tanpa sponsor. "kami pelatih dan pemain, tidak dapat gaji. untuk latihan dan bertanding saja, kita bontot makanan sendiri," tutur Hendry.

Beberapa pemain Sindo Dharaka yang berasal dari kalangan sipil, juga masih aktif bekerja selama pertandingan. karena itu, Hendry memaklumi jika setiap latihan, jumlah pemain yang datang tidak sampai separuh. "saya sebagai pelatih harus punya treatment khusus untuk menyiasati kondisi yang serba terbatas ini. makanya formasi bermain Sindo Dharaka tidak pernah paten, karena pemainnya juga tidak utuh," beber Hendry.

Toh, dengan kondisi yang serba terbatas, Hendry mampu membuka mata pecinta sepak bola Jember untuk melirik Sindo Dharaka. ini misalnya terlihat dalam beberapa pertandingan terakhir Sindo Dharaka di putaran pertama kemarin, mulai banyak diminati suporter. ini sering juga dengan raihan prestasi yang berhasil ditorehkan sindo dharaka.

Dari total 6 kali pertandingan yang sudah dijalani di putaran pertama, tidak sekalipun Sindo dharaka mengalami kekalahan. sindo dharaka hanya sekali seri, yakni saat Derby (duel tim sekota) kontra persid di stadion Jember Sport Garden (JSG) Ajung. dengan torehan tersebut, sindo mengoleksi 16 poin, dan kukuh di peringkat pertama klasemen Grup G hingga jeda kompetisi.

"Memang di putaran pertama kemarin, kita bermain tanpa beban. alhamdulillah hasilnya seperti ini," tuturnya merendah. meski demikian, Hendry sedikit pesimitis menatap putaran kedua, yang akan segera bergulir pada awal Juli 2018 ini. pasalnya, di saat tim lain memantapkan persiapan dengan menambah pemain dan porsi latihan, sindo justru sebaliknya.

"kita memang mempertahankan pemain sebagai penghargaan kepada mereka yang sudah bersedia bermain tanpa dibayar. tetapi memang untuk latihan, selama jeda kita nyaris tidak ada," ungkap Hendry. tidak adanya latihan menurut Hendry disebabkan keterbatasan dana.

Diakui Hendry, kondisi manajerial sindo saat ini kurang solid, ibarat anak tanpa orang tua. dengan tidak adanya dukungan dari manajemen, membuat Hendry sempat nyaris putus asa dan berniat mundur. "cuma saya kemarin dimotivasi oleh Fabio dari Korea Selatan. ya sudah saya lanjutkan saja tim ini, denagn kondisi seadanya. semoga nanti ada pihak yang peduli, karena niat kita di sindo dharaka, murni untuk pembinaan bibit-bibit pemain," pungkas Hendry. (ad/cl/hdi)

SUMBER : JP-RJ 26 JUNI 2018

Rabu, 20 Februari 2019

CARA ANAK-ANAK MUDA BERBAGI KEPERDULIAN DI MASYARAKAT

Gelar Berbagai Kegiatan, Sumber Dana dari Donasi.

Anak-anak muda punya beragam cara untuk menunjukkan keperdulian mereka kepada masyarakat. salah satunya dengan bergabung dalam komunitas sosial. ada saja kegiatan-kegiatan yang digelar bersama komunitas tersebut.

LINTANG ANIS BENAK, JEMBER KOTA.

ANAK-anak dengan seragam yang berbeda dalam satu ruangan, berangkat ke sekolah dengan sandal jepit bahkan nyeker atau tak mengenakan alas kaki, sudah jadi pemandangan yang biasa di sekolah-sekolah pinggiran. ini seakan menjadi salah satu ciri khas tersendiri. tak terkecuali di SDN Jambearum 3 yang berada di Lereng Gunung Raung tersebut.

Tak hanya itu, jumlah siswa dan guru pun hampir tidak proposional. di SDN Jambearum 3 hanya memiliki dua guru honorer dan kepala sekolah untuk menangani 81 siswa. hal tersebut merupakan tantangan tersendiri.

Kurangnya staf pengajar ini juga membuat penyampaian ilmu menjadi kurang maksimal. dari 81 siswa, baru sebagian yang bisa baca tulis dan berhitung. beruntung semenjak beberapa waktu lalu dirinya mendapat bantuan dari relawan yang ikut mengajar di SDN Jambearum 3.

Melihat hal tersebut, sekelompok pemuda langsung tanggap dengan mengirimkan relawan pengajar ke sana. bahkan demi bisa maksimal membantu kegiatan belajar mengajar, para relawan ini rela menginap di sekolah  karena lokasinya yang jauh dan medannya yang cukup ekstrem di Lereng Gunung Raung.

Hanan Kukuh, koordinator relawan tersebut menuturkan para relawan ini berangkat setiap senin dan menginap hingga Rabu. "mereka membantu mengajar di sana," ujarnya.

Mengajar di tempat pelosok ini menjadi salah satu agenda komunitas yang belum lama ini digagas oleh sekelompok anak-anak muda. menurut Agung Ganong, relawan dari komunitas Grebeg Sedekah, setiap orang punya tanggung jawab moral dan sosial untuk bisa membantu di lingkungan sekitarnya. tidak hanya manusia, tetapi juga alam.

Banyak agenda lainnya yang menjadi kegiatan rutin Grebeg Sedekah, seperti donor darah dan donasi bencana alam. di bulan ramadhan, relawan Grebeg Sedekah juga memiliki banyak agenda seperti Grebeg Ramadhan dan belanja bareng anak yatim.

"jika biasanya kita ke panti asuhan dengan membawa parsel untuk anak-anak yatim piatu, kali ini kita ajak anak-anak untuk berbelanja jelang idul fitri. mereka memilih sendiri apa yang mereka inginkan, dengan budget tertentu dan didampingi relawan," paparnya.

Seluruh donasi dikumpulkan dari para donatur yang banyak menitipkan donasinya kepada relawan. jika ada donatur yang ingin menitipkan donasinya untuk kelompok khusus, maka relawan GS memastikan penyaluran donasi tersebut tepat sasaran. "misalnya kalau ada yang mau donasi untuk anak yatim piatu, ya kita sisihkan untuk diserahkan pada anak yatim piatu," ujarnya.

Tak ada jumlah anggota tetap di komunitas tersebut. cak oyong dan pendiri lainnya membuka kesempatan sebesar-besarnya kepada masyarakat untuk bergabung, tanpa melalui proses seleksi. "karena itu tidak ada yang namanya anggota. segala elemen masyarakat bisa menjadi relawan, bahkan anak-anak sekalipun," tegasnya.

"pertama kali kita umumkan kegiatan Grebeg Sedekah melalui Twitter dengan hashtag #GrebegSedekah. kita melakukan bedah sekolah, dan mengajar anak-anak untuk  belajar sambil bermain," ujar Ganong yang juga menemani Cak Oyong.

Peran media sosial ini menjadi sangat penting dalam pengumpulan dan penyaluran donasi. tak jarang banyak orang yang memberi informasi mengenai keberadaan kaum duafa yang membutuhkan bantuan di pelosok desa. "kadang ada orang yang mention kita, bisa nggak Grebeg Sedekah bantu di sini," lanjutnya. (ras)

SUMBER : JP-RJ 25 JUNI 2018

Senin, 18 Februari 2019

JIMLY ASHARY, RAIH BERBAGAI PRESTASI KALIGRAFI

Juara Asean Hingga Diminta Buat Hiasan Mushaf di Malaysia.

Kaligrafi sudah menjadi bagian yang tidak terpisah dari santri Ponpes Darussholah ini. Ketekunan dan kesabaran mengantarkannya berprestasi hingga tingkat internasional. karyanya kerap lolos dalam berbagai pameran.

BAGUS SUPRIADI, Jember Kota.

PRIA berkacamata itu sudah menekuni ilmu kaligrafi sejak masih menjadi pelajar. Di pesantren, dia memilih mengembangkan kemampuan seni Islam. butuh waktu panjang untuk menjadi mahir di bidang kaligrafi.

Sekarang santri yang akrab disapa Jimly ini sudah menebarkan ilmunya pada santri yang lain. terbaru, karya muridnya berhasil lolos dalam ajang pameran kaligrafi di Museum Aharjah Dubai. "beberapa bulan lalu saya diminta buat tulisan mushaf di Malaysia," katanya.

Jimly jug asudah memiliki murid ditingkat nasional dan internasional. cara belajarnya secara offline dan online.
"saya sempat meraih juara lima lomba IRCICA DI Turki tahun lalu," akunya.

Juara di tingkat lokal seperti juara tiga MTQ nasional mahasiswa di UI Jakarta, juara satu kaligrafi dalam Festifal arlobi di Malang. bahkan, pada 2017 lalu, Jimly mampu meraih juara harapan dua khat naskhi di festival kaligrafi Asean di Jombang. prestasi tersebut bukan hal yang baru. sebab, sudah meraih puluhan prestasi di bidang kaligrafi. "sampai lupa ada beberapa prestasi," tutur pria kelahiran 6 Juni 1993 tersebut.

Dalam belajar kaligrafi, Jimly patut menjadi teladan. ketelitiannya dalam mengukir huruf membuat karya-karyanya terlihat indah. baginya, belajar kaligrafi membutuhkan waktu yang tidak sebentar. "butuh keuletan dan kesabaran agar bisa menguasainya," tegasnya.

Jimly bercerita, awal proses hingga di tingkat internasional berawal saat dirinya belajar pada seniman dan kaligrafer asal Malang, yakni ustaz Bambang. "Ilmu dari beliau saya bisa ikut pameran ke Algeria," akunya alumni IKIP PGRI Jember tersebut.

Setelah itu, lanjut dia, belajar ke beberapa guru lainnya dari luar negeri. yakni Ustzaz Belaid Hamidi dari Maroko dan ustaz Ehab Thabet Ibrahem dari Palestina. 'semua ilmu dari mereka saya dapatkan dari pembelajaran online," tuturnya.

Jimly belajar pada ustaz Ehab Ibrahem Thablet Palestina sudah mencapai waktu 5 tahun. sampai sekarang proses pembelajaran masih tetap tetap berlangsung. karena belajar tidak boleh berhenti meskipun sudah bias, harus tetap diasah.

Putra dari Suprapto dan Susilatin tersebut juga belajar pada ustaz Ehab Ibrahem. padahal, tak mudah untuk menjadi muridnya. namun Jimly merasa bersyukur bisa menjadi murid ustaz asal Palestina tersebut. "Ini rezeki saya, tak banyak yang dijadikan oleh murid neliau," ujarnya.

Jimly menambahkan dalam belajar kaligrafi, perlu memahami bentuk tiap huruf sehingga memerlukan kesabaran yang extra dobel. namun, ketika sudah memahaminya, belajar kaligrafi tidak akan mudah untuk dilepaskan. karena mengetahui seluk beluk rahasia, bentuk dan goresan kaligrafi.

"Setiap huruf memiliki rahasia yang berbeda-beda. rahasia itu akan diketahui jika belajar kaligrafi pada ahlinya," jelasnya.

Menurut dia, menulis kaligrafi sama denagn kegiatan seni lainnya. membutuhkan inspirasi agar bisa dituangkan dalam bentuk karya. membutuhkan pikiran yang segar. ketika inspirasi itu datang, maka harus segera dituangkanke atas agar ide itu tidak hilang.

Ide kadang muncul ketika melihat sesuatu yang indah, unik dan lucu, bahkan juga datang ketika mendengarkan ayat suci Alqur an atau hadist. "kadang juga dari pepatah atau syair arab yang memiliki makna bagus," ucapnya.

Sukses dalam meraih prestasi, Jimly membagikan tips belajar kaligrafi. pertama, harus sabar. karena belajar kaligrafi bukan hanya belajar tentang estetika atau keindahan saja. tetapi juga belajar melatih kesabaran yang sesungguhnya. "ketika belajar Alif, harus benar-benar lurus sesuai dengan contoh yang sudah paten," akunya.

Kedua, harus berani mencoba meskipun berulang kali salah. bisa menulis kaligrafi karena terbiasa. ketiga harus istiqomah dan disiplin. "tantangan hanya melawan kamalasan," imbuhnya. malas sering menghampiri saat mood dalam berlatih mulai melemah.

Cara mengatasinya, kata dia, dengan menyegarkan kembali ide-ide untuk berkarya, misal melihat karya-karya kaligrafi para master. "sehingga muncul motivasi baru untuk terus berkarya," tandasnya. (gus/hdi)

SUMBER : JP-RJ 24 JUNI 2018

Selasa, 12 Februari 2019

M. DYO HENDIKA SAPUTRA, BOCAH BONDOWOSO JUARA INTERNASIONAL

Terkendala Akomodasi, Bulan Ini ke Malaysia.

Berprestasi tidak harus menunggu dewasa. seperti yang dilakukan oleh M. Dyo Hendika Saputra, putra asli Kecamatan Tenggarang Bondowoso yang berhasil meraih prestasi tingkat nasional bahkan internasional. prestasi ini diraih berkat kelihaiannya mengendalikan push bike alias mendorong sepeda tanpa pedal sepeda.

RANGGA MAHARDIKA, Jember.

KEJUARAAN nasional sepeda motor dan sepeda yang diadakan di Sevendream City, Baratan Patrang saat bulan puasa kemarin terlihat cukup sengit. meskipun sedang puasa namun kejuaraan yang digelar untuk memeriahkan road show Asean Games 2018 yang digelar oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga ini cukup meriah. baik itu level sepeda maupun sepeda motor.

Namun diantara puluhan pembalap itu, ada satu sosok yang banyak menarik perhatian bagi pengunjung dan pembalap lain. sosok ini cukup mungil, namun terlihat lincah memainkan sepeda miliknya. tetapi sepeda ini tidak dikayuh melainkan didorong dulu baru kemudian dikendarai.

Bahkan, beberapa kali anak kecil yang membawa sepeda ini membuat penonton dibuat senam jantung. bagaimana tidak, diirnya atraksi dengan menaikkan satu kaki di atas jok, sedangkan kaki satunya horizontal mendatar sejajar dengan tubuhnya. dia beberapa kali membuat penonton bertepuk tangan diatas atraksinya itu.

Dialah M. Dyo Hendika Saputra. bocahasli Desa Koncer kidul Kecamatan Tenggarang, Bondowoso. usianya baru empat tahun.

"Tanggal 23 Juni nanti ini baru Lima Tahun," ucap Hendro Widodo , ayah Dyo saat mendampingi anaknya ke Jember. di usianya yang masih anak-anak ini, ternyata sudah banyak prestasi yang diraih oleh Dyo.

Sejak setahun lalu, Dyo meraih prestasi yang gemilang. mulai dari Mei 2017, di Sleman Jogja dirinya menjadi juara 3 tingkat nasional untuk kategori usia 4 tahun. Juni 2017. "itu padahal kejuaraan perdana yang diikuti," jelas Hendro. Dyo pun kembali meraih juara yakni dalam even internasional di Bali yakni saat mengikuti Event Strider Cup Bali.
Kemudian di bulan September 2017 di Jakarta. dirinya menjadi juara 3 dari kategori yang sama. "Puncaknya pada Oktober 2017 ikut even di Malaysia. Dyo berhasil menjadi juara 1 kategori 4 tahun," jelasnya. selain juara-juara tadi, cukup banyak kejuaraan lain yang mengantarkan putra kedua pasangan Hendro dan Rofika ini meraih banyak penghargaan. tentu prestasi ini sangat membanggakan bagi dirinya.
Padahal, dirinya pertama menemukan bakat sang anak ini dengan tidak sengaja. dimana saat itu, anak keduanya ini bermain dengan kakaknya Sulton. mereka sedang bermain mobil-mobilan yang didorong," terangnya. kemudian Dyo ini kok sudah bisa.

Akhirnya dicoba dengan menggunakan sepeda push bike tanpa pedal ini. bahkan, saat berlatih awal ini tanpa menggunakan roda bantuan kecil layaknya sepeda anak-anak lainnya. ternyata sang anak tanpa ada yang mengajari bisa sendiri. "memang kalalu untuk internasional, sebelum lima tahun hanya boleh push bike ini," jelasnya.

Jika memang sudah bisa push bike, maka akan mudah untuk mengendarai sepeda yang memiliki pedal. "karena kan kuncinya keseimbangan," jelasnya.

Dengan demikian, anaknya berarti akan mudah untuk berlatih sepeda biasa. akhirnya dirinya pun melihat potensi yang ada pada anaknya itu dan diajak untuk bermain di sejumlah kejuaraan itu.

Meskipun untuk berangkat ke sejumlah daerah dirinya mengakui jika banyak kendala. utamanya untuk akomodasi yang selama ini masih menggunakan dana pribadi. dirinya mengakui memang juga ada bantuan dari pemerintah daerah setempat namun tidak bisa mencukupi semua kebutuhan selama kejuaraan.
"Ya kalau sudah kejuaraan, sehari semalam minimal habis Rp 1,5 juta," tuturnya. padahal, untuk kejuaraan bisa sampai seminggu. belum lagi ditambah dengan transportasinya.

Bahkan dirinya masih ingat kenangan ketika ikut kejuaraan ke Malaysia. diaman saat itu hanya dengan bermodal uang Rp 6 juta, dirinya tetap nekad berangkat bersama sang anak. "Ya sangat menipis. akhirnya untuk menginap tidak di hotel," terangnya. dirinya pun mencari kenala Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia dan nunut menginap di sana.

Ternyata, Dyo berhasil meraih prestasi gemilang, keberhasilan demi keberhasilan inilah yang kemudian melecutkan semangatnya untuk terus mengembangkan bakat sang anak ini. "30 Juni 2018 ini mau berangkat lagi ke Malaysia. ikut kejuaraan even strider cup. doakan ya bisa menang lagi," tuturnya.

Dyo yang masih duduk di bangku TK Nurul Hidayah, Desa Koncer ini pun terlihat santai saat hendak diwawancara. dirinya pun sepertinya sudah terbiasa dengan kamera sejumlah warga yang gemas dan ingin memfoto dirinya. bocah kecil dengan prestasi gemilang inipun mengaku senang dengan bersepeda.

"Senang, senang balapan,"ucapnya. dia pun ingin terus membalap. apalagi, Dyo memiliki cita-cita yang mulia yakni menjadi tentara jika besar nanti.(ram/hdi)

SUMBER ; JP-RJ 23 JUNI 2018

Senin, 11 Februari 2019

MENENGOK KEBERHASILAN PELAJAR JEMBER YANG BERPRESTASI HINGGA KE AUSTRALIA

Mengkaji Sistem Lalu Lintas di Depan SMPN 2 Jember

Tak ada yang tidak mungkin, jika semuanya digarap serius. Meski tinggal dan belajar di Jember, dua pelajar bersama seorang gurunya, bisa tembus memenangkan kompetisi yang digelar pemerintah Australia. seperti apa ?

RULLY EFENDI, Jember Kota.

TIGA medali emas menjadi milik dua siswa dan seorang guru SMAN 1 Jember. membanggakan. karena medali tersebut diberikan oleh kedutaan besar Australia di Jakarta. semakin membanggakan, karena ketiganya bakal dikirim ke Australia, sebagai perwakilan Indonesia.

Pelajar membanggakan itu, Firman Syauqi Maulana Habaib, Firdaus Y. Bahtiar dan guru pendamping keduanya, Heri Tri Susanto. Ketiganya, dipastikan akan terbang ke Australia pada medio Juli 2018 mendatang. mereka, bakal mengikuti short course tentang STEM di Queensland University of Technology (QUT) di Brisbance Australia selama 7 hari.

Keberangkatan ketiganya bagian hadiah, karena sudah meraih juara Science, Technology, Engineering yang menarik, mereka memilih tema: "lalu lintas aman melalui storene berhenti sebelum lini".

Sejatinya, tema tersebut pernah diusung Syauqi seorang diri, saat mengikuti perlombaan pelajar pelopor keselamatan lalu lintas yang digelar Kementrian Perhubungan (Kemenhub).

Ya, saat itu Syauqi juga meraih juara. se-Indonesia. sehingga, gagasan Dinas Perhubungan (Dishub) tentang produk storene yang ada di persimpangan SMPN 2 Jember, sampai jadi perbincangan nasional. semua, tentu karena prestasi anak muda yang lahir 18 september 2000 tersebut.

Storene, tak lain akronim dari stop Before The Line. sebuah alat yang biasanya dipasang di persimpangan jalan. tujuannya, tentu untuk mengurangi pelanggar lalu lintas di traffic light. "ketika traffic light berwarna merah, sensor ultrasonik akan aktif," terang Syauqi.

Sensor ultrasonik memiliki fungsi untuk mengirimkan sinyal, bagi pengendara yang melewati stop line. sinyal itu akan memunculkan bunyi peringatan dari traffic voice. "alat ini hanya akan aktif jika traffic menyala," tuturnya.

Selain sensor ultrasonik yang dipasang pada delinator, membuatnya jug abutuh sensor LDR pada red lamp box. untuk memunculkan bunyi peringatan kedua kompenen itu juga butuh tambahan traffic voice. "Alhamdulillah, gagasan ini juga diterima baik tim Austrade Jakarta," katanya.

Pada kompetisi Science Your Future Competition (SYFC), tim SMAN 1 Jember mengirim vidio berdurasi 90 detik dan essay, yang terdiri dari 500 kata yang tentunya, berkaitan dengan STEM,mereka, dinilai paling solutif menjawab tantangan yang ada di Indonesia. terutama soal lalu lintas dan kecelakaan di jalan raya.

Kemenangan anak muda Jember tersebut, hasil dari sebuah perjuangan panjang. betapa tidak, sedikitnya ada 90 tim dari beberapa daerah di Indonesia,yang harus mereka ungguli dengan karya nyata. "kami bangga karena jurinya sangat profesional. mereka para profesor Australiaan Technology Network," akunya.

Dalam kesempatan short course di Australia nanti, tim SMAN 1 Jember juga diberi kesempatan mempresentasikan produk di hadapan civitas QUT di Brisbance, Australia. harapannya, produk Storene yang jadi gagasan bisa diaplikasikan dan dikembangkan di seluruh dunia. sebab dengan demikian,nama Jember juga akan terdongkrak hingga berbagai negara.

Ketiganya membuktikan bahwa anak Jember juga bisa berprestasi hingga ke luar negeri. Tentu, semuanya diraih hasil dari kerja keras da semangat optimisme yang tinggi. "kami ingin membuktikan, pelajar Jember juga bisa disegani," pungkasnya. (rul/hdi)

SUMBER : JP-RJ 21 JUNI 2018

Kamis, 07 Februari 2019

LINDUNGI SATWA, DANDY UBAH KULIT KAMBING JADI MACAN

Mulai Harimau, Panther, Macan Tutul, dan Sebentar Lagi Ada Luwak

Kreativitas bidang kerajinan terus saja ada, seperti Dandy yang mempu menyulap kulit kambing jadi macan. bahkan jadi mirip macan Sungguhan.

WAWAN DWI SISWANTO, Jember Kota.

PENGUNJUNG Cafe Gumitir tiba-tiba kaget dengan kehadiran macan. Hewan buas ini tidak hanya satu saja, ada sekitar 7-10 ekor. wow pasti bikin merinding karena takut diterkam. ada macam warna hitam atau disebut panther, harimau, macan tutul, macan putih, dan singa.

Tenang saja hewan buas itu hanya duplikat, bukan macan sungguhan karena itu bukan macan sungguhan, masyarakat tetap bikin merinding saat menyentuh hewan mamalia tersebut. ya hewan itu sungguh mirip, bahkan seperti harimau yang telah dikeringkan atau diawetkan.

Bagi pecinta satwa khususnya hewan-hewan yang dilindungi, macan hasil kreasi Dandy ini tidak menyalahi aturan, dan tidak membumuh hewan dilindungi untuk membuat macan-macanan tersebut.
"Khulitnya kulit asli, tapi bukan kulit macan sungguhan. kulitnya ini dari kulit kambing, untuk kumis harimau itu dari bulu ayam, sementara mata dan giginya itu sintesis," terang Dandy.

Pria dengan nama lengkap Muhammad Dandy itu mengatakan, kegiatan membuat tiruan harimau  tersebut bukan untuk bisnis semata saja. tapi juga untuk kampanyekan hewan ynag dilindungi.

Hewan yang dilindungi dan sering dijadikan buruan adalah satwa kucing besar atau harimau dan sejenisnya. apalagi, keberadaan sekarang tinggal sedikit. sebagai orang Jawa, Dandy merasa sedih harimau jawa itu tidak ada lagi dan bisa dikatakan punah. "harimau ini sering diburu, diambil kulitnya, diambil kepalanya, kukunya, taringnya, hingga kumisnya," tambahnya.

Berangkat dari sana, pria 62 tahun itu, mulai meramu kulit kambing dicat sedemikian rupa agar mirip kulit harimau.Pemilihan kulit kambing ini karena ada bulu tipis seperti harimau. sedangkan kulit sapi tidak bisa diaplikasikan, sebab kulit dan bulunya terlalu tipis. pekerjaan pengecatan kulit kambing diubah motif harimau, menurut Dandy, harus teliti, termasuk detail bagian penggungnya.

Untuk badannya, kata dia, fiber karbon dan fiber zinc white untuk bagian detail. hingga saat ini 18 jenis harimau ynag dibuat olehnya. diantaranya leopard, tiger, puma, panther, jaguar, jaguar kutub, nebulosa, king ming, dan king jaguar.

Sementara untuk ukurannya agar terlihat nyata, dia mencari literatur seperti nyata, dia mencari literatur tentang hewan buas tersebut. "karena buat kulitnya saja butuh waktu dengan detail-detailnya. macan yang dibuat juga harus mirip," paparnya.

Dandy tak ingin hasil karyanya justru menjadi aneh karena ukuran tubuh dan gestur harimau berbeda dengan aslinya. "kalau bentuknya aneh, bisa jadi harimau itu buat lelucon. harimau kok lucu," tambahnya.
Dalam sebulan, pria yang suka mengenakan topi ini setidaknya membutuhkan 600 sampai 700 lembar kulit kambing ettawa khusus. sedangkan untuk tas kulit bermotof harimau, itu butuh sekitar 10 ton dalam sebulan. banyaknya kulit yang dipakai, karena saat ini banyak orang pesan. tidak hanya dari dalam negeri saja, tapi telah diminati daerah Timur Tengah dan Eropa.

Tembus ke pasar luar negeri, juga tidak semudah itu. ya hasil karyanya tersebut dikira barang ilegal karena mengira adalah harimau yang telah dikeringkan. "awalnya susah, tapi sekarang paham," imbuhnya. untuk membuat satu harimau setidaknya membutuhkan waktu 2 minggu.

Atas kelihaian Dandy membuat harimau dari kulit kambing, juga ada tawaran membuat luwak. dia pun tertantang, tapi dalam tujuannya. dia juga ada rasa edukasi ke masyarakat. "ya biar orang tahu, jangn memburu luwak. jika tidak ada luwak, maka tidak ada kopi luwak. apalagi kopi luwak ini identik dari indonesia," pungkasnya. (dwi/cl/hdi)

SUMBER : JP-RJ 20 JUNI 2018

Rabu, 06 Februari 2019

LUCUNYA HADRAH CILIK TPA BUSTANUL ULUM BMP MANGLI

Langsung Tepar setelah Mainkan Delapan Lagu dalam Satu Acara

Jika umumnya grup musik hadrah terdiri dari sekelompok orang dewasa, tidak demikian dengan grup hadrah TPA Bustanul Ulum BMP Mangli. mereka terdiri dari sekelompok anak yang baru duduk di bangku SD. walau begitu mereka sama sekali tidak merasakan kesulitan ketika tampil di hadapan orang banyak.

LINTANG ANIS BENA K, Jember.

GELARAN acara buka puasa bersama yang juga dihadiri oleh Nyai Mutmainnah, beberapa hari lalu dihadiri tak kurang dari 50 warga sekitar serta anak-anak yatim piatu dan kaum duafa. sepanjang acara berlangsung, mereka ditemani alunan hadrah yang dimainkan sekelompok pemusik hadrah di atas panggung.

Namun uniknya, alih-alih dimainkan oleh orang dewasa, yang terlihat adalah anak-anak kecil yang berdiri memainkan rebana, tamborin, dan simbal. suara mereka tak kalah merdu, walau masih belum terlalu fasih,namanya juga anak-anak, kadang ada saat ketika mereka off-tune atau tak sesuai dengan melodi yang dimainkan pemusik lainnya.

Kelompok yang rata-rata duduk di bangku sekolah dasar ini merupakan santri di TPA Bustanul Ulum Mangli, tepatnya di perumahan Bumi Mangli Permai. pengelolanya sengaja mengajak anak-anak sekitar untuk berpartisipasi dalam tim hadrah tersebut. "tujuannya untuk melatih mental anak-anak, yang  penting mau untuk tampil," ujar Hidayati, salah satu pengasuh TPA.

Sejatinya kelompok musik hadrah ini sudah digerakan semenjak tahun 1990-an silam. selama ini musik tersebut diturunkan dari generasi ke generasi santri yang belajar di sana. "semua santri di TPA Bustanul Ulum diajarkan hadrah," imbuhnya.

Inisiasi munculnya kelompok musik hadrah anak-anak ini berawal ketika TPA ini mendapat lungsuran alat-alat hadrah dari grup yang tak lagi aktif. dengan kemampuan Hidayati yang memang mahir hadrah, dirinya mencoba mengajarkan hadrah kepada para santri. "pas anak-anak dilatih, kok mereka bisa, ya sudah dilanjutkan," lanjut Hidayati.

Cara mengajarkannya pun cukup menarik. setiap satu senior wajib mengajarkan satu alat musik hadrah kepada satu adik kelasnya. "santri yang kecil-kecil sudah terbiasa melihat kakak kelasnya main hadrah, jadi mereka juga tetap belajar. malah lebih mudah dari pada mengajarkan hadrah kepada orang dewasa," kata Lilik Masriati pengasuh lainnya.

Itulah sebabnya tradisi ini bisa bertahan hingga turun menurun. apalagi, hadrah bukanlah jenis musik yang umum. mereka harus belajar nada dan irama musik Timur Tengah yang sama sekali tidak mengandalkan not balok tersebut.

waktu berlatih pun fleksibel, tergantung kemauan anak-anak. normalnya mereka latihan setiap Jumat. "tapi kalu misalnya mereka banyak kegiatan, ya kita ngalahi cari hari lain," imbuh Lilik.

Karena masih berusia belia, banyak sekali pengalaman unik yang dialami. salah satunya ketika mereka harus tampil membawakan delapan buah lagu berturut-turut. "sampai anak-anak mengeluh, katanya tangannya merah semua. ya mau gimana lagi namanya juga anak-anak," seloroh hidayati.

Bahkan sesekali, ketika anak-anak enggan berlatih atau tampil di depan umum, Hidayati dan pengasuh lainnya harus memberikan iming-iming. "saya bilang, nanti kamu dikasih hadiah. meskipun sederhana seperti snack, mereka sudah seneng banget," imbuhnya.

Dari sisi perawatan alat pun Lilik dan pengasuh lainnya masih belum berpikir untuk menambah inventaris. hanya sekitar 15 alat saja yang mereka miliki. "kalau bilang pengen ya pengennya nambah satu set Al Banjari itu," imbuhnya semabri tertawa. "tapi harganya mahal, satu set bisa sampai 3 jutaan," lanjutnya.

Walau demikian Hidayati mengaku anak-anak sangat jarang mengeluh tentang kualitas alat musiknya. justru sebaliknya, mereka sangat antusias jika diajak tampil. "apalagi kalau sudah tampil di acara rutin kami, namanya pengajian cilik atau peci, mereka semangat sekali," kata wanita berhijab tersebut.

Bagi Hidayati, Lilik dan Mudrikah yang juga menjadi pelatih hadrah, kualitas yang dihasilkan bukanlah tujuan utamanya. mereka lebih ingin membentuk karakter anak-anak menjadi lebih percaya diri dan tidak minder, sehingga bisa digunakan ketika terjun di sekolah masing-masing.

"kalau sudah percaya diri, misalnya ada acara di sekolahnya mereka bisa 'dipakai' sebagai MC atau semacamnya," kata Mudrikah. (lin/hdi)

SUMBER : JP-RJ 19 JUNI 2018

Minggu, 03 Februari 2019

PETASAN, TRADISI YANG TAK PERNAH BISA HILANG

Tak Lengkap jika Hajatan Tak Pakai Mercon

Meski banyak menimbulkan korban jiwa, petasan masih sulit dihilangkan dari budaya masyarakat Indonesia. petasan seolah menjadi kewajiban saat bulan puasa dan lebaran. sempat sedikit redup pasca tragedi bom bali 1 dan bom Bali 2.

ADI FAIZIN, Jember.

SEBAGAI bulan suci, Ramadhan selalu disambut suka cita oleh masyarakat muslim di berbagai belahan dunia. tak terkecuali di Indonesia. sebagai negara mayoritas muslim, Ramadhan selalu membawa tradisi-tradisi yang menarik. salah satunya adalah tradisi mercon atau petasan.

Hampir merasa di seluruh wilayah, mercon selalu mengiringi bulan Ramadhan dan lebaran. namun, tradisi itu serasa menurun beberapa tahun terakhir, seperti yang dirasakan oleh Iwan Joyo Suprapto. "waktu saya kecil, selalu ramai sekali mercon itu. mulai beberapa hari sebelum puasa hingga setelah lebaran, semua warga desa, baik tua maupun muda, selalu merayakan dengan mercon," tuur Iwan, tokoh pemuda di Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo ini. Meski termasuk bahan berbahaya dan beresiko tinggi, nyatanya orang tidak juga kapok untuk bermain mercon. "ada di desa saya, orang dewasa yang jari tangannya hampir habis. waktu dia kecil, terkena mercon di tangannya," cerita Iwan.

Meski saksi hidup korban mercon masih ada di desa mereka, toh tradisi memainkan mercon di Desa Sumbersalak tidak jua luntur. bahkan berakar cukup kuat. saking kuatnya, ada semacam hukum tidak tertulis yang seolah mewajibkan bermain mercon di saat-saat tertentu.

"Kalau zaman dulu, seorang pria ynag sudah bertunangan, serasa wajib untuk membawa mercon ketika berkunjung silaturahmi ke calon mertuanya. yakni ketika Lebaran, dia harus memainkan mercon di depan rumah calon mertua," tutur alumnus Fakultas Dakwah IAIN Jember ini. tujuan membawa mercon ke rumah calon mertua, menurut Iwan tidak lain untuk meramaikan suasana. "kan di petasan itu dikasih kertas yang bnayak sekali. setelah meledak, jadi berhamburan. itu biasanya tidak segera disapu, agar suasananya tetap meraih," tutur Iwan.

Namun tradisi mercon itu berangsur menurun pasca tragedi Bom Bali 1 pada 2002 dan Bom Bali 2 pada 2005. pasca kejadian tersebut, saat itu polisi menngencarkan razia terhadap seluruh bahan peledak. peredaran bahan-bahan kimia yang bisa menjadi bahan baku pembuatan petasan pun diperketat. sejak itu pula, tradisi bermain petasan atau mercon di Desa Sumbersalak ataupun di desa-desa lain sekitarnya, dirasakan Iwan berkurang drastis. jarang lagi didengar suara meledak yang memekakkan telinga, imbas dari polusi suara yang ditimbulkan oleh mercon. namun situasi itu tidak bertahan lama. beberapa tahun kemudian, secara berangsur-rangsur mercon kembali marak. masyarakat tidak ragu-ragu lagi untuk membakar petasan. (cl/ras)

SUMBER : JP-RJ 18 JUNI 2018

KREATIFITAS WARGA DESA SIDOMEKAR UBAH PASAR KUMUH JADI MURAL

Ini Strategi Untuk Memikat Pembeli Datang ke Sini Awalnya, hanya sebuah pasar Krempyeng yang kumuh di dalam gang. namun, sejak April pem...