Langsung Tepar setelah Mainkan Delapan Lagu dalam Satu Acara
Jika umumnya grup musik hadrah terdiri dari sekelompok orang dewasa, tidak demikian dengan grup hadrah TPA Bustanul Ulum BMP Mangli. mereka terdiri dari sekelompok anak yang baru duduk di bangku SD. walau begitu mereka sama sekali tidak merasakan kesulitan ketika tampil di hadapan orang banyak.
LINTANG ANIS BENA K, Jember.
GELARAN acara buka puasa bersama yang juga dihadiri oleh Nyai Mutmainnah, beberapa hari lalu dihadiri tak kurang dari 50 warga sekitar serta anak-anak yatim piatu dan kaum duafa. sepanjang acara berlangsung, mereka ditemani alunan hadrah yang dimainkan sekelompok pemusik hadrah di atas panggung.
Namun uniknya, alih-alih dimainkan oleh orang dewasa, yang terlihat adalah anak-anak kecil yang berdiri memainkan rebana, tamborin, dan simbal. suara mereka tak kalah merdu, walau masih belum terlalu fasih,namanya juga anak-anak, kadang ada saat ketika mereka off-tune atau tak sesuai dengan melodi yang dimainkan pemusik lainnya.
Kelompok yang rata-rata duduk di bangku sekolah dasar ini merupakan santri di TPA Bustanul Ulum Mangli, tepatnya di perumahan Bumi Mangli Permai. pengelolanya sengaja mengajak anak-anak sekitar untuk berpartisipasi dalam tim hadrah tersebut. "tujuannya untuk melatih mental anak-anak, yang penting mau untuk tampil," ujar Hidayati, salah satu pengasuh TPA.
Sejatinya kelompok musik hadrah ini sudah digerakan semenjak tahun 1990-an silam. selama ini musik tersebut diturunkan dari generasi ke generasi santri yang belajar di sana. "semua santri di TPA Bustanul Ulum diajarkan hadrah," imbuhnya.
Inisiasi munculnya kelompok musik hadrah anak-anak ini berawal ketika TPA ini mendapat lungsuran alat-alat hadrah dari grup yang tak lagi aktif. dengan kemampuan Hidayati yang memang mahir hadrah, dirinya mencoba mengajarkan hadrah kepada para santri. "pas anak-anak dilatih, kok mereka bisa, ya sudah dilanjutkan," lanjut Hidayati.
Cara mengajarkannya pun cukup menarik. setiap satu senior wajib mengajarkan satu alat musik hadrah kepada satu adik kelasnya. "santri yang kecil-kecil sudah terbiasa melihat kakak kelasnya main hadrah, jadi mereka juga tetap belajar. malah lebih mudah dari pada mengajarkan hadrah kepada orang dewasa," kata Lilik Masriati pengasuh lainnya.
Itulah sebabnya tradisi ini bisa bertahan hingga turun menurun. apalagi, hadrah bukanlah jenis musik yang umum. mereka harus belajar nada dan irama musik Timur Tengah yang sama sekali tidak mengandalkan not balok tersebut.
waktu berlatih pun fleksibel, tergantung kemauan anak-anak. normalnya mereka latihan setiap Jumat. "tapi kalu misalnya mereka banyak kegiatan, ya kita ngalahi cari hari lain," imbuh Lilik.
Karena masih berusia belia, banyak sekali pengalaman unik yang dialami. salah satunya ketika mereka harus tampil membawakan delapan buah lagu berturut-turut. "sampai anak-anak mengeluh, katanya tangannya merah semua. ya mau gimana lagi namanya juga anak-anak," seloroh hidayati.
Bahkan sesekali, ketika anak-anak enggan berlatih atau tampil di depan umum, Hidayati dan pengasuh lainnya harus memberikan iming-iming. "saya bilang, nanti kamu dikasih hadiah. meskipun sederhana seperti snack, mereka sudah seneng banget," imbuhnya.
Dari sisi perawatan alat pun Lilik dan pengasuh lainnya masih belum berpikir untuk menambah inventaris. hanya sekitar 15 alat saja yang mereka miliki. "kalau bilang pengen ya pengennya nambah satu set Al Banjari itu," imbuhnya semabri tertawa. "tapi harganya mahal, satu set bisa sampai 3 jutaan," lanjutnya.
Walau demikian Hidayati mengaku anak-anak sangat jarang mengeluh tentang kualitas alat musiknya. justru sebaliknya, mereka sangat antusias jika diajak tampil. "apalagi kalau sudah tampil di acara rutin kami, namanya pengajian cilik atau peci, mereka semangat sekali," kata wanita berhijab tersebut.
Bagi Hidayati, Lilik dan Mudrikah yang juga menjadi pelatih hadrah, kualitas yang dihasilkan bukanlah tujuan utamanya. mereka lebih ingin membentuk karakter anak-anak menjadi lebih percaya diri dan tidak minder, sehingga bisa digunakan ketika terjun di sekolah masing-masing.
"kalau sudah percaya diri, misalnya ada acara di sekolahnya mereka bisa 'dipakai' sebagai MC atau semacamnya," kata Mudrikah. (lin/hdi)
SUMBER : JP-RJ 19 JUNI 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar