Kamis, 21 Maret 2019

KREATIFITAS WARGA DESA SIDOMEKAR UBAH PASAR KUMUH JADI MURAL

Ini Strategi Untuk Memikat Pembeli Datang ke Sini

Awalnya, hanya sebuah pasar Krempyeng yang kumuh di dalam gang. namun, sejak April pemerintah desa Sidomekar memugar pasar itu dengan desain unik. Tembok-tembok Pasar Krempyeng dibuat mural. imbasnya, pengunjung pun kian ramai.

MAHRUS SHOLIH, Semboro

DI sudut sebuah pasir Krempyeng, Desa Sidomekar, Kecamatan Semboro, Sunarmi terlihat menunggui dagangannya. selepas fajar ia membuka lapak, dagangannya laris diborong pembeli. hanya tinggal tiga buah tempe yang tertumpuk di sebuah meja pendek terbuat dari bambu itu. pagi itu, nasib baik sepertinya menghampiri nenek 14 cucu tersebut.

Di usia yang memasuki renta ibu lima orang anak ini memang masih terlihat trengginas. kulitnya yang keriput tak menghalangi semangatnya untuk hidup mandiri, dan tak tergantung kepada anak cucu.

"Dagangannya saya sendiri habis. tempe yang saya jual sekarang ini milik pedagang lain. saya hanya membantu menjualkan saja," kata perempuan 70 tahun tersebut.

Menggunakan logat Jawa, warga Dusun Babatan, Desa Sidomekar ini bercerita, sejak pasar krempyeng itu dipugar medio April lalu oleh pemerintah desa setempat, banyak warga yang berbelanja di pasar yang menempati sebuah gang tersebut.

Mereka tak hanya berasal dari Sidomekar, tetapi juga desa lain yang berdekatan. bahkan, ada juga yang berasal dari desa di Kecamatan Umbulsari.

Pedagang yang telah berjualan sejak 40 tahun silam ini menuturkan, meningkatnya minat warga tersebut karena kondisi pasar tradisional ini tak lagi kumuh. pembeli juga tertarik dengan suasana pasar yang penuh dengan aneka warna. menurut dia, kondisi ini menjadi pemantik banyaknya pembeli yang berdatangan. "dampaknya tentu kembali ke pedagang. penghasilan kami meningkat," ujarnya.

Dulu, kata Sunarmi, kondisi pasarnya relatif sepi, karena kalah bersaing dengan pasar induk kecamatan, serta pedagang sayur keliling. sebab, pasar yang menjual kebutuhan pokok dan sayur-mayur ini terletak tak jauh dari pasar kecamatan semboro, yang hanya berjarak sekitar 300 meter arah selatan.

Namun, setelah setiap sudut pasar dan lapak pedagang dicat beraneka warna, minat warga berbelanja di pasar kembali bergeliat . "sebab, saat ini kondisinya bagus. dan sekarang namanya dikenal pasar warna-warni. jadi, ramai pembeli setelah dicat," ucapnya.

Ketika memasuki pasar warna-warni, pengunjung akan menemui sebuah jembatan yang melintasi sungai irigasi. di akses masuk ini, pengunjung akan disambut gapura yang terbuat dari bambu, serta melihat meriahnya kombinasi warna merah muda, hijau, kuning, dan biru yang digoreskan di setiap sudut pasar.

Tak hanya di dinding toko, lapak pedagang, dan aspal jalan saja, bebatuan yan menjadi plengsengan sungai juga dicat berwarna-warni. bahkan, di beberapa tempat juga dibuat mural dengan gambar tiga dimensi, seperti gambar tokoh pewayangan, petruk, serta ular yang siap memangsa, sehingga terlihat sangat rancak.
Menurut Haji Sofyan, yang menjadi daya tarik pembeli di pasar yang buka sejak bakda subuh hingga pukul 09.00 pagi ini tak hanya keindahan warna dan gambarnya saja. tetapi juga kekompakan para pedagang untuk membuat suasana di pasar berbeda dengan pasar lainnya.

Kata pedagang bumbu dapur ini, pada hari Minggu di setiap awal buulan, semua pedagang berkostum adat Jawa. perempuan memakai kebaya, sedangkan lelakinya mengenakan baju garis-garis (Surjan) khas Jawa dan blangkon sunan. "di momen seperti itu, biasanya pengunjung akan lebih banyak," kata warga Desa Mundurejo Kecamatan Umbulsari tertentu.

Pria yang sejak tahun 1983 berdagang di pasar krempyeng tersebut mengaku, setelah ada pengecetan, omzet dagangannya meningkat rata-rata 10 persen. omzet itu akan melonjak jika ada momen unik seperti mengenakan kostum  adat tersebut. bahkan, kenaikannya mencapai hampir dua kali lipat. "jika hari biasa omzetnya antara Rp 1,2 juta hingga Rp 1,3 juta. namun, di momen-momen tertantu bisa mencapai Rp 2 juta," akunya.

Sementara itu, kepala desa sidomekar sugeng priyadi menjelaskan, ide pemugaran itu berawal dari kondisi pasar yang dinilai kumuh. sehingga,pada 15 April lalu, bersama kelompok masyarakat sadar wisata (pokdarwis) jeruk siyem, pemerintah desa berinisiatif untuk membuat tampilan pasar yang saat ini menampung 45 pedagang tersebut lebih menarik.

Tujuannya juga sederhana, sugeng menuturkan, jika kondisi pasar bersih dan menarik, maka akan semakin menarik minat pembeli. target akhirnya adalah peningkatan pendapatan para pedagang yang muaranya meningkatkan kesejahteraan mereka. "akhirnya kami sepakat untuk membuat pasar warna-warni," katanya.

Selain itu, kata dia, jika tidak ada kreasi dari pemangku kebijakan, maka para pedagang yang berjualan di pasar tradisional akan kalah bersaing dengan pasar maupun toko modern. apalagi, saat ini toko waralaba sudah masuk hingga ke pelosok desa. "tapi saya mewanti-wanti agar para pedagang menjaga kebersihan pasar. mereka mendukung, karena tujuannya memang untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri," tandasnya. (mg-4/mgc/hdi)

SUMBER : JP-RJ 30 JUNI 2018

Rabu, 20 Maret 2019

ONIE SURYANTO, PEMBUAT PESAWAT MAINAN WHITE EAGLE TERBAIK

Tolak Pesanan India Karena takk mampu produksi Massal

Pendidikannya hanya lulusan SMA. Namun soal kedirgantaraan, pria yang tinggal di Desa Kemiri, Panti, memiliki keahlian yang didapatkannya secara otodidak. meski demikian, produknya mampu tembus ke pasar Internasional. seperti apa ?

RULLY EFENDI, Panti

Bahannya hanya terbuat dari styrofoam namun berkat tangan terampil Onie Suryanto, styrofoam yang umum disebut gabus, bisa dibuat mainan dirgantara berkelas. tak heran kemudian, mainan yang dibuat di Desa Kemiri, Panti, itu dipesan berbagai daerah hingga ke luar negeri.

Produk pesawat mainan Onie, memiliki kualitas yang tak diragukan. bahkan yang jenis White Eagle, sempat disebut sebagai pesawat terbang mainan terbaik di dunia. karena hanya punya Onia, penyangga pesawatnya yang bisa dinaik-turunkan.

"Dulu paling bagus buatan Tiongkok. tapi karena terbuat dari plastik, tidak bisa dinamis ini," terang bapak empat orang anak itu.

Berbagai perlombaan aerosport di sejumlah kota, pernah dia ikuti dengan produk buatan perdesaan tersebut. namun siapa yang menyangka, mainan.nya bisa mengguli produk Venezuela. bahkan sejak dua tahun lalu, mainannya sudah pernah dibeli penghobi mainan dirgantara di Eropa.

Tapi pemesan tak membeli banyak. bahkan awal tahun 2018, kenalannya di India, sempat memmesan seribu pesawat mainanya setiap bulannya. "tapi tidak kami sanggupi. karena masih belum bisa memproduksi masal," ujarnya.

Ketidakmampuannya itu, karena terkendala peralatan yang serba ala kadarnya. sementara pekerja, masih mengandalkan anak muda yang belum bekerja di kampungnya. "alat yang kami gunakan hanya cutter dan gunting biasa. gambar variasi pesawat pakai manual," tuturnya.

Sehari, Onie bersama Lima pekerjanya hanya mampu memproduksi 20 unit. tentu, kapasitas produksi sejumlah itu sangat kecil. padahal potensi dan permintaan pasar sangat besar. "tapi sekarang tidak lagi. kami mulai didampingi dosen Politeknik Negeri Jember," akunya.

Sementara Ahmad Robiul Awal Udin, salah seorang dosen pendamping Prodi Mesin Otomotif Poltek Jember, yang tahu persoalan Onie langsung membentuk tim pendampingan, supaya pesawat mainan White Eagle Made In Kemiri-Panti, ini mampu menjadi market leader di bidang usahanya. "mereka hanya butuh peralatan, yang sebenarnya juga sederhana," kata pria bergelar Magister Teknik tersebut.

Setelah diskusi dan mengkaji, ternyata Onie hanya membutuhkan alat sablon, alat pemotong kayu balsa dan styrofoam. "setelah kami dampingi, sekarang sudah bisa memproduksi 200 mainan setiap harinya," akunya bangga.

Bukan hanya Robiul dan para dosen Poltek yang tertarik, kemenristek Dikti juga ikut mensupport. bahkan, aktivitas usaha Onie mulai diikutkan program kemitraan masyarakat. "bukan hanya bisnis. apalagi sekedar jual mainan. sebab unsur edukasinya sangat kuat dan cocok untu anak SD hingga SMA dan penghobi," terangnya.

Selain itu, ada gengsi negara yang sangat potensial. terlebih, karena mainan yang dibuat dan dijual Onie, sudah tembus ke apsar Internasional. "ini UKM yang potensi ekspornya tinggi," imbuhnya.

Tak selesai mendampingi dan menyediakan alat fungsional, Robiul, juga ikut membantu promosi dan memasarkannya. meski dia juga harus menggandeng pegiat tko online ternama. "bukan sekadar pengabdian, support kemenristek Dikti sebagai tanda bahwa negara hadir," pungkasnya. (rul/hdi)

SUMBER : JP-RJ 29 JUNI 2018

Kamis, 07 Maret 2019

KREATIFITAS PETUGAS AGAR PEMILIH DATANG KE TPS

Berkostum Unik, hingga Sediakan Kopi Gratis

Pesta demokrasi yang digelar di jember kemarin memberikan cerita berbeda. selain perjuangan tim pemenangan, juga ada sejumlah TPS yang kreatif dalam memancing minat para calon pemilih untuk memberikan hak pilihnya menentukan kepala daerah Jawa Timur lima tahun ke depan.

JUMAI-RANGGA MAHARDIKA, Semboro

DI DUSUN Beteng RT 004/RW IV, Desa Sidomekar, Kec Semboro, ada TPS yang terlihat menarikk dan unik. bahkan kesan berbeda sudah terasa saat melintasi di gang beraspal. di pintu masuk TPS, terlihat beberapa tombak yang dipajang.

Begitu mendekati TPS, suasana jadul kian terasa TPS. di dalam TPS, terlihat dua payung raksasa yang dipasang di kanan kiri pintu.

Sementara di bagian luar tenda, ada foto dua calon gubernur dan wakil gubernur Jatim, serta daftar jumlah pemilih tetap (DPT) di papan beasar.

Di bagian depan TPS inilah, seorang petugas Limnas berjaga. Linmas ini bukan umumnya. dia malah macak seperti pengawal sebuah kerajaan di zaman kuno, lengkap dengan senjata tradisionalnya.

Sementara itu, di TPS yang dibuat dari terop ukuran 6x8 meter ini, terdapat sederet meja untuk meletakkan kertas surat suara dan daftar hadir pemilih yang datang.

Anggota Linmas langsung menyapa pemilih yang membawa surat penggilan untuk di tumpuk di meja paling ujung. selanjutnya, setelah surat suara di tumpuk, pemilih langsung diminta menunggu di kursi yang sudah disediakan.

Begitulah suasana 'jadoel' di TPS 14, Dusun Beteng RT 004 RW IV, Desa Sidomekar, Semboro kemarin.
Mereka memang menggunakan tema zaman kerajaan dalam pilkada kali ini. tentunya, pemandangan kostum nyeleneh ini juga membuat pemilih yang datang ke TPS menjadi tertawa dan terheran-heran.

"Kok sempat-sempatnya menggunakan kostum seperti film India Mahabrata," ujar salah seorang masyarakat yang memberikan hak pilihnya, kemarin.

Belum lagi, ditambah dengan keramahan petugas PPS yang ada di TPS 14. mereka selalu menyambut kedatangan pemilih dengan senyuman. sehingga, suasana menjadi lebih nyaman dan lebih akrab.

Mereka juga memberikan perlakuan istimewa untuk pemilih yang berusia lanjut, mereka langsung didampingi sambil dituntun. setelah melakukan pencolosan, pemilih diminta untuk mencelupkan salah satu jari ke petugas yang juga menggunakan kostum Mahabharata.

Bukan sekadar kostum, mereka juga menyediakan minuman gratis bagi pemilih. di sebuah pojok disediakan tiga termos berisi kopi dan teh hangat yang disiapkan untuk pemilih. "yang ingin ngopi silahkan memilih kopi. kalau mau teh juga boleh," ucap Agus Sukarno, kepala Dusun (Kasun) Beteng yang rumahnya di tempati TPS dengan kostum unik ini.

Agus mengatakan, pihaknya memang sengaja melakukan aksi ini. hal ini untuk menarik minat warga untuk bisa hadir ke TPS, guna menentukan pilihannya daam pilgub kali ini. kostum yang digunakan ini memang bertema kolosal kerajaan.

Pihaknya mengaku terinspirasi dari cerita Mahabharata. "tujuan dari kostum unik ini selain untuk merangsang warga di TPS, juga ikut melestarikan budaya bangsa, " ujarnya.

Sementara ketua KPPS TPS 14, Nunuk Marbuah menambahkan, jika kostum ini sengaja dilakukan pihaknya yakni unutuk mendukung Desa Sidomekar. "Desa Sidomekar ini juga sedang menggalakan atau menggiatkan menjadikan desa inimenjadi desa wisata," jelasnya.

Sementara itu, Sugeng Priyadi, Kades Sidomekar mengatakan, ini  merupakan salah satu upaya dari warga, terutama petugas KPPS dalam rangka meningkatkan hak pilihnya dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur.

"ini hanya untuk menarik simpati agar warga yang mempunyai hak pilih bisa hadir ke TPS," terangnya.

Dia menjelaskan, ini merupakan pakaian tradisional yang biasa di gunakan dalam film Mahabharata. namun, untuk mendapatkannya tidak sulit bagi warga sekitar. "kostum ini memang sudah dimiliki warga Sidomekar, dan dibikin sendiri," pungkasnya. (mgc/hdi)

SUMBER : JP-RJ 28 JUNI 2018

Minggu, 03 Maret 2019

DI BALIK KEMENANGAN JEMBER MARCHING BAND (JMB) DALAM WGI FILIPINA

Repot, Wira-wiri Bawa Bass Drum Seberat 21 Kilogram

Sepintas, melihat anak-anak yang bermain alat musik marching band terlihat mudah. padahal, ada alat (bass drum) yang beratnya 21 kilogram. peserta JMB harus membawa semua alat berat ini, dari Jember ke Filipina.

BAGUS SUPRIADI, Manila

RABU, 20 Desember lalu, peserta JMB berangkat dari kantor Pembakab Jember menuju bandara internasional I Ngurah Rai Denpasar, Bali, sudah menanti. rupanya, mereka membawa semua alat musik JMB. Mulai dari lima buah marimba, lima bass drum, sbare drum, simbal, vibra, danlainnya.

Penuh, satu truk besar berisi semua alat musik JMB yang sudah dikemas dengan kardus. peserta JMB tak langsung chek in lalu naik pesawat. namun, mereka harus rempong dulu saat mengangkut semua alat musik ke bagasi bandara. Tak mudah, membutuhkan waktu sejam lebih.

Mereka menaikkan barang ini ke troli. hampir semua troli di depan bandara terpakai untuk mengangkut barang ini. masuk bandara, alat musik itu harus dicek menggunakan x-ray, sehingga harus diturunkan lagi, lalu dinaikkan lagi ke troli.

Urusan masih belum selesai, peserta JMB harus mengantre. mereka mengular ke belakang memenuhi antrean. sekitar 47 orang dari tim JMB membawa kardus dengan ukuran besar. petugas bandara panasaran isi yang dibawa. setelah diberi pemahaman bahwa itu alat musik untuk ikut kompetisi di filipina, mereka baru paham.

Tim JMB tiba di bandara internasional Ngurah Rai sekitar pukul 22.00 WITA. mereka selesai memasukkan alat musik ke  bagasi sekitar pukul 23.30. setelah itu, berangkat menuju Bandara Ninoy Aquino, Manila, Filipina dengan waktu perjalanan empat jam.Kamis pagi tiba, mereka tyak langsung ke hotel.

Sebab, anak-anak harus 'diruwetkan' untuk mengambil semua alat musik di bagasi, lalu menaikkannya ke truk yang telah disediakan panitia Bacoor internasional Music Championship 2018. satu anak bisa mengangkut tiga kardus besar ke truk.

Mereka harus jeli, tidak boleh ada yang ketinggalan. CEO JMB Tri Basuki mengawasi langsung agar barang-barangnya tidak ada yang tertinggal. setelah semua dipastikan aman, baru berangkat menuju hotel The Herritage di Filipina.

Tak selesai di situ, mereka masih disibukkan denan urusan alat musik. mereka kembali mengangkutnya ke hotel, membuka kardus dan merangkai semua alat musik itu. sayangnya, hotel belum siap dan peserta tidak bisa langsung masuk kamar. namun, harus menunggu sekitar empat jam.

Beberapa dari mereka sudah lelah, ada yang tidur di kursi sambil menunggu bisa chek in kamar. ketika mendapatkan kunci kamar hotel, ternyata tak langsung istirahat dengan tenang. sebab, siangnya harus menggelar latihan di Kota Bacoor.

Lagi-lagi, mereka kembali harus sibuk dengan membawa alat musik ke tempat latihan. bahkan, harus menunggu lama karena truk pengangkut alat musik tidak cukup dan lama sekali datangnya. jadwal latihan pukul 14.00, molor hingga pukul 16.00.

Di GOR itu mereka latihan seperti yang dilakukan di GOR PKPSO Jember hingga malam, sekitar pukul 20.00. jumat pagi (22/6), usai pembukaan, mereka kembali menggelar latihan. alat musik yang dibawa tetap menjadi hal utama dan dibongkar pasang.

Tempat latihan kedua ini cukup mengecewakan. sebab, lokasinya merupakan tempat parkir kendaraan yang cukup luas. peserta juga harus membersihkannya karena ada beberapa genangan air. semua latihan itu dilalui oelh peserta agar mampu memberikan yang terbaik.

Sabtu (23/6), ketika perlombaan dimulai, mereka berangkat sekitar pukul 08.00 pagi, sayangnya, geladi bersih yang dijadwalkan pukul 12.10, kembali molor. "panitia kurang sigap, kami dibawa berputar ke mana-mana," ucap Tri Basuki.

Dia sedikit kecewa dengan pelayanan yang diberikan oelh panitia. latihan yang cukup keras membuat dua pemain JMB sempat drop, yakni pemain snare drum, Ikhsan dan Kamalina. namun, dua anak itu tidak menyerah, tetap berusaha keras. "Ikhsan saat latihan sempat mabuk, Kamalia dan Arkhan sempat sesak napas saat uji lapangan karena kedinginan," jelas Hadrawi, ketua umum JMB.

Saat hendak masuk final. mereka memanfaatkan luar arena untuk latihan semaksimal mungkin. ketika hendak masuk dalam perlombaan, semua alat musik harus siap. bila waktunya sudah tiba, mereka harus segera membawa alat ke arena untuk ditata.

Tak hanya kerepotan membawa alat-alat musik, peserta JMB juga harus membawa beban yang cukup berat. misal, Daniel Wahyu, pemain bass drum lima harus memainkan alat dengan berat 21 kilogram. "itu beratnya 21 kiloogram," akunya.

Bass srum empat seberat 20 kilogram, bass drum satu delapan kilogram. kemudian simbal 3 kilogram, snare drum sembilan kilogram. "total ada sekiat 30 alat musik marching band yang dibawa," tambah komandan JMB Fritzy Nur Adly.

Fritzy mengaku, alat musik itu memang berat. namun, ketika sudah dimainkan terasa ringan. sebab, ketika melihat penonton, semua beban itu hilang. justru semakin semangat untuk menabuh alat musiknya. "fisik memnag capek, tetapi hilang ketika jiwa seni muncul saat bermain," terangnya. (mgc/hdi)

SUMBER : JP-RJ 27 JUNI 2018

Rabu, 27 Februari 2019

KIPRAH HENDRY PUJI, PELATIH SINDO DHARAKA JEMBER

Setia meski Kondisi Kembang Kempis di Putaran Kedua

Di liga 3 musim ini, pecinta sepak bola Jember dikejutkan oleh kehadiran Sindo Dharaka FC. Baru terbentuk beberapa minggu sebelum kompetisi, tim debutan ini mampu menduduki peringkat pertama di klasemen putaran pertama. Hendry Puji, pelatih asal Tanggul menjadi sosok baliknya.

ADI FAIZIN, Patrang.

BARU terebntuk, langsung menghentak. gambaran itu barangkali tepat untuk disandingkan bagi Sindo Dharaka FC, klub yang bermain di Liga 3 Zona Jawa Timur. secara kebetulan, Sindo Dharaka berada di Grup G, bersama tim sekolahnya, Persid Jember.

Meski baru seumur jagung, prestasi Sindo Dharaka FC sepanjang babak penyisihan grup putaran pertama kemarin, mengundang decak kagum publik Jember.

Dan salah satu sosok di balik gebrakan tersebut tak lain adalah Hendry Puji.

"Sebagai putra asli Jember saya terpanggil untuk mewadahi bibit-bibit pemain potensial yang belum tertampung di Persid Jember," tutur pelatih asal Tanggul tersebut. Hendry memang tidak sekadar menjadi pelatih kepala. dia juga turut terlibat dalam pembentukan klub.

Yang juga tidak kalah menarik, Sindo Dharaka baru terbentuk beberapa minggu menjelang dimulainya kompetisi liga 3. "kira-kira kurang satu bulan sebelum batas akhir pendaftaran dan dimulainya kompetisi," ungkap pria yang juga pernah memperkuat persebaya ini.

Sepak bola memang sudah mendarah daging dalam jiwa Hendry Puji. maklum saja, dia dibesarkan dalam keluarga pesepak bola. sang ayah, (alm) Tumiran dikenal publik Jember sebagai pendiri dan pemilik klub sepak bola Indonesia Muda (IM) Tanggul. sebagai salah satu klub  internal, IM Tanggul selama bertahun-tahun menjadi salah satu "pemasok" utama pemain andalan untuk Persid Jember.

"istilahnya saya ini belajar sepak bola dari bayi," ujar pria kelahiran 3 September 1978 ini. belajar dasar-dasar bermain sepak bola di IM Tanggul sejak kecil, Hendry lantas bergabung ke Persid Junior saat  berusia 16 tahun. "saat itu, selama dua musim, saya dilatih oleh (alm) Pak Masrukkin dan Pak Santoso Pribadi," tutur alumnus SMAN 2 Tanggul ini.

Hendry lantas melanjutkan karier pesepak bolanya dengan singgah diPersid senior selama satu musim dan tim sepak bola Unmuh Jember. perjalanannya kemudian berlanjut ke Suryanaga Surabaya selama 4 tahun. dari sinilah, karier Hendry kian bersinar.

Tidak hanya dipercaya sebagai kapten, Hendry juga sempat merasakan manisnya juara internal persebaya bersama Suryanaga. dari situ, Hendry kemudian dipercaya untuk memperkuat persebaya selama satu musim, hingga kemudian pindah ke Petrokimia Putra Gresik dan Deltras Sidoarjo.

"ini masa yang cukup berkesan, karena di persebaya saya bertemu pemain top seperti Bejo Sugiantoro dan Mursyid Efendi. selain itu, di Petrokimia saya juga bersama dengan Widodo C. Putro. di Deltras juga dilatih oleh Rudy Keltjes," kenang Hendry.

Rudy Keltjes saat ini menjadi Direktur Teknik Persid jember, mendampingi putranya yang menjadi pelatih kepala. adapun Widodo Cahyono Putro sempat dipercaya mendampingi Alfred Riedl melatih timnas.
Karier pesepak bola Hendry lalu berlanjut ke beberapa tim divisi 1 dan 2 pada masa itu. seperti persebo bojonegoro, Gresik United hingga akhirnya terhenti di Persid Solo. Usai mengantar persis Solo promosi ke Divisi Utama, Hendry mengalami cedera parah pada tahun 2008 yang membuatnya gantung sepatu sebagai pemain.

Dari tahun 2008 pula, Hendry kembali ke Suryanaga untuk belajar ilmu kepelatihan. Suryanaga, bagi Hendry memiliki arti penting dalam kariernya, baik sebagai pesepak bola maupun pelatih. "salah satunya adalah filosofi permainan yang menekankan jarak. saya ambil filosofi itu dari ajarannya pak Michael Sanjaya (owner Suryanaga,Red)." beber Hendry.

Strategi itu, menurut Hendry banyak efektif diterapkan oleh sepak bola spanyol. yakni memperpendek jarak dan mengandalkan sentuhan. dan saat diterapkan ke Sindo Dharaka, terbukti strategi itu cukup ampuh.

Di Suryanaga, Hendry mula-mula dipercaya menjadi asisten pelatih bagi Gomes Oliviera. dia bertandem dengan Fabio Oliviera yang menjadi asisten pelatih bidang analis pertandingan. "mereka berdua di musim lalu dipercaya melatih Madura United. terakhir, habisj lebaran saya kontak Fabio, dia dipercaya melatih tim di Korea Selatan. masih sering kontak saya," tutur Hendry.

Malang melintang di berbagai kota, tak membuat hendry lupa akan kampung halamannya. awal tahun ini, dia pulang ke Jember setelah mendapat lisensi kepelatihan C-AFC. Bisa dibilang, hendry menjadi orang jember lisensi level tersebut. "saya kebetulan dibantu rekomendasi dari pak Suhaimi, pegiat sepak bola dari kalisat," ungkap Hendry.

Dengan mengantongi lisensi pelatih C-AFC, Hendry memenuhi syarat menjadi pelatih untuk tim yang bermain di liga 3, sesuai regulasi yang ditetapkan oleh PSSI. karena itu, Hendry lantas diajak kawannya untuk membentuk tim baru.

"Kebetulan ada klub Samudera Indonesia (Sindo) yang selama dua musim terakhir ini vakum tidak ikut kompetisi. lalu juga ada tawaran dari Brigif9 Kostrad Jember yang mau memfasilitasi. jadi ya sudah kita merger saja tim ini," tutur Hendry.

Dengan persiapan yang serba minim, terbentuklah Sindo Dharaka FC Jember yang terdaftar di Liga 3 PSSI Zona Jawa Timur. dukungan dari pihak militer antara lain peminjaman lapangan dan personel. dari total 27 pemain Sindo Dharaka, 8 diantaranya merupakan prajurit aktif anggota Brigif 9.

"beberapa prajurit yang punya potensi bermain sepak bola, namun tidak tertampung di PSAD (klub sepak bola TNI AD), kita tampung di sini," lanjut Hendry.

Selain itu, Hendry juga menampung beberapa pemain Jember yang tidak lolos seleksi masuk Persid. bahkan Dwika Bhaskara, pemain yang dicoret dari Persid usai putaran pertama, kini juga bergabung ke Sindo Dharaka. "saya memang tergerak sebagai orang jember, untuk mewadahi pemain-pemain yang terbuang," ungkap Hendry.

Menggunakan pemain-pemain "buangan", Hendry memang harus memeras otak secara ektra,, untuk meracik strategi yang jitu. apalagi, Sindo Dharaka terbilang yang "miskin" pendanaan karena nyaris tanpa sponsor. "kami pelatih dan pemain, tidak dapat gaji. untuk latihan dan bertanding saja, kita bontot makanan sendiri," tutur Hendry.

Beberapa pemain Sindo Dharaka yang berasal dari kalangan sipil, juga masih aktif bekerja selama pertandingan. karena itu, Hendry memaklumi jika setiap latihan, jumlah pemain yang datang tidak sampai separuh. "saya sebagai pelatih harus punya treatment khusus untuk menyiasati kondisi yang serba terbatas ini. makanya formasi bermain Sindo Dharaka tidak pernah paten, karena pemainnya juga tidak utuh," beber Hendry.

Toh, dengan kondisi yang serba terbatas, Hendry mampu membuka mata pecinta sepak bola Jember untuk melirik Sindo Dharaka. ini misalnya terlihat dalam beberapa pertandingan terakhir Sindo Dharaka di putaran pertama kemarin, mulai banyak diminati suporter. ini sering juga dengan raihan prestasi yang berhasil ditorehkan sindo dharaka.

Dari total 6 kali pertandingan yang sudah dijalani di putaran pertama, tidak sekalipun Sindo dharaka mengalami kekalahan. sindo dharaka hanya sekali seri, yakni saat Derby (duel tim sekota) kontra persid di stadion Jember Sport Garden (JSG) Ajung. dengan torehan tersebut, sindo mengoleksi 16 poin, dan kukuh di peringkat pertama klasemen Grup G hingga jeda kompetisi.

"Memang di putaran pertama kemarin, kita bermain tanpa beban. alhamdulillah hasilnya seperti ini," tuturnya merendah. meski demikian, Hendry sedikit pesimitis menatap putaran kedua, yang akan segera bergulir pada awal Juli 2018 ini. pasalnya, di saat tim lain memantapkan persiapan dengan menambah pemain dan porsi latihan, sindo justru sebaliknya.

"kita memang mempertahankan pemain sebagai penghargaan kepada mereka yang sudah bersedia bermain tanpa dibayar. tetapi memang untuk latihan, selama jeda kita nyaris tidak ada," ungkap Hendry. tidak adanya latihan menurut Hendry disebabkan keterbatasan dana.

Diakui Hendry, kondisi manajerial sindo saat ini kurang solid, ibarat anak tanpa orang tua. dengan tidak adanya dukungan dari manajemen, membuat Hendry sempat nyaris putus asa dan berniat mundur. "cuma saya kemarin dimotivasi oleh Fabio dari Korea Selatan. ya sudah saya lanjutkan saja tim ini, denagn kondisi seadanya. semoga nanti ada pihak yang peduli, karena niat kita di sindo dharaka, murni untuk pembinaan bibit-bibit pemain," pungkas Hendry. (ad/cl/hdi)

SUMBER : JP-RJ 26 JUNI 2018

Rabu, 20 Februari 2019

CARA ANAK-ANAK MUDA BERBAGI KEPERDULIAN DI MASYARAKAT

Gelar Berbagai Kegiatan, Sumber Dana dari Donasi.

Anak-anak muda punya beragam cara untuk menunjukkan keperdulian mereka kepada masyarakat. salah satunya dengan bergabung dalam komunitas sosial. ada saja kegiatan-kegiatan yang digelar bersama komunitas tersebut.

LINTANG ANIS BENAK, JEMBER KOTA.

ANAK-anak dengan seragam yang berbeda dalam satu ruangan, berangkat ke sekolah dengan sandal jepit bahkan nyeker atau tak mengenakan alas kaki, sudah jadi pemandangan yang biasa di sekolah-sekolah pinggiran. ini seakan menjadi salah satu ciri khas tersendiri. tak terkecuali di SDN Jambearum 3 yang berada di Lereng Gunung Raung tersebut.

Tak hanya itu, jumlah siswa dan guru pun hampir tidak proposional. di SDN Jambearum 3 hanya memiliki dua guru honorer dan kepala sekolah untuk menangani 81 siswa. hal tersebut merupakan tantangan tersendiri.

Kurangnya staf pengajar ini juga membuat penyampaian ilmu menjadi kurang maksimal. dari 81 siswa, baru sebagian yang bisa baca tulis dan berhitung. beruntung semenjak beberapa waktu lalu dirinya mendapat bantuan dari relawan yang ikut mengajar di SDN Jambearum 3.

Melihat hal tersebut, sekelompok pemuda langsung tanggap dengan mengirimkan relawan pengajar ke sana. bahkan demi bisa maksimal membantu kegiatan belajar mengajar, para relawan ini rela menginap di sekolah  karena lokasinya yang jauh dan medannya yang cukup ekstrem di Lereng Gunung Raung.

Hanan Kukuh, koordinator relawan tersebut menuturkan para relawan ini berangkat setiap senin dan menginap hingga Rabu. "mereka membantu mengajar di sana," ujarnya.

Mengajar di tempat pelosok ini menjadi salah satu agenda komunitas yang belum lama ini digagas oleh sekelompok anak-anak muda. menurut Agung Ganong, relawan dari komunitas Grebeg Sedekah, setiap orang punya tanggung jawab moral dan sosial untuk bisa membantu di lingkungan sekitarnya. tidak hanya manusia, tetapi juga alam.

Banyak agenda lainnya yang menjadi kegiatan rutin Grebeg Sedekah, seperti donor darah dan donasi bencana alam. di bulan ramadhan, relawan Grebeg Sedekah juga memiliki banyak agenda seperti Grebeg Ramadhan dan belanja bareng anak yatim.

"jika biasanya kita ke panti asuhan dengan membawa parsel untuk anak-anak yatim piatu, kali ini kita ajak anak-anak untuk berbelanja jelang idul fitri. mereka memilih sendiri apa yang mereka inginkan, dengan budget tertentu dan didampingi relawan," paparnya.

Seluruh donasi dikumpulkan dari para donatur yang banyak menitipkan donasinya kepada relawan. jika ada donatur yang ingin menitipkan donasinya untuk kelompok khusus, maka relawan GS memastikan penyaluran donasi tersebut tepat sasaran. "misalnya kalau ada yang mau donasi untuk anak yatim piatu, ya kita sisihkan untuk diserahkan pada anak yatim piatu," ujarnya.

Tak ada jumlah anggota tetap di komunitas tersebut. cak oyong dan pendiri lainnya membuka kesempatan sebesar-besarnya kepada masyarakat untuk bergabung, tanpa melalui proses seleksi. "karena itu tidak ada yang namanya anggota. segala elemen masyarakat bisa menjadi relawan, bahkan anak-anak sekalipun," tegasnya.

"pertama kali kita umumkan kegiatan Grebeg Sedekah melalui Twitter dengan hashtag #GrebegSedekah. kita melakukan bedah sekolah, dan mengajar anak-anak untuk  belajar sambil bermain," ujar Ganong yang juga menemani Cak Oyong.

Peran media sosial ini menjadi sangat penting dalam pengumpulan dan penyaluran donasi. tak jarang banyak orang yang memberi informasi mengenai keberadaan kaum duafa yang membutuhkan bantuan di pelosok desa. "kadang ada orang yang mention kita, bisa nggak Grebeg Sedekah bantu di sini," lanjutnya. (ras)

SUMBER : JP-RJ 25 JUNI 2018

Senin, 18 Februari 2019

JIMLY ASHARY, RAIH BERBAGAI PRESTASI KALIGRAFI

Juara Asean Hingga Diminta Buat Hiasan Mushaf di Malaysia.

Kaligrafi sudah menjadi bagian yang tidak terpisah dari santri Ponpes Darussholah ini. Ketekunan dan kesabaran mengantarkannya berprestasi hingga tingkat internasional. karyanya kerap lolos dalam berbagai pameran.

BAGUS SUPRIADI, Jember Kota.

PRIA berkacamata itu sudah menekuni ilmu kaligrafi sejak masih menjadi pelajar. Di pesantren, dia memilih mengembangkan kemampuan seni Islam. butuh waktu panjang untuk menjadi mahir di bidang kaligrafi.

Sekarang santri yang akrab disapa Jimly ini sudah menebarkan ilmunya pada santri yang lain. terbaru, karya muridnya berhasil lolos dalam ajang pameran kaligrafi di Museum Aharjah Dubai. "beberapa bulan lalu saya diminta buat tulisan mushaf di Malaysia," katanya.

Jimly jug asudah memiliki murid ditingkat nasional dan internasional. cara belajarnya secara offline dan online.
"saya sempat meraih juara lima lomba IRCICA DI Turki tahun lalu," akunya.

Juara di tingkat lokal seperti juara tiga MTQ nasional mahasiswa di UI Jakarta, juara satu kaligrafi dalam Festifal arlobi di Malang. bahkan, pada 2017 lalu, Jimly mampu meraih juara harapan dua khat naskhi di festival kaligrafi Asean di Jombang. prestasi tersebut bukan hal yang baru. sebab, sudah meraih puluhan prestasi di bidang kaligrafi. "sampai lupa ada beberapa prestasi," tutur pria kelahiran 6 Juni 1993 tersebut.

Dalam belajar kaligrafi, Jimly patut menjadi teladan. ketelitiannya dalam mengukir huruf membuat karya-karyanya terlihat indah. baginya, belajar kaligrafi membutuhkan waktu yang tidak sebentar. "butuh keuletan dan kesabaran agar bisa menguasainya," tegasnya.

Jimly bercerita, awal proses hingga di tingkat internasional berawal saat dirinya belajar pada seniman dan kaligrafer asal Malang, yakni ustaz Bambang. "Ilmu dari beliau saya bisa ikut pameran ke Algeria," akunya alumni IKIP PGRI Jember tersebut.

Setelah itu, lanjut dia, belajar ke beberapa guru lainnya dari luar negeri. yakni Ustzaz Belaid Hamidi dari Maroko dan ustaz Ehab Thabet Ibrahem dari Palestina. 'semua ilmu dari mereka saya dapatkan dari pembelajaran online," tuturnya.

Jimly belajar pada ustaz Ehab Ibrahem Thablet Palestina sudah mencapai waktu 5 tahun. sampai sekarang proses pembelajaran masih tetap tetap berlangsung. karena belajar tidak boleh berhenti meskipun sudah bias, harus tetap diasah.

Putra dari Suprapto dan Susilatin tersebut juga belajar pada ustaz Ehab Ibrahem. padahal, tak mudah untuk menjadi muridnya. namun Jimly merasa bersyukur bisa menjadi murid ustaz asal Palestina tersebut. "Ini rezeki saya, tak banyak yang dijadikan oleh murid neliau," ujarnya.

Jimly menambahkan dalam belajar kaligrafi, perlu memahami bentuk tiap huruf sehingga memerlukan kesabaran yang extra dobel. namun, ketika sudah memahaminya, belajar kaligrafi tidak akan mudah untuk dilepaskan. karena mengetahui seluk beluk rahasia, bentuk dan goresan kaligrafi.

"Setiap huruf memiliki rahasia yang berbeda-beda. rahasia itu akan diketahui jika belajar kaligrafi pada ahlinya," jelasnya.

Menurut dia, menulis kaligrafi sama denagn kegiatan seni lainnya. membutuhkan inspirasi agar bisa dituangkan dalam bentuk karya. membutuhkan pikiran yang segar. ketika inspirasi itu datang, maka harus segera dituangkanke atas agar ide itu tidak hilang.

Ide kadang muncul ketika melihat sesuatu yang indah, unik dan lucu, bahkan juga datang ketika mendengarkan ayat suci Alqur an atau hadist. "kadang juga dari pepatah atau syair arab yang memiliki makna bagus," ucapnya.

Sukses dalam meraih prestasi, Jimly membagikan tips belajar kaligrafi. pertama, harus sabar. karena belajar kaligrafi bukan hanya belajar tentang estetika atau keindahan saja. tetapi juga belajar melatih kesabaran yang sesungguhnya. "ketika belajar Alif, harus benar-benar lurus sesuai dengan contoh yang sudah paten," akunya.

Kedua, harus berani mencoba meskipun berulang kali salah. bisa menulis kaligrafi karena terbiasa. ketiga harus istiqomah dan disiplin. "tantangan hanya melawan kamalasan," imbuhnya. malas sering menghampiri saat mood dalam berlatih mulai melemah.

Cara mengatasinya, kata dia, dengan menyegarkan kembali ide-ide untuk berkarya, misal melihat karya-karya kaligrafi para master. "sehingga muncul motivasi baru untuk terus berkarya," tandasnya. (gus/hdi)

SUMBER : JP-RJ 24 JUNI 2018

KREATIFITAS WARGA DESA SIDOMEKAR UBAH PASAR KUMUH JADI MURAL

Ini Strategi Untuk Memikat Pembeli Datang ke Sini Awalnya, hanya sebuah pasar Krempyeng yang kumuh di dalam gang. namun, sejak April pem...