Minggu, 03 Maret 2019

DI BALIK KEMENANGAN JEMBER MARCHING BAND (JMB) DALAM WGI FILIPINA

Repot, Wira-wiri Bawa Bass Drum Seberat 21 Kilogram

Sepintas, melihat anak-anak yang bermain alat musik marching band terlihat mudah. padahal, ada alat (bass drum) yang beratnya 21 kilogram. peserta JMB harus membawa semua alat berat ini, dari Jember ke Filipina.

BAGUS SUPRIADI, Manila

RABU, 20 Desember lalu, peserta JMB berangkat dari kantor Pembakab Jember menuju bandara internasional I Ngurah Rai Denpasar, Bali, sudah menanti. rupanya, mereka membawa semua alat musik JMB. Mulai dari lima buah marimba, lima bass drum, sbare drum, simbal, vibra, danlainnya.

Penuh, satu truk besar berisi semua alat musik JMB yang sudah dikemas dengan kardus. peserta JMB tak langsung chek in lalu naik pesawat. namun, mereka harus rempong dulu saat mengangkut semua alat musik ke bagasi bandara. Tak mudah, membutuhkan waktu sejam lebih.

Mereka menaikkan barang ini ke troli. hampir semua troli di depan bandara terpakai untuk mengangkut barang ini. masuk bandara, alat musik itu harus dicek menggunakan x-ray, sehingga harus diturunkan lagi, lalu dinaikkan lagi ke troli.

Urusan masih belum selesai, peserta JMB harus mengantre. mereka mengular ke belakang memenuhi antrean. sekitar 47 orang dari tim JMB membawa kardus dengan ukuran besar. petugas bandara panasaran isi yang dibawa. setelah diberi pemahaman bahwa itu alat musik untuk ikut kompetisi di filipina, mereka baru paham.

Tim JMB tiba di bandara internasional Ngurah Rai sekitar pukul 22.00 WITA. mereka selesai memasukkan alat musik ke  bagasi sekitar pukul 23.30. setelah itu, berangkat menuju Bandara Ninoy Aquino, Manila, Filipina dengan waktu perjalanan empat jam.Kamis pagi tiba, mereka tyak langsung ke hotel.

Sebab, anak-anak harus 'diruwetkan' untuk mengambil semua alat musik di bagasi, lalu menaikkannya ke truk yang telah disediakan panitia Bacoor internasional Music Championship 2018. satu anak bisa mengangkut tiga kardus besar ke truk.

Mereka harus jeli, tidak boleh ada yang ketinggalan. CEO JMB Tri Basuki mengawasi langsung agar barang-barangnya tidak ada yang tertinggal. setelah semua dipastikan aman, baru berangkat menuju hotel The Herritage di Filipina.

Tak selesai di situ, mereka masih disibukkan denan urusan alat musik. mereka kembali mengangkutnya ke hotel, membuka kardus dan merangkai semua alat musik itu. sayangnya, hotel belum siap dan peserta tidak bisa langsung masuk kamar. namun, harus menunggu sekitar empat jam.

Beberapa dari mereka sudah lelah, ada yang tidur di kursi sambil menunggu bisa chek in kamar. ketika mendapatkan kunci kamar hotel, ternyata tak langsung istirahat dengan tenang. sebab, siangnya harus menggelar latihan di Kota Bacoor.

Lagi-lagi, mereka kembali harus sibuk dengan membawa alat musik ke tempat latihan. bahkan, harus menunggu lama karena truk pengangkut alat musik tidak cukup dan lama sekali datangnya. jadwal latihan pukul 14.00, molor hingga pukul 16.00.

Di GOR itu mereka latihan seperti yang dilakukan di GOR PKPSO Jember hingga malam, sekitar pukul 20.00. jumat pagi (22/6), usai pembukaan, mereka kembali menggelar latihan. alat musik yang dibawa tetap menjadi hal utama dan dibongkar pasang.

Tempat latihan kedua ini cukup mengecewakan. sebab, lokasinya merupakan tempat parkir kendaraan yang cukup luas. peserta juga harus membersihkannya karena ada beberapa genangan air. semua latihan itu dilalui oelh peserta agar mampu memberikan yang terbaik.

Sabtu (23/6), ketika perlombaan dimulai, mereka berangkat sekitar pukul 08.00 pagi, sayangnya, geladi bersih yang dijadwalkan pukul 12.10, kembali molor. "panitia kurang sigap, kami dibawa berputar ke mana-mana," ucap Tri Basuki.

Dia sedikit kecewa dengan pelayanan yang diberikan oelh panitia. latihan yang cukup keras membuat dua pemain JMB sempat drop, yakni pemain snare drum, Ikhsan dan Kamalina. namun, dua anak itu tidak menyerah, tetap berusaha keras. "Ikhsan saat latihan sempat mabuk, Kamalia dan Arkhan sempat sesak napas saat uji lapangan karena kedinginan," jelas Hadrawi, ketua umum JMB.

Saat hendak masuk final. mereka memanfaatkan luar arena untuk latihan semaksimal mungkin. ketika hendak masuk dalam perlombaan, semua alat musik harus siap. bila waktunya sudah tiba, mereka harus segera membawa alat ke arena untuk ditata.

Tak hanya kerepotan membawa alat-alat musik, peserta JMB juga harus membawa beban yang cukup berat. misal, Daniel Wahyu, pemain bass drum lima harus memainkan alat dengan berat 21 kilogram. "itu beratnya 21 kiloogram," akunya.

Bass srum empat seberat 20 kilogram, bass drum satu delapan kilogram. kemudian simbal 3 kilogram, snare drum sembilan kilogram. "total ada sekiat 30 alat musik marching band yang dibawa," tambah komandan JMB Fritzy Nur Adly.

Fritzy mengaku, alat musik itu memang berat. namun, ketika sudah dimainkan terasa ringan. sebab, ketika melihat penonton, semua beban itu hilang. justru semakin semangat untuk menabuh alat musiknya. "fisik memnag capek, tetapi hilang ketika jiwa seni muncul saat bermain," terangnya. (mgc/hdi)

SUMBER : JP-RJ 27 JUNI 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KREATIFITAS WARGA DESA SIDOMEKAR UBAH PASAR KUMUH JADI MURAL

Ini Strategi Untuk Memikat Pembeli Datang ke Sini Awalnya, hanya sebuah pasar Krempyeng yang kumuh di dalam gang. namun, sejak April pem...