Kamis, 21 Maret 2019

KREATIFITAS WARGA DESA SIDOMEKAR UBAH PASAR KUMUH JADI MURAL

Ini Strategi Untuk Memikat Pembeli Datang ke Sini

Awalnya, hanya sebuah pasar Krempyeng yang kumuh di dalam gang. namun, sejak April pemerintah desa Sidomekar memugar pasar itu dengan desain unik. Tembok-tembok Pasar Krempyeng dibuat mural. imbasnya, pengunjung pun kian ramai.

MAHRUS SHOLIH, Semboro

DI sudut sebuah pasir Krempyeng, Desa Sidomekar, Kecamatan Semboro, Sunarmi terlihat menunggui dagangannya. selepas fajar ia membuka lapak, dagangannya laris diborong pembeli. hanya tinggal tiga buah tempe yang tertumpuk di sebuah meja pendek terbuat dari bambu itu. pagi itu, nasib baik sepertinya menghampiri nenek 14 cucu tersebut.

Di usia yang memasuki renta ibu lima orang anak ini memang masih terlihat trengginas. kulitnya yang keriput tak menghalangi semangatnya untuk hidup mandiri, dan tak tergantung kepada anak cucu.

"Dagangannya saya sendiri habis. tempe yang saya jual sekarang ini milik pedagang lain. saya hanya membantu menjualkan saja," kata perempuan 70 tahun tersebut.

Menggunakan logat Jawa, warga Dusun Babatan, Desa Sidomekar ini bercerita, sejak pasar krempyeng itu dipugar medio April lalu oleh pemerintah desa setempat, banyak warga yang berbelanja di pasar yang menempati sebuah gang tersebut.

Mereka tak hanya berasal dari Sidomekar, tetapi juga desa lain yang berdekatan. bahkan, ada juga yang berasal dari desa di Kecamatan Umbulsari.

Pedagang yang telah berjualan sejak 40 tahun silam ini menuturkan, meningkatnya minat warga tersebut karena kondisi pasar tradisional ini tak lagi kumuh. pembeli juga tertarik dengan suasana pasar yang penuh dengan aneka warna. menurut dia, kondisi ini menjadi pemantik banyaknya pembeli yang berdatangan. "dampaknya tentu kembali ke pedagang. penghasilan kami meningkat," ujarnya.

Dulu, kata Sunarmi, kondisi pasarnya relatif sepi, karena kalah bersaing dengan pasar induk kecamatan, serta pedagang sayur keliling. sebab, pasar yang menjual kebutuhan pokok dan sayur-mayur ini terletak tak jauh dari pasar kecamatan semboro, yang hanya berjarak sekitar 300 meter arah selatan.

Namun, setelah setiap sudut pasar dan lapak pedagang dicat beraneka warna, minat warga berbelanja di pasar kembali bergeliat . "sebab, saat ini kondisinya bagus. dan sekarang namanya dikenal pasar warna-warni. jadi, ramai pembeli setelah dicat," ucapnya.

Ketika memasuki pasar warna-warni, pengunjung akan menemui sebuah jembatan yang melintasi sungai irigasi. di akses masuk ini, pengunjung akan disambut gapura yang terbuat dari bambu, serta melihat meriahnya kombinasi warna merah muda, hijau, kuning, dan biru yang digoreskan di setiap sudut pasar.

Tak hanya di dinding toko, lapak pedagang, dan aspal jalan saja, bebatuan yan menjadi plengsengan sungai juga dicat berwarna-warni. bahkan, di beberapa tempat juga dibuat mural dengan gambar tiga dimensi, seperti gambar tokoh pewayangan, petruk, serta ular yang siap memangsa, sehingga terlihat sangat rancak.
Menurut Haji Sofyan, yang menjadi daya tarik pembeli di pasar yang buka sejak bakda subuh hingga pukul 09.00 pagi ini tak hanya keindahan warna dan gambarnya saja. tetapi juga kekompakan para pedagang untuk membuat suasana di pasar berbeda dengan pasar lainnya.

Kata pedagang bumbu dapur ini, pada hari Minggu di setiap awal buulan, semua pedagang berkostum adat Jawa. perempuan memakai kebaya, sedangkan lelakinya mengenakan baju garis-garis (Surjan) khas Jawa dan blangkon sunan. "di momen seperti itu, biasanya pengunjung akan lebih banyak," kata warga Desa Mundurejo Kecamatan Umbulsari tertentu.

Pria yang sejak tahun 1983 berdagang di pasar krempyeng tersebut mengaku, setelah ada pengecetan, omzet dagangannya meningkat rata-rata 10 persen. omzet itu akan melonjak jika ada momen unik seperti mengenakan kostum  adat tersebut. bahkan, kenaikannya mencapai hampir dua kali lipat. "jika hari biasa omzetnya antara Rp 1,2 juta hingga Rp 1,3 juta. namun, di momen-momen tertantu bisa mencapai Rp 2 juta," akunya.

Sementara itu, kepala desa sidomekar sugeng priyadi menjelaskan, ide pemugaran itu berawal dari kondisi pasar yang dinilai kumuh. sehingga,pada 15 April lalu, bersama kelompok masyarakat sadar wisata (pokdarwis) jeruk siyem, pemerintah desa berinisiatif untuk membuat tampilan pasar yang saat ini menampung 45 pedagang tersebut lebih menarik.

Tujuannya juga sederhana, sugeng menuturkan, jika kondisi pasar bersih dan menarik, maka akan semakin menarik minat pembeli. target akhirnya adalah peningkatan pendapatan para pedagang yang muaranya meningkatkan kesejahteraan mereka. "akhirnya kami sepakat untuk membuat pasar warna-warni," katanya.

Selain itu, kata dia, jika tidak ada kreasi dari pemangku kebijakan, maka para pedagang yang berjualan di pasar tradisional akan kalah bersaing dengan pasar maupun toko modern. apalagi, saat ini toko waralaba sudah masuk hingga ke pelosok desa. "tapi saya mewanti-wanti agar para pedagang menjaga kebersihan pasar. mereka mendukung, karena tujuannya memang untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri," tandasnya. (mg-4/mgc/hdi)

SUMBER : JP-RJ 30 JUNI 2018

Rabu, 20 Maret 2019

ONIE SURYANTO, PEMBUAT PESAWAT MAINAN WHITE EAGLE TERBAIK

Tolak Pesanan India Karena takk mampu produksi Massal

Pendidikannya hanya lulusan SMA. Namun soal kedirgantaraan, pria yang tinggal di Desa Kemiri, Panti, memiliki keahlian yang didapatkannya secara otodidak. meski demikian, produknya mampu tembus ke pasar Internasional. seperti apa ?

RULLY EFENDI, Panti

Bahannya hanya terbuat dari styrofoam namun berkat tangan terampil Onie Suryanto, styrofoam yang umum disebut gabus, bisa dibuat mainan dirgantara berkelas. tak heran kemudian, mainan yang dibuat di Desa Kemiri, Panti, itu dipesan berbagai daerah hingga ke luar negeri.

Produk pesawat mainan Onie, memiliki kualitas yang tak diragukan. bahkan yang jenis White Eagle, sempat disebut sebagai pesawat terbang mainan terbaik di dunia. karena hanya punya Onia, penyangga pesawatnya yang bisa dinaik-turunkan.

"Dulu paling bagus buatan Tiongkok. tapi karena terbuat dari plastik, tidak bisa dinamis ini," terang bapak empat orang anak itu.

Berbagai perlombaan aerosport di sejumlah kota, pernah dia ikuti dengan produk buatan perdesaan tersebut. namun siapa yang menyangka, mainan.nya bisa mengguli produk Venezuela. bahkan sejak dua tahun lalu, mainannya sudah pernah dibeli penghobi mainan dirgantara di Eropa.

Tapi pemesan tak membeli banyak. bahkan awal tahun 2018, kenalannya di India, sempat memmesan seribu pesawat mainanya setiap bulannya. "tapi tidak kami sanggupi. karena masih belum bisa memproduksi masal," ujarnya.

Ketidakmampuannya itu, karena terkendala peralatan yang serba ala kadarnya. sementara pekerja, masih mengandalkan anak muda yang belum bekerja di kampungnya. "alat yang kami gunakan hanya cutter dan gunting biasa. gambar variasi pesawat pakai manual," tuturnya.

Sehari, Onie bersama Lima pekerjanya hanya mampu memproduksi 20 unit. tentu, kapasitas produksi sejumlah itu sangat kecil. padahal potensi dan permintaan pasar sangat besar. "tapi sekarang tidak lagi. kami mulai didampingi dosen Politeknik Negeri Jember," akunya.

Sementara Ahmad Robiul Awal Udin, salah seorang dosen pendamping Prodi Mesin Otomotif Poltek Jember, yang tahu persoalan Onie langsung membentuk tim pendampingan, supaya pesawat mainan White Eagle Made In Kemiri-Panti, ini mampu menjadi market leader di bidang usahanya. "mereka hanya butuh peralatan, yang sebenarnya juga sederhana," kata pria bergelar Magister Teknik tersebut.

Setelah diskusi dan mengkaji, ternyata Onie hanya membutuhkan alat sablon, alat pemotong kayu balsa dan styrofoam. "setelah kami dampingi, sekarang sudah bisa memproduksi 200 mainan setiap harinya," akunya bangga.

Bukan hanya Robiul dan para dosen Poltek yang tertarik, kemenristek Dikti juga ikut mensupport. bahkan, aktivitas usaha Onie mulai diikutkan program kemitraan masyarakat. "bukan hanya bisnis. apalagi sekedar jual mainan. sebab unsur edukasinya sangat kuat dan cocok untu anak SD hingga SMA dan penghobi," terangnya.

Selain itu, ada gengsi negara yang sangat potensial. terlebih, karena mainan yang dibuat dan dijual Onie, sudah tembus ke apsar Internasional. "ini UKM yang potensi ekspornya tinggi," imbuhnya.

Tak selesai mendampingi dan menyediakan alat fungsional, Robiul, juga ikut membantu promosi dan memasarkannya. meski dia juga harus menggandeng pegiat tko online ternama. "bukan sekadar pengabdian, support kemenristek Dikti sebagai tanda bahwa negara hadir," pungkasnya. (rul/hdi)

SUMBER : JP-RJ 29 JUNI 2018

Kamis, 07 Maret 2019

KREATIFITAS PETUGAS AGAR PEMILIH DATANG KE TPS

Berkostum Unik, hingga Sediakan Kopi Gratis

Pesta demokrasi yang digelar di jember kemarin memberikan cerita berbeda. selain perjuangan tim pemenangan, juga ada sejumlah TPS yang kreatif dalam memancing minat para calon pemilih untuk memberikan hak pilihnya menentukan kepala daerah Jawa Timur lima tahun ke depan.

JUMAI-RANGGA MAHARDIKA, Semboro

DI DUSUN Beteng RT 004/RW IV, Desa Sidomekar, Kec Semboro, ada TPS yang terlihat menarikk dan unik. bahkan kesan berbeda sudah terasa saat melintasi di gang beraspal. di pintu masuk TPS, terlihat beberapa tombak yang dipajang.

Begitu mendekati TPS, suasana jadul kian terasa TPS. di dalam TPS, terlihat dua payung raksasa yang dipasang di kanan kiri pintu.

Sementara di bagian luar tenda, ada foto dua calon gubernur dan wakil gubernur Jatim, serta daftar jumlah pemilih tetap (DPT) di papan beasar.

Di bagian depan TPS inilah, seorang petugas Limnas berjaga. Linmas ini bukan umumnya. dia malah macak seperti pengawal sebuah kerajaan di zaman kuno, lengkap dengan senjata tradisionalnya.

Sementara itu, di TPS yang dibuat dari terop ukuran 6x8 meter ini, terdapat sederet meja untuk meletakkan kertas surat suara dan daftar hadir pemilih yang datang.

Anggota Linmas langsung menyapa pemilih yang membawa surat penggilan untuk di tumpuk di meja paling ujung. selanjutnya, setelah surat suara di tumpuk, pemilih langsung diminta menunggu di kursi yang sudah disediakan.

Begitulah suasana 'jadoel' di TPS 14, Dusun Beteng RT 004 RW IV, Desa Sidomekar, Semboro kemarin.
Mereka memang menggunakan tema zaman kerajaan dalam pilkada kali ini. tentunya, pemandangan kostum nyeleneh ini juga membuat pemilih yang datang ke TPS menjadi tertawa dan terheran-heran.

"Kok sempat-sempatnya menggunakan kostum seperti film India Mahabrata," ujar salah seorang masyarakat yang memberikan hak pilihnya, kemarin.

Belum lagi, ditambah dengan keramahan petugas PPS yang ada di TPS 14. mereka selalu menyambut kedatangan pemilih dengan senyuman. sehingga, suasana menjadi lebih nyaman dan lebih akrab.

Mereka juga memberikan perlakuan istimewa untuk pemilih yang berusia lanjut, mereka langsung didampingi sambil dituntun. setelah melakukan pencolosan, pemilih diminta untuk mencelupkan salah satu jari ke petugas yang juga menggunakan kostum Mahabharata.

Bukan sekadar kostum, mereka juga menyediakan minuman gratis bagi pemilih. di sebuah pojok disediakan tiga termos berisi kopi dan teh hangat yang disiapkan untuk pemilih. "yang ingin ngopi silahkan memilih kopi. kalau mau teh juga boleh," ucap Agus Sukarno, kepala Dusun (Kasun) Beteng yang rumahnya di tempati TPS dengan kostum unik ini.

Agus mengatakan, pihaknya memang sengaja melakukan aksi ini. hal ini untuk menarik minat warga untuk bisa hadir ke TPS, guna menentukan pilihannya daam pilgub kali ini. kostum yang digunakan ini memang bertema kolosal kerajaan.

Pihaknya mengaku terinspirasi dari cerita Mahabharata. "tujuan dari kostum unik ini selain untuk merangsang warga di TPS, juga ikut melestarikan budaya bangsa, " ujarnya.

Sementara ketua KPPS TPS 14, Nunuk Marbuah menambahkan, jika kostum ini sengaja dilakukan pihaknya yakni unutuk mendukung Desa Sidomekar. "Desa Sidomekar ini juga sedang menggalakan atau menggiatkan menjadikan desa inimenjadi desa wisata," jelasnya.

Sementara itu, Sugeng Priyadi, Kades Sidomekar mengatakan, ini  merupakan salah satu upaya dari warga, terutama petugas KPPS dalam rangka meningkatkan hak pilihnya dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur.

"ini hanya untuk menarik simpati agar warga yang mempunyai hak pilih bisa hadir ke TPS," terangnya.

Dia menjelaskan, ini merupakan pakaian tradisional yang biasa di gunakan dalam film Mahabharata. namun, untuk mendapatkannya tidak sulit bagi warga sekitar. "kostum ini memang sudah dimiliki warga Sidomekar, dan dibikin sendiri," pungkasnya. (mgc/hdi)

SUMBER : JP-RJ 28 JUNI 2018

Minggu, 03 Maret 2019

DI BALIK KEMENANGAN JEMBER MARCHING BAND (JMB) DALAM WGI FILIPINA

Repot, Wira-wiri Bawa Bass Drum Seberat 21 Kilogram

Sepintas, melihat anak-anak yang bermain alat musik marching band terlihat mudah. padahal, ada alat (bass drum) yang beratnya 21 kilogram. peserta JMB harus membawa semua alat berat ini, dari Jember ke Filipina.

BAGUS SUPRIADI, Manila

RABU, 20 Desember lalu, peserta JMB berangkat dari kantor Pembakab Jember menuju bandara internasional I Ngurah Rai Denpasar, Bali, sudah menanti. rupanya, mereka membawa semua alat musik JMB. Mulai dari lima buah marimba, lima bass drum, sbare drum, simbal, vibra, danlainnya.

Penuh, satu truk besar berisi semua alat musik JMB yang sudah dikemas dengan kardus. peserta JMB tak langsung chek in lalu naik pesawat. namun, mereka harus rempong dulu saat mengangkut semua alat musik ke bagasi bandara. Tak mudah, membutuhkan waktu sejam lebih.

Mereka menaikkan barang ini ke troli. hampir semua troli di depan bandara terpakai untuk mengangkut barang ini. masuk bandara, alat musik itu harus dicek menggunakan x-ray, sehingga harus diturunkan lagi, lalu dinaikkan lagi ke troli.

Urusan masih belum selesai, peserta JMB harus mengantre. mereka mengular ke belakang memenuhi antrean. sekitar 47 orang dari tim JMB membawa kardus dengan ukuran besar. petugas bandara panasaran isi yang dibawa. setelah diberi pemahaman bahwa itu alat musik untuk ikut kompetisi di filipina, mereka baru paham.

Tim JMB tiba di bandara internasional Ngurah Rai sekitar pukul 22.00 WITA. mereka selesai memasukkan alat musik ke  bagasi sekitar pukul 23.30. setelah itu, berangkat menuju Bandara Ninoy Aquino, Manila, Filipina dengan waktu perjalanan empat jam.Kamis pagi tiba, mereka tyak langsung ke hotel.

Sebab, anak-anak harus 'diruwetkan' untuk mengambil semua alat musik di bagasi, lalu menaikkannya ke truk yang telah disediakan panitia Bacoor internasional Music Championship 2018. satu anak bisa mengangkut tiga kardus besar ke truk.

Mereka harus jeli, tidak boleh ada yang ketinggalan. CEO JMB Tri Basuki mengawasi langsung agar barang-barangnya tidak ada yang tertinggal. setelah semua dipastikan aman, baru berangkat menuju hotel The Herritage di Filipina.

Tak selesai di situ, mereka masih disibukkan denan urusan alat musik. mereka kembali mengangkutnya ke hotel, membuka kardus dan merangkai semua alat musik itu. sayangnya, hotel belum siap dan peserta tidak bisa langsung masuk kamar. namun, harus menunggu sekitar empat jam.

Beberapa dari mereka sudah lelah, ada yang tidur di kursi sambil menunggu bisa chek in kamar. ketika mendapatkan kunci kamar hotel, ternyata tak langsung istirahat dengan tenang. sebab, siangnya harus menggelar latihan di Kota Bacoor.

Lagi-lagi, mereka kembali harus sibuk dengan membawa alat musik ke tempat latihan. bahkan, harus menunggu lama karena truk pengangkut alat musik tidak cukup dan lama sekali datangnya. jadwal latihan pukul 14.00, molor hingga pukul 16.00.

Di GOR itu mereka latihan seperti yang dilakukan di GOR PKPSO Jember hingga malam, sekitar pukul 20.00. jumat pagi (22/6), usai pembukaan, mereka kembali menggelar latihan. alat musik yang dibawa tetap menjadi hal utama dan dibongkar pasang.

Tempat latihan kedua ini cukup mengecewakan. sebab, lokasinya merupakan tempat parkir kendaraan yang cukup luas. peserta juga harus membersihkannya karena ada beberapa genangan air. semua latihan itu dilalui oelh peserta agar mampu memberikan yang terbaik.

Sabtu (23/6), ketika perlombaan dimulai, mereka berangkat sekitar pukul 08.00 pagi, sayangnya, geladi bersih yang dijadwalkan pukul 12.10, kembali molor. "panitia kurang sigap, kami dibawa berputar ke mana-mana," ucap Tri Basuki.

Dia sedikit kecewa dengan pelayanan yang diberikan oelh panitia. latihan yang cukup keras membuat dua pemain JMB sempat drop, yakni pemain snare drum, Ikhsan dan Kamalina. namun, dua anak itu tidak menyerah, tetap berusaha keras. "Ikhsan saat latihan sempat mabuk, Kamalia dan Arkhan sempat sesak napas saat uji lapangan karena kedinginan," jelas Hadrawi, ketua umum JMB.

Saat hendak masuk final. mereka memanfaatkan luar arena untuk latihan semaksimal mungkin. ketika hendak masuk dalam perlombaan, semua alat musik harus siap. bila waktunya sudah tiba, mereka harus segera membawa alat ke arena untuk ditata.

Tak hanya kerepotan membawa alat-alat musik, peserta JMB juga harus membawa beban yang cukup berat. misal, Daniel Wahyu, pemain bass drum lima harus memainkan alat dengan berat 21 kilogram. "itu beratnya 21 kiloogram," akunya.

Bass srum empat seberat 20 kilogram, bass drum satu delapan kilogram. kemudian simbal 3 kilogram, snare drum sembilan kilogram. "total ada sekiat 30 alat musik marching band yang dibawa," tambah komandan JMB Fritzy Nur Adly.

Fritzy mengaku, alat musik itu memang berat. namun, ketika sudah dimainkan terasa ringan. sebab, ketika melihat penonton, semua beban itu hilang. justru semakin semangat untuk menabuh alat musiknya. "fisik memnag capek, tetapi hilang ketika jiwa seni muncul saat bermain," terangnya. (mgc/hdi)

SUMBER : JP-RJ 27 JUNI 2018

KREATIFITAS WARGA DESA SIDOMEKAR UBAH PASAR KUMUH JADI MURAL

Ini Strategi Untuk Memikat Pembeli Datang ke Sini Awalnya, hanya sebuah pasar Krempyeng yang kumuh di dalam gang. namun, sejak April pem...