Rame-Rame Bikin Koperasi Untuk Jaga Daya Ingat
Kedono-Kedini (bahasa jawa), yang artinya laki-laki dan perempuan, ingin membuktikan lansia sekalipun masih produktif dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Inilah yang digalakkan komunitas Lansia Jember ini.
ADI FAIZIN, Jember
'KAMI para usia lanjut - seluruh Indonesia - mau tetap berdaya guna - bagi diri dan keluarga. Tingkatkan hubungan sosial - Di dalam masyarakat. Bertaqwa kepada tuhan, yang melimpahkan rahmat. Periksa kesehatan, sebelum penyakit datang'.
Itulah sebagian bait lagu berjudul "Masa Tua Bahagia" atau yang kerap disebut Mars Lansia. Lagu ini kerap dinyanyikan di beberapa perkumpulan komunitas lanjut usia (Lansia) atau di panti Wreda. Seperti yang dilakukan di komunitas Kedono-Kediri.
Berdiri sejak 10 Juni 2009, komunitas ini sengaja dibentuk untuk mewadahi kebersamaan para lansia.
"kedono-Kedini ini berasal dari bahasa jawa. Artinya, laki-laki dan perempuan," tutur Musratin, salah satu pendiri komunitas Kedono-Kedini. Musratin merupakan perempuan pensiunan guru asal Bondowoso yang kini berusia 78 tahun.
Saat awal berdiri, Musratin sampai harus mengetuk satu persatu rumah tetangganya di kawasan Mangli. Dengan telaten dan bertahap, Musratin yang saat itu masih cukup bugar mengumpulkan para lansia untuk diajak berkegiatan bersama. "Ibu sat itu diminta menjadi ketua karena sebagai perintis. Ibu saya semangatnya luar biasa. Cuma setahun terakhir, sedikit berkurang karena terkena stroke," tutur Erwidati, salah seorang anak Musratin yang banyak menemani sang ibu berkegiatan di Kedono-Kediri. Musratin memang tinggal bersama Erwidati di rumah mereka yang ada di Perumahan Pesona Surya Milenia, Mangli.
Berbeda dengan organisasi lainnya, pemilihan ketua di komunitas Kedono-Kedini dilakukan berdasarkan senioritas. Sebagai perintis, Musratin semula diminta menjadi ketua. Kursi pemimpin kemudian dialihkan ke Nyonya Sumiati Saimun, lalu sekarang ketuanya adalah ibu Rofita Solichin.
Adapun sebagai pembina, dipercayakan kepada Bapak Bambang Sumarjono. "Kalau sudah sepuh memang tidak ada ambisi lagi. Perkumpulan ini memang dibentuk agar para lansia merasa masih berarti. Sedangkan kita yang masih muda, banyak membantu kegiatan mereka," tutur perempuan yang akrab disapa Eeng ini.
Diawal berdirinya, Kedono-Kedini hanya diisi dengan kegiatan -kegiatan sederhana. Seperti senam lansia bersama. "Kita punya visi dan misi yang sama, yakni agar lansia tetap sehat. Berikutnya, kegiatan ini lalu berkembang seperti saling sambang ke masing-masing anggota, terutama jika ada yang sakit atau sudah tidak bisa," tutur Erwidati.
Hampir setiap bulan, selalu saja ada kegiatan yang dilakukan komunitas Kedono-Kedini. Kegiatan Kodono-Kedini lantas berkembang hingga mendirikan semacam koperasi bersama. Mereka menyisihkan sebagian uang secara rutin untuk waktu tertentu. "Setelah berkumpul, uangnya digunakan untuk kegiatan bersama, seperti rekreasi atau jika ada yang ulang tahun . Seneng deh pokoknya ngeliatnya," tutur perempuan yang juga pendiri dan ketua Pusat Perlindungan Anak, perempuan dan Lansia (PPAL) Takawida ini.
kegiatan berkoperasi ini, menurut Erwidati tidak sekadar untuk mengisi kegiatan bersama. "Mereka mengumpulkan, menghitung, dan mencatat uang sendiri. Itu juga menjadi salah satu cara atau terapi untuk menjaga daya ingat. Mencegah kepikunan jadi menurut saya, para orang tua kita sebaiknya jangan dibatasi kegiatannya, agar mereka tetap sehat dan produktif," jelas perempuan yang sehari-hari berprofesi sebagai pengacara ini.
Kini, anggota komunitas Kedono-Kedini mencapai sekitar 35 orang. Meski belum memasuki usia lansia atau masih pralansia, Erwidati mengaku sangat senang bisa menemani sang ibu berkegiatan di komunitas ini. "Rata-rata anggotanya itu lansia yang sudah tidak serumah dengan anaknya. Jadi, mereka sering merasa sepi kalau anaknya sibuk dengan kegiatannya masing-masing," tutur perempuan kelahiran Bondowoso 17 Mei 1966 ini.
Di setiap kegiatannya, Kedono-Kedini selalu menyisipkan hiburan yang memberikan motivasi bagi sesamanya, agar bisa mengisi hari tua dengan bahagia dan sehat. Jika ada anggota yang karena kesehatannya sudah tidak memungkinkan untuk datang, maka secara periodik akan disambangi oleh komunitas ini. "Intinya agar tetap bahagia walau sudah lanjut usia . Kalaupun sakit, itu hanya bagian dari perjalanan hidup. Yang penting kita tetap berarti," jelas Erwidati.
Acara gembira yang dilakukan Kedono-Kedini, menurut Erwidati tidak sekedar untuk bersenang-senang saja. Upaya itu juga menjadi bagian dari cara mereka untuk mengingat akhirat. Oleh karenanya, secara berkala komunitas ini juga mengunjungi Panti Wreda, sekadar menjalin silaturahmi dengan para lansia yang mungkin nasibnya berbeda dengan mereka.
"Kegiatan silaturahmi ke panti wreda ini juga menjadi pengingat agar kami senantiasa bersyukur atas segala yang diberikan Allah SWT. Sesekali, kita juga ada ziarah kubur, untuk mengingat bahwa itu adalah rumah masa depan kita" tutur istri advokat senior yang juga Ketua IKADIN Jember, Jani Takarianto ini.
Tak hanya itu. Acara sosial juga sesekali dilakukan oleh Kedono-Kedini dengan menyantuni pemulung, saat mereka mengadakan acara bersama. Kekompakan anggota Kedono-Kedini juga ditunjang oleh meleknya mereka terhadap perkembangan teknologi. Mereka saling berkomunikasi melalui grup WhatsAp. "Meski ngetiknya masih sering typo (saltik,red)," tutur Erwidati sembari tersenyum.
Adanya grup WA menurut Erwidati sangat efektif dalam menunjang komunikasi di antara mereka. Setiap ada hajatan atau kabar dari masing-masing anggota, bisa mudah tersampaikan dengan segera di antara para lansia tersebut. "Misalnya ada kabar anggota sakit, langsung dijenguk, tidak menunggu besok. Sudah seperti keluarga baru. Di situ, saya merasa haru dengan kekompakan mereka," tutur advokad alumnus Magister Ilmu Hukum Unej ini. (ad/mgc/hdi)
SUMBER : JP-RJ 19 APRIL 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar