Rabu, 10 Oktober 2018

ISMAN, PENGGIAT MUSIK PATROL DARI DESA CANDI JATI, ARJASA

Musik Ini Tak Sekedar Buang Stres, Tapi Juga Melestarikan Budaya

Kesenian tradisional perlu tokoh. Juga perlu anak-anak untuk terus regenerasi. Itulah konsep yang dianut Isman, bersam anak-anak dari Desa Candi Jati yang tergabung di Arca Patrol. Sejak mendirikan musik -atrol pada 1980 lalu, kentongannya rela di pinjam-pinjamkan hingga rusak.

WAWAN DWI SISWANTO,Arjasa

SUARA seruling itu nyaring terdengar. lan tuntunan alat musik tiup semakin memanjakan telinga jika di padukan dengan kentongan. Dari ritme pelan ke ritme cepat membuat siapa saja yang mendengar ingin bergoyang.

Tidak ada suara gendang bukan berarti musik dangdut.Juga tidak ada gitar, drum, bass dan musik elektrik lainnya. Itu adalah musik patrol. Musik yang di kenal luas sebagai musik tradisional dari jember.

Di jember tidak hanya memiliki satu kelompok musik patrol. tapi banyak terbentuk, dan tersebar di beberapa wilayah. Jika bulan puasa tiba, musik tradisional ini kian eksis.

Banyak kelompok musik patrol yang selalu menginspirasi. salah satunya adalah dedikasi yang di tunjukan tokoh musik patrol dari Desa Candi Jati Kecamatan Arjasa bernama Isman. Mengenakan busana sakera (baju khas Madura) Isman begitu energik. senada pula dengan musik tradisional yang dibawakan.

Isman usianya tidak muda lagi. kurang satu tahun lagi usianya 80 tahun. tetapi, banyak yang mengira masih usia 60 tahun. karena intuisi musiknya masih bagus dan belum pikuun. "Awet muda jika kumpul sam anak-anak," selorohnya.

Isman memang sering bermain patrol bersama anak-anak SD. "grup musik patrol ini bersama Arca Anak Candi di Jadi. ini kami bentuk sekitar 1980. ingat saya, setelah diberi kentongan, baru bentuk grup musik," jelas Isman.

Kakek ini mengaku mulai bermain musik tradisional dari peralatan milik tetangganya. "kentongan besar-besar separti ini dulu jarang yang punya. Biasanya, kentongan itu ada di pagupon (rumah merpati,Red)." katanya. Kentongan pertama milik Isman diberi oleh pemilik pagupon.

Berangkat dari itu, dia dan temannnya membentuk sebuah grup musik patrol. Menurut dia, musik patrol tidak hanya membuat jiwanya senang, menghilangkan stres, melestarikan budaya. Tapi juga mendapat pahala. "patrol ini adalah untuk membangunkan orang sahur. Aktivitas ini positif dan terus dilestarikan. Jadi musik patrol harus tetap lestari," paparnya.

Pria yang memiliki enam cucu ini mengaku harus mengeluarkan  waktu, tenaga, dan uang setidaknya satu bulan sekali. Bukan untuk latihan. Tapi merawat, memperbaiki, hingga membuat kentongan baru. Kentongan berwawrna merah dengan ukuran berbeda-beda tersebut serng di pinjam.

Isman tidak menarik uang sewa, juga tidak meminta ganti jika rusak parah hingga tak bisa diperbaiki. "Kentongan saya dulu itu diberi orang. Kalau dipinjam ya silahkan saja," tambahnya.

Meminjamkan kentongan secara gratis, bagi isman adalah balas budi kepada orang yang dulu juga pernah memberikan kentongan padanya.

Di balik itu, untuk melestarikan kesenian tradisional tersebut butuh media untuk merangsang generasi penerus untuk mencobanya.Dari anak yang mencoba bermain kentongan, dari sana mereka akan suka musik patrol. Cara mudah dan tak muluk-muluk itulah yang di pakai Isman melestarikan kesenian tradisional dari Jember ini. (dwi/mgc/hdi)

SUMBER : JP-RJ 7 APRIL 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KREATIFITAS WARGA DESA SIDOMEKAR UBAH PASAR KUMUH JADI MURAL

Ini Strategi Untuk Memikat Pembeli Datang ke Sini Awalnya, hanya sebuah pasar Krempyeng yang kumuh di dalam gang. namun, sejak April pem...