Hormati dan Pelajari Semua Agama Unuk Perdamaian
Unit kerohanian intrakampus bisanya hanya untuk satu agama saja. Namun, Lembaga Kerohanian Lekfas di Fakultas Ilmu Budaya (dulu Fakultas Sastra, Red) Universitas Jember ini Tergolong unik. Mereka tak hanya satu agama. Toleransi tinggi antar umat ini untuk meningkatkan kerukunan di kampus.
RANGGA MAHARDIKA, Jember Kota
Menariknya, beberapa peserta 'kerja bakti' ini di antaranya ada yang menggunakan jilbab. Bahkan, mahasiswinya muslim ini ikut berdiskusi bersama dengan pemuka di agama di vihara itu.
"ini adalah kegiatan berkunjung ke tempat ibadah sejumlah agama yang ada di jember.
Kegiatan ini rutin dilaksanakan oleh Lembaga Keharmonian Lekfas FIB Unej," jelas Farid Hidayat, salah satu aktivis Lekfas, beberapa waktu lalu.
Padahal, sebagian besar anggota Lekfas adalah anak-anak muslim. "Kadang kami mengunjungi gereja, vihara, pura, klenteng, dan masjid tentunya," lanjutnya.
Lekfas memang menekankan toleransi yang sangat tinggi. "Lekfas ini didirikan tahun 1996. Saat meletus pembakaran gereja di Situbondo," jelasnya.
Saat itu, senior Farid Hidayat sengaja membentuk Lekfas untuk meredam emosi warga kampus atas aksi itu, dan meningkatkan kembali toleransi beragama. Sehingga, Lekfas menjadi wadah dialog antar umat beragama.
Lama-kelamaan, kegiatan kelompok ini terus berkembang dari hari ke hari. Salah satunya adalah kegiatan berkunjung dan berdiskusi pemuka berbagai agama. "Diskusi ini menjadi agenda rutin," jelasnya.
Kegiatan ini dilakukan untuk lebih mengenal agama yang ada di indonesia, khususnya jember. Sehingga, semua anggota bisa kenal dengan semua agama yang ada.
Tentu saja, banyak cerita dan pengalaman yang bisa dibagikan dengan kegiatan ini. bahkan, saat awal mengajak anggota baru di buat bengong dan takjub dengan kebiasaan yang berbeda yang di jalani oleh mereka.
Misalnya, di dalam tempat ibadah ada alat musik, ada mimbar, kadang ada yang membakar dupa. "Lantai sangat bersih tapi sandal sepatu bebas masuk," selorohnya.
Bahkan, ada teman muslim yang masuk ke gereja sandalnya dilepas. "Dikiranya kayak di masjid. kalau di islam kan sudah dimarahi kalau masuk masjid pakai sandal," ucap Farid, menceritakan pengalaman lucu saat kegiatan silaturahmi antar beragama itu. "banyak sekali cerita lucu lainnya," lanjutnya.
Tujuan kegiatan ini hanya untuk memahami tentang ritual keagamaan yang di lakukan oleh semua agama yang ada. sehingga, semua anggota di lembaga kerohaniaan lekfas yang juga berasal dari berbagai agama ini akan mengetahui tentang ritual dan maksud dari kegiatan yang dilakukan.
"Hanya untuk pengetahuan. tidak sampai mengubah mindset dan keyakinan masing-masing," jelas mantan ketua lekfas periode 2016-2017 ini.
Kelompok ini juga sangat ringan tangan ketika membantu semua unit Kegiatan Kerohanian sejumlah agama yang ada di Unej. Mereka saling membantu berbagai peringatan hari besar agama apapun yang digelar oleh UKK diwilayah Unej, tanpa melihat agama. Sehingga, ini menimbulkan rasa persaudaraan antaragama yang ada. Jika lekfas ada kegiatan, maka semua anggota dari berbagai agama juga ikut membantu.
"Paling tidak, semua anggota akan berubah pandangan dan pengetahuan tentang agama yang lain. Bawa sesungguhnya semua gama penuh dengan kebaikan," jelasnya.
Inilah yang terus ditularkan di kampusnya, sehingga bisa mengajak semua orang untuk saling menghormati dan meningkatkan toleransi antar umat beragama. Bahkan, kini banyak anggota dari luar Fakultas yang ikut bergabung dalam berbagai kegiatan Lekfas tersebut.
Sementara Ahmad Khoirul Huda, ketua Lekfas periode 2017-2018 mengatakan, lekfas sengaja menggalakkan kegiatan ini, karena saat ini sedang marak kegiatan intoleransi dan radikalisme. "Saya kira, kegiatan seperti ini efektif untuk menurunkan radikalisme yang terus mengancam bangsa indonesia," jelas Ahmad Khoirul Huda.
Mereka juga aktif mengadakan diskusi dan seminar tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila. Selain itu, mereka juga terus kampanye tentang toleransi dengan bentuk lain, yakni dengan tulisan. Yakni menggunakan berbagai media seperti blog dan sebagainya. "Termasuk mengerjakan LKTI, temennya selalu keragaman lintas budaya," tuturnya.
Menurut Huda, panggilan akrabnya, pihaknya juga tengah mengkampanyekan toleransi ini kesejumlah sekolah dan pondok pesantren. "kami ingin adik-adik kami dipupuk tenggang rasa dan toleransi sejak dini," terangnya. Sehingga, ke depan menjadi generasi yang cinta damai dan saling menghormati di tengah perbedaan. (ram/mgc/hdi)
SUMBER : JP-RJ - 7 APRIL 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar