Minggu, 07 Oktober 2018

BMBS, Komunitas Menjahit bagi Ibu-Ibu Rumah Tangga

                       


Kopdar Sebulan Sekali, Pecahkan Masalah Jahitan di Lapangan
Penjahit memang tak begitu populer dibandingkan beberapa puluh tahun silam. Namun siapa sangka, masih banyak orang yang gemar menjahit. Bahkan, supaya tetap eksis, mereka pun membentuk sebuah komunitas. Seperti apa?
RULLY EFENDI, tanggul

RUANG tamu rumah di akmpung Pakusari, Desa Klatakan, Tanggul, mendadak dirommbak layaknya ruang kelas sekolah. Memang tak ada bangku. Apalagi papan tulis. Namun, belajar-mengajar tampak begitu serius dilakukan para ibu muda.

Memang tak semua perempuan. Sebab, komunitas Belajar Menjahit Bersama Senwick's and Friends (BMBS) juga diikuti para designer pria. Mereka berbaur saat kopdar (kopi darat) digelar setiap bulannya. "kebetulan, di sini giliran rumah Yuriska," kata Kepala Divisi BMBS Jember, Yunita.

Yuriska memang tercatat sebagai anggota aktif BMBS Divisi Jember. 
Perempuan muda berumur 30 tahun itu memangseorang penjahit busana. Bahkan sebelumnya sang ibu lebih dahulu menekuni usaha jahit-menjahit. "Saya belajarnya autodidak. Tapi itu tak cukup," kata ibu seorang anak tersebut.

Dia pun mengaku kebetulan saat bermain Facebook, ada grup BMBS yang menawarkan kegiatan belajar menjahit bersama. Rupanya, selain menyediakan media komunikasi di Facebook, grup para penjahit itu membuka ruang diskusi di grup WhatsApp.
  
Tak ada pangkat, apalagi senioritas. Mereka dalam komunitas BMBS memosisikan setara. Sebab, di komunitas tesebut prinsipnya semua belajar dan siapapun bisa jadi guru. "Prinsipnya, semakin sering diskusi dan tukar pendapat, semakin kaya juga ilmu dan pengalaman kami," tuturnya.

Pun demikian saat kopdar digelar bergantian di rumah masing-masing anggotanya. Secara bergiliran, anggota ditunjuk jadi pemateri layaknya guru profesional. Namun, disana mereka memecahkan permasalahan yang sedang dialami anggotanya. "Jadi yang kita bahas permasalahan teknik menjahit yang dialami anggota di lapangan," ujar alumnus Stikom Bali ini.

Namun, kata Yuriska, setiap kopdar ada dua kelas yang berbeda. Satu untuk profesional dan satunya lagi dikhususkan pada pemula. "Kalau pemula, pematerinya biasanya langsung ditunjuk dari yang profesional," paparnya.

Supaya setiap kopdar ada semangat, mereka pun selalau menggagas konsep pertemuan yang menyenangkan. Namun, tidak memberatkan anggotanya. Salah satu varian kegiatan yang dinilai menyenagkan, saat setiap anggota saling tukar-menukar kado.

Meksi komunitas ini baru dibentuk per januari 2017 lalu, di Jember, namun anggotanya sudah hampir 100 orang. Bahkan, meaki namanya divisi Jember, rupanya anggotanya pun berasal dari beberapa kabupaten lainnya se-Tapal Kuda.

Kata Yuriska, pihaknya tidak cukup puas sekedar kopdar dan belajar menjahit bersama. Mimpinya, BMBS bisa menjadi kelompok usaha mejahit bersama yang tentunya bisa memberdayakan para ibu rumah tangga. "Kami ingin bermanfaat. Mimpinya, bisa mengkader ibu rumah tangga," pungkasnya.
(rul/mgc/hdi)

Sumber: JP - RJ - JUM'AT 6 APRIL 2018  

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KREATIFITAS WARGA DESA SIDOMEKAR UBAH PASAR KUMUH JADI MURAL

Ini Strategi Untuk Memikat Pembeli Datang ke Sini Awalnya, hanya sebuah pasar Krempyeng yang kumuh di dalam gang. namun, sejak April pem...