Selasa, 01 Januari 2019

ANJASMORO, DESTINASI WISATA BARU DI DESA SUMBERSALAK, LEDOKOMBO

Menurut mitos, Tempat Berpisahnya Minak Jinggo dan Kencana Wungu


Jika mau dikelola lebih serius, Jember sejatinya memiliki puluhan destinasi wisata alam yang memukau. Tersebar di berbagai pelosok desa. Kini muncul gairah masyarakat setempat untuk mengembangkannya. Seperti Air Terjun Anjasmoro. Berada di Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo, air terjun ini menawarkan nuansa keindahan alam.

ADI FAIZIN, Ledokombo

BUTUH perjuangan ekstra untuk mencapai Air Terjun Anjasmoro. Tidak hanya karena Desa Sumbersalak yang relatif cukup jauh dari pusat kota Jember. untuk menuju Air Terjun Anjasmoro dari kantor Balai Desa Sumbersalak pun, pengunjung juga harus melewati jalan bebatuan.

Tetapi, sedikit perjuangan itu akan terbayar lunas begitu pengunjung tiba dan menikmati cantiknya Air Terjun Anjasmoro. "Perlahan kita bangun infrastruktur pendukung untuk Air Terjun Anjasmoro ini," tutur Iwan Joyo Suprapto, salah seorang pemuda asli Desa Sumbersalak.

Bersama empat rekan lainnya, yakni Kholik, Abdul Munif, Didik Hadi Prayitno, dan Muhammad Lutfi, Iwan berinisiatif untuk merombak salah satu air terjun yang ada di desanya tersebut menjadi destinasi wisata alam. "Dulunya air terjun ini dipenuhi tanaman liar, masih seperti hutan lah. Tidak ada yang berani menjamah ke sana," tutur Iwan. Selain penuh pepohonan, mitos yang menyelimuti Air Terjun Anjasmoro menambah suasana angker di destinasi tersebut.

Air Terjun Anjasmoro memang lekat dengan cerita dari mulut ke mulut. Tak sekadar cerita mistis, destinasi ini juga dikaitkan dengan mitos sejarah yang dijadikan dasar penanamannya.

"Kata orang tua-tua dulu, air terjun ini adalah petilasan atau tempat berangkatnya Prabu Damarwulan sebelum berangkat ke Banyuwangi untuk melawan Prabu Menang Jinggo, penguasa Blambangan. Memang cerita itu tidak didukung bukti sejarah yang valid," ujar alumnus Fakultas Dakwah IAIN Jember ini.

Minak Jinggo dikenal sebagai perwira militer di kerajaan Majapahit. sedangkan Menang Jinggo yang berkuasa di Blambangan, dikenal sangat sakti dan menjadi ancaman bagi eksistensi Kerjaan Majapahit. oleh karena itulah, Minak Jinggo bermaksut untuk melakukan serangan pendahuluan (pre-emptive strike) demi keberlangsungan Majapahit.

Namun, operasi militer Minak Jinggo itu kurang direstui sang istri, Kencana Wungu. Mereka berdua akhirnya berpisah di satu tempat ynag di kemudian hari menjadi Air Terjun Anjasmoro yang ada di Desa Sumbersalak. "Kencana Wungu menangis sehingga menjadi air terjun. tetapi itu memang cuma mitos saja," lanjut Iwan.

Bukan mitos yang dijual dari destinasi wisata Anjasmoro. untuk mendukungnya menjadi destinasi wisata alam. kelima pemuda desa itu sepakat untuk terus merevitalisi Air Terjun Anjasmoro. "Kita mulai merintis sejak awal 2017, dengan membentuk pokdarwis atau kelompok sadar wisata berbasis desa," ujar Iwan.

Gairah untuk mengembangkan Air Terjun Anjasmoro tak lepas dari geliat yang lebih dulu dialami "kakak kandungnya," yakni Air Terjun Damar Wulan. Desa Sumbersalak memang memiliki dua air terjun yang sama-sama indah. hanya saja, Air Terjun Damar Wulan lebih dulu ramai dan dikembangkan warga sekitar yang ada di dusun tersebut.

"Sebenarnya kalau menurut saya, lebih indah Air Terjun Anjasmoro, karena nuansa alamnya lebih eksotis. seiring ramainya Air Terjun Damar Wulan, warga di Dusun Juroju yang ada di sebelah timur desa, berinisiatif untuk mengembangkan Air Terjun Anjasmoro," cerita Iwan. Air Terjun Damar Wulan mulai dibenahi dan dipromosikan oleh warga sejak akhir tahun 2013.

Langkah pertama yang dilakukan para pemuda desa adalah dengan membentuk pokdarwis. semula, Iwan berhasil mengumpulkan 10 pemuda. Namun, tak lama, jumlahnya menyusut tersisa lima, termasuk Iwan di dalamnya. "Karena ini memang misi sosial untuk desa. yang lain masih memiliki kesibukan lain," tutur pria yang pernah nyantri di Pondok Pesantren Baitul Arqom, Balung, Jember ini.

Meski hanya tersisa lima personel, tidak menyurutkan langkah mereka untuk merevitalisasi Air Terjun Anjasmoro. Dengan bergotong royong, mereka membenahi batu-batu yang ada di sekitaran air terjun.
Mereka juga membuat kolam-kolam di sekitar air terjun. "Kami nekat memberanikan diri karena ingin desa kami lebih maju," kenang Iwan. sebelumnya, Desa Sumbersalak yang cukup terpencil dikenal sebagai salah kantong pengiriman buruh migran di Jember.

Saat awal melangkah, tantangan justru berasal dari warga desa setempat. "Awalnya banyak yang tidak setuju air terjun air terjun anjasmoro dijadikan destinasi wisata. mereka khawatir akan dijadikan tempat maksiat seperti mabuk atau pacaran," tutur Iwan.

Namun, secara perlahan, Iwan dan rekan-rekannya bisa mengikis keraguan warga tersebut. untuk menambah keyakinan, mereka juga mengandeng Babinsa dan Babinkamtibnas untuk bersama warga mencegah terjadi tindakan yang melanggar norma sosial di Air Terjun Anjasmoro.

Karena sudah mendapat kepercayaan, warga sekitar pun dengan sukarela bersedia membantu inisiasi dari Pokdarwis Anjasmoro. untuk pembuatan pembatas jalan menuju air terjun yang berfungsi tempat pegangan tangan, mereka mengunakan bambu milik warga secara gratis. "Kebetulan yang punya lahan mempersilahkan bambunya kita manfaatkan. mereka senang karena jadi bersih  dan ramai," tutur Iwan.

Upaya revitalisasi Air Terjun Anjasmoro memang berlangsung perlahan. Tak terhitung berapa biaya total yang sudah digelontarkan untuk investasi sosial ini. "Sambil jalan saja. selain di sumbang warga, juga ada pemasukan dari tiket masuk sebesar Rp 2 ribu untuk sekali masuk. Itu yang kita kembangkan," ujar Iwan.

Berhasil meyakinkan warga, Iwan dan rekan-rekannya fokus pada upaya promosi dan revitalisasi memang sengaja dilakukan dengan swadanya. "kita tidak mengajukan proposal karena ingin mandiri," tegas Iwan.

Untuk promosi, Pokdarwis Anjasmoro banyak memanfaatkan media sosial. meski sinyal internet di desa tersebut tidak selalu optimal. "Kebetulan saya kan diamanahi sebagai operator desa di kantor desa. saya juga banyak melibatkan anak-anak mahasiswa yang lagi KKN di sini, seperti dari IAIN Jember, Unej, maupun IKIP PGRI Jember untuk bantu promosi," urai Iwan.

Sebagaimana layaknya anak kekinian yang familier denagn media sosial, cara promosinya pun cukup kreatif. seperti lomba swafoto (selfi) di instagram denagn latar air terjun anjasmoro. selain itu, Iwan juga memanfaatkan relasinya di Jember kota untuk menopang promosi Air Terjun Anjasmoro. "Saya akhirnya bergabung denagn destinasi-destinasi wisata yang ada di jember. Lumayan membantu promosi juga," jelas Iwan.

Selang beberapa bulan berikutnya, upaya Iwan dan rekan-rekannya tersebut membuahkan hasil. secara perlahan, kunjungan wisatawan ke Air terjun anjasmoro mulai meningkat. kondisi ini tentu saja berimplikasi positif pada geliat ekonomi warga setempat. "Setidaknya inimenambah penghasilan untuk warga yang berjualan makanan. kita juga sedang merintis produk pangan sehat desa seperti camilan dan krupuk mocaf," tutur pria yang juga aktif di komunitas Tanoker, Ledokombo ini.

Geliat ekonomi tidak hanya di sektor kuliner. sejak berdirinya pokdarwis di Desa Sumbersalak, secara perlahan beberapa kesenian juga mulai muncul di desa ini. "Seperti jaranan, canmacanan kadduk yang khas Jemebr. juga kesenian hadrah dan Al-Banjari, serta musik patrol," urai Iwan.

Ke depan, untuk semakin meningkatkan ekonomi warga desa, pengembangan Air Terjun Anjasmoro rencananya akan sinergikan dengan badan usaha milik desa (BUMDes) yang sudah terbentuk di Desa Sumbersalak. "Rencana BUMDes juga mau membuat kafe wisata di tengah sawah. karena kita memang menjual suasana alami pedesaan untuk menarik pengunjung," pungkas Iwan. (ad/mgc/hdi)

SUMBER : JP-RJ 22 MEI 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KREATIFITAS WARGA DESA SIDOMEKAR UBAH PASAR KUMUH JADI MURAL

Ini Strategi Untuk Memikat Pembeli Datang ke Sini Awalnya, hanya sebuah pasar Krempyeng yang kumuh di dalam gang. namun, sejak April pem...