Senin, 10 Desember 2018

REZANDRA, MANTAN PEMAIN JEMBER YANG MELATIH KLUB PAPAN ATAS INDIA

Terapkan Latihan Keras dan Ketat untuk Mencetak Pemain Andal

Lama tak terdengar, ternyata Rezandra Putra Hardita jadi pelatih utama di Shinning Star Academy, New Delhi India. Ini adalah salah satu klub papan atas India, yang banyak menelurkan pemain muda berbakat.

HADI SUMARSONO, Jember Kota

ERA 2005 silam, adalah era emas bagi Rezandra Putra Hardita. Sebagai pemain muda junior, saat itu dia sukses menembus persaingan ketat bulutangkis nasional.

Reza, pemain asli Jember ini matang ketika pada tahun 2000 hijrah ke salah satu klub papan atas Indonesia, PB Djarum Kudus. Di sinilah, dia malang melintang di satu kejuaraan ke juaraan lain. Tak hanya level nasional Indonesia, namun juga sering tampil di level internasional.

Puncaknya adalah ketika pada 2009 silam, sukses merebut juara ASEAN University, yang berlangsung di Malaysia. "Tapi itu dulu. Sekarang saya sudah gantung raket.

Saya fokus sebagai pelatih saja," ucap Reza, kemarin malam.

Sejak 2010 karir pemain Reza memang lagi turun pamor. Penyebabnya, saat tampil di kejuaraan internasional Challenge di Surabaya (kalender rutin WBF) dia mengalami cedera lutut yang lumayan parah. Berbagai terapi sudah dicobanya. Namun tak kunjung sembuh.

Lambat tapi pasti, dia pun mundur dari dunia bulutangkis profesional. Dia keluar dari PB Djarum Kudus, kembali ke Jember. "Di kampung (Jember, red) tetap latihan. Tapi hanya sekadar jaga stamina saja. Emang hobi," jelasnya.

Sambil mengisi waktu pria kelahiran 11 Januari 1989 ini juga mencoba meniti karir sebagai pelatih. Dia pernah jadi sparring partner tim peru (Peru Badminton Association), kemudian Guatemala, Badminton Club Osaka Jepang, dan terakhir ikut melatih tim junior Putra Suryanaga Jember.

Dan tiba-tiba, pada 2015 lalu mantan pemain yang tinggal di Perun Puri Bunga Nirwana Sumbersari Jember ini di hibungi oleh Akhay Dewalkar, untuk melatih India. "Akhsay Dewalkar adalah teman dekat saya waktu sama-sama aktif latihan di PB Djarum Kudus. Kami juga sering ketemu di turnamen internasional," jelasnya.

Kedekatan inilah, yang membuat Reza mantap terbang ke India untuk menukarkan ilmunya. Selama setahun, dia melatih D'Academy Badminton, New Delhi. Kemudian pada tahun 2016 dapat tawaran melatih di Shinning Star Academy, juga di New Delhi.

"Sampai sekarang masih melatih Shinning Star Academy. Sebagai pelatih utama. Saya pegang single Usia 17-19 tahun," jelasnya.

Di Klub ini namanya mulai dikenal. Apalagi Shinning Star Academy adalah akademi bulutangkis terbesar kedua di India, setelah Ghopican Academy. Di sinilah, TC timnas junior India digembleng. "Kalau timnas senior kayak Srikanh Kidambi dan PV Shindu, latihannya di Ghopican Academy," jelasnya.

Reza menyebut, pola latihan di Jember dengan India berbeda. Terutama soal hari. Di India, latihan hari selasa hingga minggu. Justru Senin Libur. Sehari juga latihan tiga kali. Pagi jam 05.00-07.30. Kemudian siang jam 11.00-14.00, disusul malam jam 18.00-20.30. "Semua pemain disiplin. Jarang absen," jelasnya.

Di klub ini, total ada enam pelatih, termasuk dua asisten. Tiga diantaranya dari Indonesia. Yakni Viki Indra Okvana (pegang double), Veronika Pratama dan Maya Dewi (pegang usia 15 tahun). "saya sendiri pegang sennnnnior (U-17 sampai U19 tahun)," tambahnya. Lewat tangan dinginya, sudah banyak anak asuhnya yang jadi juara, baik di level India maupun internasional junior.

Sikap profesional benar-benar diterapkan di India. Tak heran, belakang muncul pemain-pemain dunia asal India karena pola latihan yang keras dan benar seperti itu.

Reza menyebut, beru dapat liburan tiap enam bulan sekali. Sebagai pelatih, dia juga berhak atas apartemen, sampai transportasi. "Soal kebutuhan, semua tercukupi. Cuma satu yang susah, soal makanan," selorohnya. Untuk mengakali hal itu, dia terpaksa memasak sendiri di apartemennya.

Pemain Jember sendiri, menurut Reza, sebenarnya banyak bibit-bibit muda potensial. Namun, sikap mental sepertinya harus jadi perhatian utama untuk mencetak seorang pemain tangguh.

"Sekarang ini, kayaknya banyak atlet yang gampang menyerah. kasarannya nggak mau soro. Badminton tidak bisa dihasilkan secara instan. Jadi jangan gampang menyerah dengan keadaan," pungkasnya. (hdi)

SUMBER : JP-RJ 16 MEI 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KREATIFITAS WARGA DESA SIDOMEKAR UBAH PASAR KUMUH JADI MURAL

Ini Strategi Untuk Memikat Pembeli Datang ke Sini Awalnya, hanya sebuah pasar Krempyeng yang kumuh di dalam gang. namun, sejak April pem...