Minggu, 11 November 2018

TREN BARU CAPSULE HOTEL DI JEMBER BAGI BACKPACKER

'Kapsul Inap'Tak Lebih dari 10 Meter Kublik per Tamu

Jika biasanya dalam satu kamar hotel hanya diisi maksimal du atamu, kini tren penginapan sudah mulai bergeser. Wisatawan banyak memilih yang diisi hingga delapan tamu per kamarnya. Judulnya: Capsule Hotel.

LINTANG ANIS B, Jember kota.

JANGAN bayangkan kamar yang luas, tempat tidur yang besar, serta sofa empuk dan jendela lebar dalam kamar. Alih-alih pemandangan tersebut, dalam satu kamar justru tersedia enam hingga delapan 'kotak' berisi tempat tidur dan bantal saja. 'kotak-kotak' tesebut ditata hingga dua tingkat dan hanya dibatasi tirai blindfold di samping selasarnya.

Ini adalah definisi dari capsule hotel atau hotel kapsul. Penginapan semacam ini pertama kali dikenalkan kepada publik di Jepang. Kemudian diadopsi oleh negara-negara lainnya, termasuk Indonesia. Ini menjadi pilihan favorit para backpacker yang lebih mengutamakan traveling dan hanya memfungsikan kamar sebagai tempat untuk istirahat semata.

Tren ini mulai beranjak ke Jember sejak akhir 2017 lalu, lewat kehadirran salah satu capsule hotel di kawasan segitiga emas kampus Universitas Jember. Meski lokasinya agak masuk gang, namun rupanya peminat hotel cukup ramai. "Setiap hari ada saja yang menginap  dengan beragam keperluan," ujar Diah Kurnia Fitri Lestari, pemilik capsule hotel tersebut.

Jika dilihat, pada masing-masing kamar terdapat empat single capsule bed di isi utara dan dua double capsule bed di sisi selatan. Sedangkan di dorm pria, total terdapat delapan capsule bed dalam satu kamar. Kamar mandinya terpisah, berrada di ujung ruangan di masing-masing lantai. "Seluruhnya ada 44 capsule bed dalam delapan kamar dan sembilan kamar mandi tersedia untuk tamu," lanjutnya.

Bangunannya pun cukup eye catching dan lokasinya cukup strategis. Memasuki ruang tamunya, pengunjung akan langsung berhadapan dengan, wall of fame yang berisi tanda tangan dari tamu yang pernah menginap.
Sementara, di teras terdapat hiasan dinding yang tak jarang dijadikan properti swafoto. Pengunjung juga bisa menyewa  sepeda dan sepeda motor untuk berkeliling  kota Jember. "Untuk tarifnya, single capsule seharga Rp100 ribu dan double capsule Rp 125 ribu," imbuh Ana.

Tempat ini, kata dia, awalnya merupakan kos-kosan mahasiswa. Namun, wanita yang akrab di sapa Ana ini enggan melanjutkan bisnis kos ynag sempat dia jalani beberapa waktu.

Kemudian, tercetus sebuah ide ketika Ana dan suaminya berlibur ala backpacker. Sebagai seorang yang hobi backpackeran, dirinya beberapaa kali melancong ke luar negara dan melihat berbagai jenis penginapan, salah satunya adalah capsule hotel, saya pikir kok bagus," kenangnya.

Ana mencoba mengadaptasikan pengalamannya tersebut ke Jember, dengan merombak tempat kos yang dia miliki menjadi capsule hotel. Selama lima bulan, dirinya dan sang suami mengumpulkan perlengkapan dan kebutuhan untuk penginapan yang tidak umum di Jember ini. Seluruh desain juga dikerjakan sendiri bersama suaminya.

"Kebanyakan kalau hotel kan satu kamar, kamar mandinya di dalam, ada televisinya, hanya seperti itu. Kita coba menyajikan hal yang baru bagi wisatawan di Jember, khususnya penggemar backpacker lebih memilih penginapan capsule hotel," ujar wanita kelahiran 19 mei 1987 tersebut.

Tak ada kesulitan berarti selama proses pembangunan capsule hotel ini. Hanya para tukang saja yang cukup terkejut ketika mulai merombak ruangan. "Mereka kaget, kok onok-onok ae hoel koyok ngene (kok ada-ada saja hotel seperti ini,red)," ujar Ana sembari tertawa.

Sebelum masuk ke kamar, pengunjung dilarang mengenakan sepatu saat masuk ke area kapsul. Mereka juga diberikan kartu akses oleh petugas , yang berfungsi sebagai alat pembuka kunci kamar dan loker.

Dilihat dari desainnya, hotel kapsul ini cukup unik. setiap unit hanya bisa menampung satu pengunjung di single capsule, karena ukuran kapsulnya yang terbatas. Kendati demikian, fasilitas yang disematkan di dalam setiap unitnya cukup membuat para turis backpacker bisa beristirahat dengan nyaman. Ada gantungan berkait, selimut tebal, serta meja kecil yang bisa digunakan sebagai alas.

Seluruh kamar mandi tersedia di sudut ruangan di masing-masing lantai, dan bisa digunakan baik untuk pria maupun wanita. Selain itu, walau konsepnya shared bathroom, Ana memastikan kamar mandi yang tersedia tetap bersih dan nyaman.

"Tapi, khusus untuk kamar, kita bedakan dorm laki-laki dan perempuan. Kalau ada yang tidak mau dipisah pria dan wanita, kita tidak izinkan menginap  di sini," tegas Ana. Peraturan ini menjadi mutlak untuk mencegah hal-hal  negatif yang tidak diinginkan.

Karena masih pertama kali ada di Jember, dirinya sempat diragukan oleh masyarakat sekitar, khususnya yang masih belum memahami konsep dormitory hotel. Namun, belakangan ini tren wisata memang sudah mulai bergeser ke arah backpacker.

"Bagi mereka yang sering backpackeran, hotel biasanya hanya dibuat untuk tempat istirahat dan mandi. Mereka lebih banyak ngetrip daripada di hotel. Jadi, mereka tidak terlalu butuh kamar yang besar. Meski begitu, kita juga menyediakan kamar yang privat untuk keluarga, tapi kamar mandi tetap di luar," terang ibu dua anak tersebut.

Diluar ekspektasi, pengunjung yang datang tak hanya dari sekitar Jember saja, tetapi juga dari mancanegara. Mereka memilih capsule hotel , sebab hanya digunakan sebagai tempat transit. "Misalnya yang mau ke Bromo atau ke Ijen, transit dulu untuk istirahat  di sini." imbuhnya.

Hal ini cukup wajar, mengingat backpacker luar negeri sudah terbiasa bermalam di capsule hotel. Bahkan, ada wisatawan mancanegara yang menginap setelah berkeliling dunia dengan menggunakan sepeda. "Kira-kira kalau ditotal, wisatawan datang dari sekitar 15 negara," ujarnya.

Dilihat dari okupansi, Ana mengaku tempatnya hampir selalu full booked setiap akhir pekan. 40 hingga 50 persen. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pemasarannya melalui agen perjalanan daring. "Kita juga kerja sama dengan dinas pariwisata," imbuhnya.

Upaya Ana menginisiasi capsule hotel membuat beberapa pelaku uasaha ingin menjajal bisnis serupa. Dirinya mengaku banyak diajak diskusi dan konsultasi mengenai bisnis ini. "Kalau di kota-kota besar memang sudah cukup banyak penginapan serupa. Di Jember ini baru pertama kali," pungkasnya. (lin/mgc/hdi)

SUMBER :JP-RJ 8 MEI 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KREATIFITAS WARGA DESA SIDOMEKAR UBAH PASAR KUMUH JADI MURAL

Ini Strategi Untuk Memikat Pembeli Datang ke Sini Awalnya, hanya sebuah pasar Krempyeng yang kumuh di dalam gang. namun, sejak April pem...