Belajar Jadi Kebutuhan, Copot Semua Aplikasi Medsos
Menjadi juara kelas hingga menuju olimpiade Sains Nasional (OSN) di dapat dengan perjuangan. Seperti Beli Nurmalida, peraih medali perak bidang IPA OSN ini tidak sekadar belajar saja. Ia juga rela mencopot aplikasi medsos.
WAWAN DWI SISWANTO
BERKUNJUNG ke kediaman pelajar berprestasi Belia Nurmaulida Anindito Putra, di Jalan Bangka, tidak ada bedanya dengan pelajar pada umumnya. Dinding ruang tamunya tidak ada pernak-pernik piala, piagam, atau medali yang pernah diraih Belia. Hanya ada kursi, meja, kerajinan tembikar, dan cermin. "pialanya ada di belakang," ucap Bowo, ayah Belia.
Lemari jati dengan kaca transparan, di tempat itulah puluhan piala Belia disimpan. Sementara, piagam penghargaan yang dibingkai di pigura berjalar rapi di sebuah musala kecil rumahnya.
Memajang piagam di tempat ibadah, menurut Bowo, ayah Beli, adalah apresiasi prestasi untuk putrinya.
"Setiap kali anak mendapatkan sesuatu, kami selalu memberikan apresiasi. Memajang puluhan piala dan piagam adalah cara agar tidak lupa dengan yang pernah dicapai," ujar Bowo.
Satu penghargaan yang disimpan di kamar Belia adalah medali di OSN. Medali berwarna perak itu tersimpan rapi di kotak berwarna biru. Tahun kemarin, nama Belia mampu mengharumkan Jember dengan meraih medali perak mata pelajaran IPA. Pelajar SMPN III ini meraih medali emas OSN di tingkat Jatim, dan mewakili provinsi untuk OSN Nasional, dan pulang membawa medali perak.
Menuju tingkat nasional, perjuangan Belia tidak mudah. Dia harus berkompetisi dengan empat temannya dari satu sekolah. "Pertama, yang diseleksi empat orang dan menyusut jadi dua siswa. Akhirnya, saya jadi perwakilan sekolah untuk seleksi OSN tingkat Kabupaten Jember," imbuhnya.
Bahkan, proses seleksi tingkat sekolah dengan Kabupaten, lebih sulit sekolah, proses penjaringan setidaknya 2 minggu sebelum tes tingkat Kabupaten. Jika telah masuk tingkat Provinsi dan nasional, belajar pun lebih intesif. Mulai pagi hingga istirahat ke dua atau sekitar pukul 12.00, Belia tidak ikut pelajaran umum, tapi latihan intesif IPA.
Bertubi-tubi mendapatkan pelajaran IPA, tidak membuat dia jenuh. "Sudah terbiasa, kerena setiap setiap hari belajar," imbuhnya. Perempuan yang kini duduk di bangku kelas IX ini tidak menambah atau mengubah jam belajarnya di rumah. Mulai pukul 19.00 hingga 21.00, Belia belajar.
Karena terbiasa belajar, dia merasa belajar sebagai kubutuhan. "Ya kalu tidak belajar, ketinggalan," katanya. Belia pernah mendapatkan pengalaman pahit karena selalu mengentengkan belajar. Saat masih SD, dia gugur dalam lomba pelajaran. Sejak saat itu, dia memahami kalah di lomba karena belajarnya kurang.
Kiat sukses menuju OSN tidak sekadar belajar. "Haarus konsentrasi," katanya. Jelang OSN, Belia full belajar IPA. "Kalau mau berhasil harus fokus," imbuhnya.
Agar fokus, baik persiapan OSN atau saat ujian sekolah, Belia rela mencopot aplikasi medsos di telepon genggamnya. Dia juga tidak takut dikucilkan teman-temannya hanya karena masalah sepele, tidak aktif di FB, WA, BBM, IG dan medsos lainnya. "Sebelum nggak aktif di medsos, bilang dulu ke teman. Kalau mau hubungi lewat SMS atau telepon," jelasnya. (dwi/mgc/hdi)
SUMBER : JP-RJ 6 MEI 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar