Idenya Tidak Sengaja, Disukai di Luar Kota
Biasanya, kita menemukan cokelat dengan rasa campuran manis dan pahit, sedangkan sambal adalah makanan pedas. Namun, bagaimana jika keduanya dikolaborasikan? Inilah kuliner yang dibuat Eko Wahyuni, warga Jalan Raung. Kini, sambal kreasinya ini menjadi salah satu kuliner khas oleh-oleh dari Jember.
RANGGA MAHARDIKA, Sumbersari
SEORANG perempuan berjilbab tampak sibuk di ruangan seukuran 5x5 meter. Tangannya memegang sebuah alat seukuran kepal tangan orang dewasa. Dia terlihat sedang mengolah sambal. Aroma pedas pun menusuk.
Aroma pedas itu sesekali beradu dengan cokelat yang ada di sampingnya. Cokelat itu berbentuk pasta. Sangat kental. Aromanya menusuk-nusuk hidung jika tertiup angin.
Perempuan itu terlihat cukup cekatan. Sejurus kemudian, adonan penuh cabai yang sudah di bumbui dicampur dengan cokelat. Adonan itu kemudian ditempatkan dalam botol-botol kecil yang sudah disiapkan. Botol yang sudah diisi pasta cokelat campur sambal ini ditutup dengan plastik, kemudian di panaskan di atas air mendidih.
Semua proses itu dilakukan manual. "Ini proses pembuatan Cokolades alias Sambal Cokelat Echow," jelas Eko Wahyuni, pengrajin usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang menciptakan kreasi baru cokelat itu. Menurut Yuni, ide menemukan makanan unik ini sama sekali tidak disengaja.
Perempuan yang juga bekerja di salah satu pusat fotokopi di Jember ini, awalnyabukan membuat cokolades,. Dia memang suka membuat sambal. Bahkan, sambal buatannya sudah banyak beredar. Namun, sambal itu sama seperti sambal pada umumnya. Seperti sambal teri, sambal cakalang, dan lain sebagainya.
Proses menemukan sambal unik juga bisa dibilang tidak disengaja, yakni saat dirinya mengikuti pelatihan dari pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia yang ada di Jember pada akhir Desember 2017 lalu. "Saat itu, disuruh membuat proposal usaha yang belum pernah ada. Basis usahanya harus cokelat," jelas Yuni.
Dirinya pun mengaku bingung. Apalagi, selama ini dia tidak memiliki pengalaman tentang cokelat. Dirinya merasa minder, apalagi saat itu banyak rekan-rekannya yang mengikuti pelatihan ini adalah barista yang banyak membuat segala hal tentang kopi dan cokelat. Dari pada bingung tidak ada yang diusulkan, dirinya pun menyebutkan akan membuat sambal cokelat.
"Padahal, saat itu belum tahu apa itu sambal cokelat. Tapi kan memnag dasarnya saya tukang membuat sambal," ucapnya lalu tersenyum. Akhirnya, dia mendapat kabar bahwa dirinya menjadi pemenang dalam program tersebut. Dia pun kemudian diminta untuk membuat sampling dari rencana di proposal tersebut.
Yuni lantas melakukan eksperimen untuk pembuatan sambal cokelat itu. Mulai dari bentuk cokelat bubuk, kemudian pasta, hingga cokelat batangan. "Awalnya malah bukan jadi sambal cokelat, tetapi rasanya malah kayak pecel," ucapnya.
Dengan banyak melakukan latihan dan uji coba, kemudian dirinya menemukan yang pas, yakni sambal dengan dicampur cokelat pasta. Bahkan, kini dia sudah mengembangkan sambal cokelat ini dengan berbagai varian level sambal. "Ada tiga level. Sedang, pedas, dan pedas sekali," terangnya.
Yuni menjamin, setiap orang yang mencicipi akan ketagihan dengan rasanya, bahkan tidak mau untuk berhenti, karena memang memberikan sensasi sendiri. Mulai dari pedas, manis, gurih, pahit, dan semuanya bercampur menjadi satu.
Namun, memang sambal yang diciptakannya ini cocok untuk menemani bersantai. Sebab, memang bentuknya sambal cocol, sehingga harus dengan camilan agar lebih asyik. "Namun, ada juga pelanggan yang suka dimakan sambal aja. Jadi, tergantung dengan selera," jelasnya.
Dia menjelaskan, saat ini sambal tersebut sudah banyak dipesan oleh pelanggan dari Jember juga luar Jember. "Bahkan, sudah banyak kirim ke Jakarta, Bandung, dan Luar pulau," terangnya. Meskipun baru dilakukan dengan tenaga sendiri, namun dia sudah sering menerima pesanan ke luar daerah hingga ratusan untuk sekali kirim.
Untuk penjualannya, dia juga telah melengkapi berbagai persyaratan termasuk PIRT dan iain lainnya, meskipun masih skala UMKM. "Sementara untuk keluar daerah dengan botol plastik. Cokolades ini bisa bertahan sampai 1 bulan dengan harga 25 ribu," jelasnya.
Yuni sebenarnya sudah memiliki inovasi untuk membuat dengan botol kaca. "Bisa bertahan sampai 6 bulan," jelasnya. Tetapi, jika dikirimkan ke luar kota, biayanya nambah untuk ongkos kirim, karena bobot perbotolnya cukup berat. Oleh karena itu, sejauh ini masih menggunakan botol plastik.
Dia berharap, ke depan bisa terus membuat sambal cokelat ini bisa dikanal oleh masyarakat. Bahkan, dirinya tengah berjuang agar makanan ini menjadi makanan khas Jember dan bisa dipasarkan melalui berbagai toko modern di Jember dan di luar daerah, sehinga bisa diproduksikan massal.
"Yang sulit adalah memperoleh sertifikat halal dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan membuat barcode (kode batang) yang bisa dibaca oleh mesin kasir," jelasnya. Dia pun berharap hal ini bisa dibantu pemerintah untuk merealisasikan mimpinya itu. (mgc/ras)
SUMBER : JP-RJ 13 MEI 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar