Minggu, 21 Oktober 2018

KOMUNITAS MUDA DUAFA, SEKELOMPOK SOSIAL ALUMNI SMPN 2 TANGGUL

Ketimbang Rasan-Rasan, Mending Gerilya Bantu Duafa

Beramal tak perlu menunggu kaya. Semakin banyak beramal, jangan khawatir takut miskin. Terlebih, setelah membaca pengalaman komunitas Muda Duafa. Seperti apa ?

RULLY EFENDI, Puger

SEKELOMPOK ibu muda terlihat sedang mondar-mandir mendatangi setiap kamar sempit di Panti Sosial Tresana Werdha Kasiyan Puger, sabtu (14/4) siang kemarin. Mereka menyapa para penghuni kamar yang semuanya lanjut usia (lansia, Red)

Satu persatu, lansia itu mereka ajak berkumpul ke satu ruangan di panti jompo. Ruangan itu mereka sebut dengan aula. Di aula itu, mereka menggelar kegiatan singkat, menghibur semua penghuni panti.

Namanya sudah mbah-mbah, pelilaku para lansia mulai kembali seperti anak-anak. Ada yang manja. Ada yang cuek. Namun, tak sedikit dai mereka antusias mengikuti kegiatan para ibu muda yang menanamkan Komunitas Muda Duafa.

Yuriska, salah seorang rombongan Komunitas Muda Duafa, sudah tahu apa yang perlu mereka lakukan di sana. Pertama, harus ada hadiah khusus untuk lansia. "Kalau tidak diberi kado, mereka tak akan seantusias ini," tuturnya.

Benar saja, saat ibu sau orang anak itu menjanjikan hadiah bagi yang berani tampil, nenek dan kakek berebut bernyanyi, menari, bahkan ada yang nekat baca puisi dan saling berbalas santun. Bahkan, kemarin nenek Rukayah yang sempat ramai dikabarkan makan rumput setahun lalu, tampil dengan Kidung Madura andalannya.

Hadiah yang diberikan sebenarnya biasa-biasa saja. Hanya baju bekas, hasil donasi anggota komunitas. Namun tampak spesial, karena meski hanya baju bekas, mereka bungkus layaknya kado ulang tahun.

Devi, penggagas Komunitas Muda Duafa, menilai komunitasnya hampir sama dengan kelompok sosial lainnya di Jember. Hanya saja, yang berbeda semua anggotanya para alumni SMPN 2 Tanggul. "Kami lulusan tahun 2003. Ketimbang reuniannya hanya gitu-gitu saja, kenapa tidak diarahkan untuk kegiatan sosial," katanya.

Reunian kemudian tak harus setahun sekali. Praktis, seminggu sekali pun mereka kopi darat (kopdar). Setiap pertemuannya, bergantian kerumah alumni satu ke lainnya. Terkadang harus memilih tempat nongkrong yang murah meriah. "Setiap kumpul, kami bahas aksi sosial untuk duafa," tuturnya.

Donasinya pun, hasil dari patungan para alumni. Bagi yang masih tinggal di Tanggul dan sekitarnya, donasi dijemput langsung. Namun, untuk yang diluar kota dan luar negeri, bisa memanfaatkan transfer bank. "supaya transparan, nomor rekening pakai komunitas dan ada laporan setiap kegiatan," imbuh perempuan dua orang anak tersebut.

Berkunjung ke panti jompo, salah satu program komunitas Muda Duafa. Namun yang pasti, sebulan sekali mereka punya aktifitas  door to door bagi sembako. Bahkan, jika ada tetangga anggotanya yang duafa dan butuh bantuan, gropyokan sosial pun dilakukan secara kondisional.

Pun demikian yang disampaikan Novika, salah satu penggagas Komunitas Muda Duafa. Sejatinya, para alumni yang bergabung dalam aksi sosial bentukannya masih menata ekonomi keluarganya masing-masing. Seperti dirinya, yang hanya membuka usaha jual beli pulsa.

Tetapi, kata Novika, sejak dia dan temannya rajin sedekah pada duafa, ekonomi keluarganya semakin cukup. sebab, yang dia rasakan, rezeki semakin lancar setiap kali usai beramal pada mereka yang tergolong kaum duafa. (rul/mgc/hdi)

SUMBER : JP-RJ 15 APRIL 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KREATIFITAS WARGA DESA SIDOMEKAR UBAH PASAR KUMUH JADI MURAL

Ini Strategi Untuk Memikat Pembeli Datang ke Sini Awalnya, hanya sebuah pasar Krempyeng yang kumuh di dalam gang. namun, sejak April pem...